"Loh? Kok malah kamu yang datang? Mas Lingga mana?"
Soraya hampir menyemburkan minuman matcha yang baru disesapnya saat mendengar panggilan yang diberikan oleh wanita dengan pakaian serta dandanan serba glamor yang berdiri di hadapannya sekarang dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Untungnya, gadis itu masih bisa menahannya, tetapi sial, ia malah terbatuk dia kali karena kaget.
Duh. Lucu juga ternyata mendengar panggilan yang diberikan oleh Bu Cecil,
wanita berusia pertengahan 30 tahun itu kepada sang atasan. Pantas saja Lingga mati-matian ingin menghindari wanita itu karena memang Bu Cecil ini agak centil, ya.Soraya yang semula duduk menunggu kehadiran wanita itu, langsung berdiri demi memberikan kesan hormat. Ia menunduk, sembari mempersilakan Bu Cecil untuk duduk. Namun, wanita dengan dress ketat berwarna merah marun yang senada dengan lipstik yang dikenakannya itu, tidak terlihat memiliki niat untuk duduk. Terbukti dari gerak-geriknya yang malah memperhatikan Soraya dengan tatapan tak senang.
"Mohon maaf sebelumnya, Bu. Pak Lingga hari ini berhalangan hadir karena--"
"Nggak bisa. Saya maunya ketemu sama Mas Lingga. Atau kalau tidak perjanjian bisnis antara Hotel Skylar dan Rads-fur saya batalkan!"
Belum juga Soraya sempat menyelesaikan kalimatnya, Bu Cecil sudah nyerocos duluan. Sudah begitu pakai acara mengancam pembatalan kontrak segala, lagi. Omong-omong, beliau ini memang berencana membeli furniture dalam jumlah banyak untuk kebutuhan hotelnya yang dikabarkan sedang dibangun cabang baru di kota sebelah. Soraya bahkan baru tahu kalau hotel bisa memiliki cabang di beberapa kota. Tidak terbayang bagaimana kaya rayanya sang pemilik semisal memang benar bisa memiliki banyak cabang begitu.
Sebenarnya, tugas ini biasanya langsung dikerjakan oleh Vandra sebagai pemilik sekaligus Presiden Direktur Rads-fur. Akan tetapi, tahu sendirilah ya, kalau Rads-fur ini sistem kerjanya 'agak lain'. Apalagi kalau dipimpin langsung oleh Radeska Vandra itu. Beuh, semakin semena-menalah ia dalam menyuruh bawahannya yang berinisial Radesta Lingga. Alasannya sih, ya, sesekali memanfaatkan SDA alias Sumber Daya Adik.
Namun, sialnya Vandra memerintah orang yang salah. Lingga ini kerjanya mood-mood-an. Walaupun pekerjaannya tetap bisa di-handle dengan baik, tetapi rasanya kurang greget saja kalau lelaki itu malah melemparkan pekerjaan yang seharusnya ia lakukan kepada orang lain. Hah. Sebenarnya, Lingga dan Vandra itu sama saja. Sama-sama tidak beres.
"Sebelumnya, mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu Cecil karena sudah membuat Ibu kecewa. Tapi, ada baiknya kita bicarakan dulu poin-poin perjanjian kontrak antara Rads-fur dan Hotel Skylar. Kita sudah jalan kurang lebih tiga puluh persen lho, Bu. Sayang kalau semisal harus dibatalkan begitu saja."
"Ya saya nggak mau tau. Saya ke sini karena mau bertemu dengan Mas Lingga. Bukan sama kamu!" Bu Cecil terlihat bersikeras. Masih dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan berdiri dengan wajah angkuh yang didukung oleh make up glamor ala ibu-ibu sosialita. "Saya cuma mau taken kontrak kalau ada Mas Lingga di sini."
"Tapi Bu--"
"Telepon atasan kamu sekarang!"
"Maaf sebelumnya, Bu--"
"Atau kemarikan saja nomornya Mas Lingga. Biar saya yang hubungi langsung!"
Soraya kelabakan. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Di satu sisi, ia kesal karena atasannya itu malah semena-mena melemparkan pekerjaan kepada dirinya. Toh, ia bekerja sebagai asisten pribadi, lho, bukan sekretaris. Memang terkadang, Soraya ini paling bisa dibego-begoin. Apalagi kalau sudah diiming-imingi dengan uang.
"Begini, Bu Cecil. Sekali lagi maaf sebelumnya. Pak Lingga saat ini sedang dalam kondisi yang kurang baik. Makanya beliau tidak bisa datang. Tapi saya di sini mewakili beliau untuk--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan Pesonamu
Romansa16+ Jomlo adalah aib! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Radesta Lingga Argantara selama kurang lebih lima tahun terakhir. Mentang-mentang dirinya pernah memiliki lebih dari satu kekasih, lalu ketika memutuskan untuk menjomlo, Lingga langsung ba...