36. Raja Drama

82 13 0
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh lima saat Soraya baru saja selesai memasak bubur untuk nantinya disajikan kepada sang atasan. Kalau dipikir-pikir, Soraya sedang kerasukan apa, heh, tiba-tiba memasak seperti sekarang? Padahal kan, semua juga tahu kalau dirinya tidak bisa memasak, termasuk Lingga yang bahkan pernah sesumbar kalau ia jauh lebih jago memasak ketimbang asisten pribadinya itu.

Lalu, kira-kira kenapa pula Soraya bisa tiba-tiba memaksakan diri untuk memasak seperti hari ini, eh? Ya, seharusnya tidak usah menebak-nebak lagi lah ya. Sudah pasti pelakunya adalah Lingga, sang atasan yang saat ini masih menderita demam dan sekarang bertambah gejalanya menjadi batuk dan pilek itu.

Mulanya, Soraya yang memang selalu tidak mau ribet memilih untuk pergi membeli bubur ayam di luar seperti biasa. Namun, rupanya bosnya yang satu itu agak cerewet hari ini. Mungkin karena efek demam, kali ya. Makannya lumayan banyak sekali permintaan lelaki itu.

Sambil agak batuk dan suaranya terdengar bindeng, Lingga dengan menyebalkannya berkata, "Boleh nggak kalau kamu aja yang bikinin buburnya? Biasanya kalau saya sakit, Mama biasa buatin, nggak beli."

Soraya meringis, kurang setuju kalau semisal ia benar-benar harus memasak--mulanya. Makanya dengan santai, gadis itu mengusulkan, "Berarti telepon Mamanya Kakak aja? Biar dimasakin?"

Lingga yang semula bersandar sok-sok lemas di kepala tempat tidur mendadak menegakkan tubuh, hampir membuat Soraya berpikir kalau sebenarnya sang atasan hanya pura-pura sakit. "Nggak usah!" serunya. "Mama nggak tau kalo saya sakit. Dan jangan sampe tau!"

Gadis yang masih mengenakan pakaian yang sama seperti semalam itu auto mengerutkan dahi. "Kenapa emang?"

Tidak habis pikir dengan pemikiran sang atasan yang terdengar cukup mengada-ada. Sebab, lelaki itu setelahnya menjawab, "Ya, gak apa-apa. Lagian cuma demam doang."

Dih, 'doang' katanya. Lingga tidak sadar apa kalau semalam, ia membuat Soraya sampai tidak bisa tidur karena lelaki itu demam tinggi sampai mengigau tidak jelas dan menggigil kedinginan seperti orang yang tinggal di daerah pegunungan. Semula, Soraya memang sempat tertidur, tetapi sekitar pukul tiga pagi, gadis itu terbangun karena sang atasan tiba-tiba saja mengigau. Igauannya agak tidak jelas. Ia bahkan sampai lupa apa-apa saja yang dikatakan oleh atasannya itu.

Sampai sekarang pun, suhu tubuh lelaki itu masih cukup tinggi. Makanya Soraya ingin menyuruhnya cepat-cepat sarapan, baru setelahnya minum obat agar bisa kembali beristirahat supaya cepat sembuh. Namun, sayangnya Lingga malah memintanya memasak. Ya, yang ada malah makin lama, lah proses kesembuhan lelaki itu. Jujur saja, Soraya ini masih benar-benar noob untuk urusan memasak. Untungnya sih, masih ada lah, basic memasak nasi.

Lingga bahkan sempat mengajari Soraya cara membuat bubur yang baik dan benar. Katanya, berasnya jangan banyak-banyak. Satu atau dua genggam saja cukup. Setelah itu untuk takaran airnya, Lingga berkata kalau Soraya tidak perlu takut menambahkan air.

Ya sudahlah ya, Soraya memilih mencari cara jalan pintas karena cara yang Lingga ajarkan terlalu ribet.

Cara cepat yang ia maksud adalah dengan menghaluskan nasi dengan blender, lalu dimasak dengan air seperti membuat bubur pada umumnya. Lebih ringkas sedikit ketimbang harus memasak beras sampai menjadi nasi. Kebetulan, Lingga punya stok nasi beku di lemari pendingin. Iya, atasannya itu memang sering menyetok nasi dalam kondisi beku yang nantinya hanya perlu dipanaskan sebentar di microwave ketika hendak dimakan.

Selain memasak bubur, Soraya juga membuat beberapa menu pendamping seperti dada ayam yang dipotong dadu dan ditumis menggunakan minyak wijen dan saus tiram. Ia juga menambahkan sayur kailan ke dalam bubur yang ia masak dengan sedikit garam.

Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan PesonamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang