Flashback sedikit sewaktu Lingga pulang dengan niat memberi kejutan, tetapi malah dirinya yang dibuat terkejut dengan pemandangan di hadapannya saat ini, di mana sang asisten pribadi terlihat tertidur dengan pulasnya di sofa.
Walaupun agak gagal, nih, surprise-nya, tetapi Lingga tetap merasa senang karena ternyata, Soraya benar-benar datang untuk memecahkan teka-teki sederhana penuh kealayan yang ia buat tepat sehari sebelum berangkat ke Bali. Itu pun agak sembunyi-sembunyi karena sang asisten juga ambil bagian dalam urusan kepergiannya waktu itu.
Semua barang bawaannya diletakkan begitu saja di dekat pintu, sementara si empunya berjalan perlahan menuju sofa, kemudian berjongkok tepat di hadapan Soraya yang terlelap. Lingga auto senyum-senyum saat melihat bagaimana gadis itu tertidur. Wajahnya terlihat tenang dan damai hingga rasanya tak tega untuk dibangunkan. Bahkan saat rambutnya jatuh menutupi wajah pun, Soraya yang berbaring miring tersebut tampak tak terganggu sama sekali.
Dengan gerakan lambat, Lingga mencoba menyingkirkan rambut gadis itu dari wajahnya dan menyisipkannya ke belakang telinga. "Maaf udah ngerepotin kamu, Aya," bisik lelaki itu sambil tersenyum tipis.
Tidak ada hal lain yang Lingga lakukan selama kurang lebih lima menit. Hanya diam memperhatikan bagaimana Soraya yang tertidur sambil menopang dagu. Sepertinya, Soraya adalah jawaban dari doa dan harapan ibunya untuk segera memiliki menantu darinya.
Lingga jadi berpikir, apakah ia harus segera mengenalkan Soraya sebagai kekasihnya kepada sang ibu? Akan tetapi, ah, sayangnya hubungan antara dirinya dan Soraya belum sejauh itu. Tidak ada tanda-tanda kalau sang asisten juga memiliki perasaan yang sama seperti yang ia rasakan. Kalau dipikir-pikir, Lingga sendiri masih ragu apakah ia benar-benar jatuh cinta hingga ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius atau hanya perasaan suka sebentar saja kepada gadis itu.
Terlepas dari itu semua, sepertinya untuk sekarang, Lingga ingin menikmati masa-masa ini. Lagi pula, ini baru awal. Ia tidak mau gegabah kalau itu untuk masa depannya. Ia masih percaya kalau jodoh itu sudah diatur Tuhan. Makanya walaupun sang ibu sudah kukuh ingin menjodohkannya dengan si A atau si B, dirinya tetap stay cool karena kalau memang jodoh, pasti akan menemukan jalannya apa pun yang terjadi.
Setelah cukup puas memandangi wajah Soraya yang tertidur, Lingga kemudian berinisiatif untuk memindahkan gadis itu ke kamar. Apalagi melihat bagaimana sang asisten yang terlihat tidur meringkuk, mungkin karena kedinginan. Sayangnya, sofa yang satu ini adalah sofa biasa. Bukan sofa bed yang bisa diubah bentuknya.
Alhasil, mau tak mau Lingga dengan perlahan menyelipkan tangannya pada lipatan lutut dan tengkuk Soraya, lalu membawa gadis itu ke dalam gendongannya dengan gerakan perlahan agar sang dara tak terbangun. Beruntungnya, Soraya tertidur lelap sekali sampai-sampai rasanya kalaupun ada gempa bumi, ia tidak akan terbangun sama sekali. Lingga juga berpikir, apakah pekerjaan yang ia tinggalkan begitu berat sampai-sampai sang asisten bisa selelah ini?
Karena satu-satunya kamar tidur di apartemen ini adalah kamarnya, alhasil Lingga mau tak mau membawa Soraya ke sana dan meletakkan gadis itu secara perlahan ke atas tempat tidur. Ia sempat panik sedikit saat Soraya bergerak. Dipikirnya gadis itu akan terbangun, tetapi ternyata tidak. Sang asisten hanya bergerak--berguling--mencari posisi ternyaman hingga membuat Lingga senyum-senyum sendiri.
Lama-lama, ia bisa semakin gila kalau terus-terusan memandangi wajah sang dara yang tetap terlihat cantik ketika sedang terlelap. Alhasil, Lingga memutuskan untuk melakukan kegiatan lain. Seperti merapikan kembali koper dan barang bawaannya yang tadi ditinggal begitu saja di dekat pintu masuk dan membersihkan diri.
Walaupun sudah terbiasa bepergian menggunakan pesawat, tetapi tidak tahu kenapa yang kali ini terasa begitu melelahkan. Niatnya sih ingin langsung menyusul Soraya tidur, tetapi perutnya tidak bisa diajak kompromi karena lapar. Ia baru ingat kalau terakhir makan adalah ketika sarapan. Akhirnya, Lingga memutuskan untuk makan dulu sebelum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terombang-ambing Diriku Dalam Lautan Pesonamu
Romance16+ Jomlo adalah aib! Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Radesta Lingga Argantara selama kurang lebih lima tahun terakhir. Mentang-mentang dirinya pernah memiliki lebih dari satu kekasih, lalu ketika memutuskan untuk menjomlo, Lingga langsung ba...