Wah demi apa sehari empat kali update wkwk.
Happy Reading!
•••
Hujan masih mengguyur sejak siang membuat ketujuh mahasiswa itu terdiam di posko. Ransi membantu Putia memasak mie. Sisi sibuk main ponsel membuat Ransi bertatapan beberapa detik seolah menyalurkan apa yang tengah mereka pikirkan. Gadis itu tidak ada rasa bersalahnya sama sekali, tidak ada berniat mengubah sikapnya dan selalu menjadi—
Ini terdengar kasar, tapi Sisi memang beban kelompok.
"Itu anak mau di masakin juga gak, put?" tanya Ransi.
"Gak usah, biar tau diri." Ladit yang menjawab.
Putia baru saja membuka satu bungkus mie lagi, tangannya terhenti dan mengangguk menuruti apa kata Ladit. Setelah semua mie matang, Putia mengedarkan pandangan dimana hanya Jenggala yang tidak mendekat ketika yang lain sudah melingkar siap makan.
"Laki lo kayaknya demam, put." ujar Roman. Pria itu tengah memberikan satu-persatu sendok ke atas mangkok mie mereka. "kalian makan duluan aja."
Putia mendekati Jenggala, pria itu selimutan sehabis mandi. Saat mendekat dan meletakkan tangannya di dahi, Putia harus kaget ketika merasakan panas cukup tinggi membuat Putia beranjak mengambil sesuatu.
"Dingin put, apa itu?"
"Byebye fever,"
Putia mengecek kembali suhu tubuh Jenggala dari mulai leher dan lengan setelah menempel sesuatu bernama byebye fever di dahi Jenggala. Dan bentuk perhatian itu tak lepas dari pandangan teman-temannya, Putia memang perhatian. Bahkan, sebelum Jenggala, Ransi dulu lah yang menerima perhatian itu saat ia sakit. Sebab itulah sampai sekarang pria paling sholeh di kelompok Roman menganggap Putia sahabatnya.
Bestie yang baru bertemu di kelompok KKN.
Ya, walaupun tidak seintim saat pada Jenggala.
"Heh, itu mie punya Mput!" ujar Ransi melihat Sisi sudah memakan mie pedas milik Putia yang menggugah selera.
Putia melirik ke arah mereka saat baru membuka minyak kayu putih. "udah gapapa, ran. Makan ajalah."
Semua orang tau, Putia terpaksa bicara seperti itu demi menghindari perdebatan panjang. Dan dengan tidak tau dirinya, Sisi memakan mie yang diatasnya banyak cabai dengan lahap tanpa berkata apapun.
"Jengga, sorry ya."
Tanpa menunggu Jenggala menjawab Putia menyingkap selimut milik Jenggala dan membuka kaos hitam yang tengah pria tinggi itu pakai. Menyapukan minyak kayu putih di perut dan di dadanya dengan merata membuat permukaan kulitnya terasa hangat. Tak hanya kulitnya, perasaannya pun ikut menghangat dengan perhatian yang Putia tujukan untuknya. "mau kemana, put?"
"Bentar, Jeng. Ngambil makan buat lo,"
Putia beranjak sebentar mengambil nasi dan ayam yang masih ada pemberian dari bu Tanti. Membawanya ke hadapan Jenggala setelah mengambil air minum.
"Bisa duduk?" tanya Putia dan Jenggala mengangguk.
"Mau gue suapin?" tanya Putia lagi dan Jenggala mengangguk lagi, "pake tangan aja ya...,"
Dengan byebye fever di dahinya, Jenggala duduk lemas menerima suapan makan dari Putia mengingat pria itu belum makan sedari pagi karena bangun kesiangan dan hanya jajan bersama Ransi sebelum akhirnya mereka hujan-hujanan saat pulang. "udah, put. Kenyang,"
Putia mengangguk menerima gelas plastik dari Jenggala dan membantu pria itu merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur busa tipis yang menjadi alas mereka tidur saat pertama kali datang ke sini. "udah, tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Kısa Hikaye[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...