30

7K 581 48
                                    

Noted:❗

Jengga said; dibaca ya cantik, tapi cantikkan mput.

Yang kemarin bingung kenapa tiba-tiba ada demo, udah terjawab kan, paham ya. Gak mau bikin readers pusing soalnya Hhe, lanjut baca yuk! Happy Reading.

•••

Bagi Putia, Jenggala adalah sebuah anugerah.

Pria itu fokus sekali mengganti perban untuk luka Putia dengan perban baru, karena tidak tahan melihat ekspresi seriusnya. Putia merekam Jenggala dengan kamera dan langsung mengirimnya pada snapgram.

Jenggala sadar dengan tindakan pacarnya itu dan ia hanya tersenyum ke arah kamera, ”tag aku, put.”

”Ogah ah, nanti followers kamu makin banyak.”

”Cewek-cewek lagi pengikutnya,” ujar Putia lagi.

Jenggala terkekeh, ”gak ngaruh, akunya sayang kamu.”

Mendengar itu, Putia mendelikkan mata ke atas. Sesekali, Jenggala meniupi luka jahit di bahu Putia, antisipasi jika pacarnya itu merasa sakit. ”pinter ngalus banget ya,”

Jenggala hanya terkekeh mendengarnya dan membereskan kotak P3K setelah selesai. ”aku udah dapet alamat sekolahnya, mau berangkat sekarang?”

Pria yang duduk di samping Putia itu sempat melihat ponselnya, ada pesan masuk dari Ladit yang katanya, siswa yang di maksud Jenggala adalah siswa tempat sekolah Ladit dulu. Temannya itu sampai menaruh curiga, mengapa tiba-tiba Jenggala bertanya.

”Tapi kamu beneran gak cape kan, Jengga?”

Jenggala baru akan beranjak dan duduk kembali di sofa.

”Gak ada kata cape kalo buat kamu,”

”Ngalus terus dah! Gaul sama Ladit nih,”

Jenggala mencubit sebelah pipi Putia gemas.

”Bukan ngalus sayang, emang beneran kok.”

Jenggala mengacak rambut Putia, mengecup sudut bibir gadisnya sekilas dan berjalan masuk ke kamar dengan santai, tidak memperdulikan Putia yang sempat mematung hingga tak sadar memukul sofa membuat bahu sebelah kirinya berguncang dan terasa sakit.

”Argh, gara-gara Jengga!”

Putia mendesis singkat, ”sakit gila.”

Jenggala kembali keluar dari kamar, menenteng kunci mobil dan dompet. Melihat Putia sedikit membungkuk ia berlari kecil, ”kenapa, put?”

Putia menatap Jenggala, ”jatoh.”

”Jatoh dari sofa?”

”Jatoh ke dalam pelukanmu,” jawab Putia lagi.

Jenggala mendatarkan wajahnya, menciptakan tawa di bibir Putia. Gadis itu mengambil air putih dalam tumbler yang ada di meja, kemudian membukanya.

”Bentar, aku pengen minum.” ujarnya.

Jenggala mengangguk, ”iya sayang,”

Jenggala ikut duduk di sofa single, ia memakai sneaker shoes sesekali melirik Putia yang memperhatikan mulut botol tumbler warna putih dengan corak hitam. Kata Tyas botol minum itu edisi terbatas karena ada lukisan boyband Korea Selatan, kepunyaan ibu mereka.

”Kenapa, put?”

Putia menoleh, ”kayak ada yang tenggelam tau disini.”

Kening Jenggala sempat mengerut, ”apaan? Semut?”

”Aku yang tenggelam, Jengga. Ke dalam pesona kamu,”

Jenggala menjatuhkan kepalanya di lengan sofa, harusnya ia tidak serius menanggapi pacarnya yang entah mengapa dari semalam menggombal padanya. Padahal kedua kalimat yang Putia lontarkan sudah awam terdengar, tapi kenapa rasanya kaki Jenggala lemas mendadak seperti agar-agar tidak bisa berjalan.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang