Noted; dibaca ya.
Makasih banyak ya atas doa-doa baiknya. Maaf ya gak bales satu-satu, sebagai gantinya nih aku update lagi. Semoga hari-harimu juga baik dan bahagia selalu ya.
Happy Reading!
•••
”Heh, morning-morning, bangun!”
Ransi selalu jadi orang pertama yang bangun setelah Putia. Sudah Putia bilang, Ransi itu pria paling sholeh di kelompoknya. Jenggala menyentuh sesuatu yang masih tertempel di kening, melirik Putia yang masih tidur.
”Gimana, Jeng? Udah enakan,” tanya Ransi.
”Lumayan,” jawabnya.
”Tidur jam berapa si mput semalem?” tanya Jenggala sembari menunjuk Putia dengan dagunya, Roman muncul dari belakang dengan wajah basah, ia melirik Jenggala yang sudah bangun dan duduk mengecek ponsel. ”jam 12 mah ada kayaknya, nongkrongin lo terus tuh dia semalem, manggil Mami-Mami terus sih,”
Roman adalah saksi dimana Putia rela duduk berlama-lama di samping Jenggala sampai malam. Memastikan pria itu terlelap dalam tidurnya dan sesekali mengecek suhu tubuh pria itu sudah turun atau belum.
Roman menggelar sejadah, bersiap sholat subuh.
Ransi melirik Jenggala, ”lo kalo sakit suka begitu ya?”
Yang ditanya hanya mengedikan bahu, ”mungkin.”
”Suka ikut arisan juga gak? Gue suka tuh nganter bunda gue kalo lagi ada acara. Suka di ajakin gabung sama—”
Ladit melempar bantal ke arah Ransi membuat pria itu mendengus. ”pantes lo suka gosip!”
Bukannya tersinggung, Ransi menjentikkan jarinya.
”Seru tau, dit, cobain deh.” ujarnya. ”najis,” umpat Ladit.
”Ganti baju dulu, penampilan lo gak cocok lagi gosip tampilan sholeh kayak gitu.” Rizki menimpali saat baru selesai dua salam sholatnya.
”Dih sholat sambil nguping, gak sah lo!”
Pagi-pagi yang meriah di posko KKN kelompok Roman. Jenggala memperhatikan wajah Putia yang nyenyak tak terganggu dengan suara-suara mahluk penghuni posko ini, Sisi terbangun menguap tanpa malu membuat Ransi berdecih tak suka. Ya, sedari dulu ia memang tidak suka dengan gadis itu. Kirain baik beneran pulang ke posko.
”Enak bener hidup dia, makan tinggal makan, mandi tinggal mandi, kalo piket nyuci piring gak bersih,”
Sisi melewati Ransi, tak sedikitpun peduli meski tau perkataannya memang di tujukan untuknya. Ladit melirik Ransi, ”udahlah, ran. Percuma juga, sabar-sabarin aja, bentar lagi kita juga udahan.”
Putia terbangun, mendudukkan diri dan harus terkesiap ketika melihat Jenggala tengah menatapnya.
”Udah sembuh?” tanyanya kemudian. Jenggala tersenyum sembari mengangguk, ”makasih ya put.”
Putia menganggukkan kepala canggung, entah mengapa melihat senyum Jenggala di pagi selalu berhasil membuat jantungnya berdegup kencang. Hingga cepat-cepat ia memalingkan wajah.
”Di kamar mandi ada siapa?” tanya Putia.
”Ada Sisi,” jawab Rizki.
Putia mengangguk menghampiri Jenggala lebih dulu, ia berjongkok di dekat pria itu dan menyentuh kembali leher Jenggala mengecek suhu tubuhnya, ”bener udah enakan?”
Jenggala mengangguk dan Putia perlahan melepaskan ’byebye fever’ yang ada di kening Jenggala. Kemudian ia beranjak tak sadar jika Ransi cekikikan melihat hasil jepretannya. Putia kembali membawa panci berisi air ke dalam menaruhnya di atas kompor gas. ”buat apa, put?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Short Story[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...