Happy Reading!
•••
”Makasih ya udah bantuin bapak,”
”SAMA-SAMA PAK!”
Keenam mahasiswa itu tertawa melihat bapak nelayan kaget mendengar suara kompak mereka. Mereka baru selesai membantu salah satu warga mencari ikan di laut untuk di jual. Sebagai rasa terima kasih si bapak, mereka mendapatkan bagian ikan untuk di masak nanti.
”Makasih juga ikannya pak Husin,”
Ransi menenteng ikan yang entah ikan apa, Putia tidak tau. Bahkan gadis itu tidak peduli dengan kulitnya yang terpapar sinar matahari. Kini, Ladit yang memegang kamera membidik teman-temannya untuk dokumentasi lengkap dengan pak Husin yang tertawa sumringah karena senang dengan adanya anak-anak KKN.
”Kami pamit pulang ya, pak.”
”Hati-hati ya...,”
Perlahan mereka meninggalkan kapal nelayan milik pak Husin dan berjalan pulang. Ladit yang tak ikut menangkap ikan dan menyusul mereka ke pesisir pantai, awalnya mengajak Sisi sekedar menjemput mereka dan lihat-lihat tapi gadis itu tidak ingin dan tetap di posko.
Roman, sedari tadi diam karena si ketua kelompok mereka itu mabuk laut dan sempat muntah-muntah.
”Nih!”
Saat sudah sampai posko, Ransi langsung ke belakang guna membersihkan ikan dari pak Husin dan berniat membagi ikan itu dengan bu Tanti nanti. Sementara Putia masuk ke dalam posko mengambil minyak kayu putih di tasnya, menyerahkan pada Roman.
”Thanks, put.”
”Yoi.”
Jenggala merenggangkan otot tangannya saat duduk di bale-bale, mengeluarkan rokok yang ada di kantong celananya. ”anjir, rokok gue basah.”
Ladit tertawa, ”mampus!”
Roman menggelengkan kepala melihat tingkah Jenggala.
”Lah, pemantik gue itu. Basah juga?!”
Jenggala mengangguk dan Ladit mencebikkan bibir. Baru saja ia tertawa meledek rokok Jenggala basah, ia juga harus terdiam ketika pemantik yang berada di kantong Jenggala ternyata miliknya. ”mampus.”
”Anterin ikan buat bu Tanti, biar ada gunanya dikit lo!”
Roman melirik ke dalam, dimana ia temukan Ransi menyodorkan sesuatu pada Sisi. Kini, ketua kelompok mereka itu tak bisa lagi membela sikap anak-anak. Karena ia pun memang merasakan bagaimana gondoknya pada gadis yang tengah goleran di kasur itu.
”Kenapa harus gue? Kan ada Putia,”
Ransi berdecak, ”yang gak ada guna disini lo doang!”
Putia mencoba melerai dan menarik lengan Ransi, namun pria itu tetap gigih membuat Sisi terpaksa bangkit dan menerima sebuah baskom kecil berisi ikan dan berjalan keluar dari posko dengan wajah cemberut.
”Lain kali gak usah lo suruh dia, ran. Males denger ribut.”
Ransi melirik Putia dan ia hanya mengangguk.
”Gedeg aja gue, put. Itu anak the real beban kelompok.”
”Untung di kampus gue gak kenal dia,” ujarnya lagi.
Roman mengembalikan minyak kayu putih milik Putia dan gadis itu menerimanya, ia melihat Jenggala mengeluarkan semua batang rokoknya tidak ada satupun yang selamat. ”udah malah pada gosip.”
”Minta aja sih sama Ladit, dia juga ngerokok kan?”
Jenggala melirik Putia, padahal sedari tadi Ladit sudah mengeluarkan bungkus rokoknya ketika melihat rokok yang Jenggala punya sudah raib oleh air laut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Cerita Pendek[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...