26

6.5K 592 19
                                    

Happy Reading!

•••

Putia mengelap tangannya pada kain kering dan berbalik dari wastafel dapur, namun ia harus terkejut ketika ponsel tiba-tiba melayang ke arahnya, gambar disana membuat Putia salah fokus. Ia dan Jenggala tengah bergandengan tangan kemarin sore.

Saat keduanya di Senayan.

”Puas lo udah bisa dapetin Kael?”

Rebecca merebut kembali ponselnya darinya. Putia melihat penampilan Rebecca seperti sudah siap pergi dengan rok span sepaha dengan jaket jeans yang menempel di tubuhnya.

”Lo gak puas udah dapetin hati Papa dan sekarang lo rebut Kael dari gue? Lo tau kan kalo gue suka sama dia dari SMA, udah lama banget Putia. Dan lo seenaknya jadian sama cowok yang gue sayang,”

”Lo itu cuma benalu yang hidup numpang di rumah gue!”

”Dan, sekarang dengan gak tau dirinya lo jadian dan mesra-mesraan depan umum sama Kael. Lo kasih apa ke Kael sampe dia mau sama lo? Dasar jalang!”

Plak!

”Lo itu obsesi bukan cinta!”

Rebecca tertawa mengusap pipinya bekas tangan Putia mendarat disana, ”kalo gue gak bisa dapetin Kael, lo juga gak akan! Gue gak akan biarin lo bahagia!”

”Gue ada salah apa sama lo, Becca?”

Rebecca tersenyum miring dan hendak kembali menyerang Putia, namun Putia lebih dulu menghindar dan menangkis tangannya, ”Ah! Pake segala nanya,”

”Nyokap lo nikah sama bokap gue aja udah salah!”

Rebecca berseru emosi, hingga wajahnya memerah membuat Putia lebih dulu menghindar, ditangan Rebecca, Putia melihat kunci motornya ada di kantung jaket dan Putia ingin motornya kembali.

”Berani lo ya!”

”Bangsat! Kembaliin motor gue,”

Rebecca menarik tangan Putia ingin merebut kembali kunci motornya, ”sadar! Ini motor Papa gue,”

”Papa beliin motor ini buat gue! Atas nama gue, Becca!”

Putia mengibaskan tangan merasa perih karena kuku-kuku panjang Rebecca menancap disana hingga kunci motornya berpindah kembali pada manusia tamak seperti Rebecca, gadis itu mendorong bahu Putia membuat gadis malang itu terjatuh ke lantai.

Tak hanya itu, Rebecca mengangkangi pinggang Putia dan menyerangnya hingga Putia merasa perih dan sakit di bahu sebelah kirinya, ”mampus lo Putia!”

Putia mendorong dada Rebecca membuat gadis itu terjengkang, ia melihat kunci motornya berlumuran darah dan saat itu juga ia mengatensikan pada bahunya banyak darah mengalir disana, ”lo gila, Becca!”

”Iya gue emang gila! Bye,”

Putia menendang kaki Rebecca membuat gadis yang baru beranjak itu terjatuh kembali, ”plis, Re. Kembaliin motornya, gue butuh banget.”

”Gak! Gue lebih butuh, motor lo mau gue jual.”

”Jangan Rebecca!” teriak Putia namun Rebecca terus melanjutkan langkah meninggalkan Putia yang tengah kesakitan, kaos putihnya yang ia pakai setengahnya sudah berganti warna, merah darah begitu pekat membuat Putia yakin jika Rebecca menusuknya dengan kunci motor begitu dalam.

”Jangan nangis, put.”

Putia bersusah payah berjalan ke kamarnya, ia mencari ponselnya yang tergeletak di ranjang, tidak ada pilihan lain ia hanya bisa menelepon Jenggala, beberapa kali hingga panggilan di angkat oleh di pemilik ponsel di seberang sana.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang