41 - Spesial Part, Putia Asmiranda

11.1K 549 27
                                    

Apa momen paling membahagiakan yang pernah kamu dapet? Kalo aku, kehidupanku yang sekarang. Dua hari lalu, aku sama Jengga KRL - an. Iya, gak salah denger. Permintaanku sebenernya sih, dari stasiun terdekat dari Apartemen Jengga, yaitu stasiun Tebet. Dan di setiap stasiun kami berhenti, aku kira Jengga gak bakal mau ketika aku menyampaikan keinginan aku untuk jajan yang tidak biasa ini.

Eh, apa kamu juga begitu?

Sebenarnya aku kangen KRL - an sama Ferly, bahkan pertama kali aku tau naik kereta dari dia. Saat SMA dulu, aku pernah ikut main ke rumah tantenya yang nggak jauh dari stasiun Tangerang, aku pernah jajan basreng dan gemblong disana. Masih pake seragam sekolah dan aku baru pulang malem-malem.

Aku pernah jadi kurir pizza, yang kalo aku sebut mungkin kalian tau pizza terkenal di sini. Gak jadi kurir pizza doang sih, aku pernah juga jadi kurir antar laundry ke rumah-rumah, makanya aku butuh banget motor dan saat Rebecca ngambil kunci motor yang Papa kasih, aku udah gak berharap lebih buat pake motor itu lagi.

Papa apa kabar ya?

Selama aku tidur dua hari terkena tembakan dari Becca, aku gak pernah sekalipun liat dia nengokin aku. Gak berharap lebih sih, tapi kayaknya aku bakal seneng aja kalo dia dateng ke rumah sakit, apa karena aku anak tiri ya? Ah jangan berpikir seperti itu, put. Gimana pun dia udah baik dan gak keberatan aku tinggal di rumah dia setelah Mama meninggal.

Apa ada hal yang gak aku tau?

Lupakan!

Hari ini, aku sama Jengga mau terbang ke sebuah tempat dimana banyak kenangan selama 45 hari disana, kalau kata Jengga honeymoon kecil-kecilan karena masih dalam negeri. Mungkin definisi honeymoon besar-besaran kalau kita ke luar Negeri. Tapi dia juga senang, kalau dulu kita berangkat sebagai mahasiswa KKN sekarang kita berangkat sebagai pasutri yang akan berlibur.

Banda Neira jadi destinasi pertama sebelum kami mencari penginapan. Aku dan Jengga berjalan di atas Benteng Belgica, benteng peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh. Sebenarnya Benteng ini dibangun pada tahun 1611 oleh Portugis dan diberi nama Fortaleza de São Pedro. Kemudian di ambil alih oleh Belanda dan di beri nama Fort Belgica.

Aku tau dari google sih, dan gak akan bahas lebih jauh.

Matahari cerah sekali, aku merangkul pinggang Jengga dan menatap ke depan, sebelum pulang ke Jakarta Jengga pernah bertanya, kalau ada kesempatan mau datang lagi kesini gak? Dan, tanpa di duga aku datang lagi sama dia dengan status baru, kesibukan baru dan pekerjaan baru. Ya, aku kerja.

Jengga ngasih izin aku kerja selama aku belum ngisi.

Aku belum tau Jengga kapan lanjut S2 di luar mengingat di kantor dia sibuk banget sampe kemarin dia terbang ke Melbourne, gantiin Papi. Aku pernah search perusahaan “Bumi Guntur Realty” di google. Di situs web tertulis jika perusahaan ini dulunya bernama ”Royal Mikk Realty” berpusat di Sydney, Australia. Dulu, saat Ransi bilang kalau dia sama Jengga itu sama-sama ganteng dan Jengga menang karena ada turunan bule aja.

Dan ternyata emang kakek Jengga itu orang sana.

Aku membaca semua yang tertulis disana, perusahaan Papi mertuaku itu juga bergerak di bidang real estate, berfokus pada hunian nyaman seperti Apartemen mewah dan kondominium. Dan, lebih mencengangkan adalah itu hanya perusahaan yang menjadi salah satu, bukan satu-satunya.

Aku bahkan tau hal itu setelah menikah, untuk mengurangi rasa insecure dan mengisi kekosongan, aku kerja dan untungnya Jengga gak keberatan. Aku juga senang menjalaninya tanpa mengesampingkan kewajiban aku sebagai istri, ”Jengga ...,”

”Iya sayang,”

Jengga menatapku penuh, satu kebiasaan yang selalu membuat aku benar-benar merasa di hargai. Jengga gak pernah memalingkan wajah ketika kami mengobrol atau ketika aku hanya memanggil namanya, dia langsung menoleh, mengusap rambutku lembut atau sekedar mencubit hidungku ini.

”Aku tau kamu pasti bosen dengernya, tapi aku gak bosen buat bilang, makasih. Makasih Jengga, i love you.”

Jengga tersenyum lebar menatapku, mengusap sebelah pipiku.

”Aku lebih cinta sama kamu, put. Jangan pergi!”

”Kalau aku pergi, mungkin aku udah gak waras.”

Jengga tertawa dengan balasanku, aku merangkul kembali pinggangnya, menempelkan kepalaku di dadanya yang hangat. Aku nggak percaya cinta, sebelum Jengga bener-bener mengubah pikiran bodohku ini. Sekarang aku percaya dengan satu kata yang hanya bukan kiasan semata. Nyatanya kami saling mencinta.

”Kau aman ada bersamaku,”

Untuk kesekian kalinya, terima kasih Jengga.

Malaikat tanpa sayap yang gak akan terganti oleh apapun. Aku jadi ragu kalau Jengga bukan manusia, hatinya terlalu baik, hatinya terlalu lembut. Katanya jangan percaya kata-kata pengantin baru yang masih di mabuk cinta, tapi aku percaya bentuk sempurna versi aku adalah Jenggala G Mikkael.

Semoga kami tak akan pernah saling menyakiti.




— HAPPY ENDING —

🌼


Terimakasih ya udah selalu nungguin GaPut update dan baca sampai selesai. Terimakasih untuk yang selalu vote, komen dan gercep banget buat baca, terima kasih.

Maaf kalo cerita ini tidak sesuai dengan expect kamu, atau kecepatan ending. Stay healthy guys.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang