Hadiah terindah yang pertama kali Putia terima selama hidup. Pernikahan yang Jenggala siapkan berhasil membuat Putia tidak bisa berkata-kata. Lilin-lilin yang menyala di antara mereka, bunga-bunga segar dan wangi memenuhi lahan hijau yang telah di sulap sedemikian rupa.Putia berjalan di samping Madafa, menggandeng lengan adiknya, di depan sana sudah ada Jenggala menunggu. Pria itu terdiam, begitupun dengan Putia. Pria dengan setelan tuxedo hitam memalingkan wajah sebelum kembali menatap Putia, ia hampir tidak mengedipkan mata melihat Putia melangkah mendekatinya.
Putia tidak ingin menumpahkan air matanya, ia sebisa mungkin menahan air matanya. Buket bunga yang ia pegang di sebelah tangannya menjadi peralihan jika Putia tengah gugup, semakin dekat dengan Jenggala, jantungnya semakin bertalu-talu.
Diiringi alunan musik romantis, lagu favorit Jenggala. Saat pria itu meminta pendapat padanya, Putia tidak ada rekomendasi lagu, ia pun tidak punya lagu favorit, atau lagu impian untuk pernikahan, "Put?"
"Iya,"
"You're beautiful."
Gadis itu salah tingkah, ia berusaha menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Tapi, ia tidak bisa menahan perasaannya yang meletup-letup, hingga detik kemudian ia merasakan benda tak asing menyapa bibirnya.
Cup.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Jenggala saat ini. Ia tersenyum sebelum menempelkan dahinya di dahi Putia singkat, di susul riuh tepuk tangan para tamu. Suara musik kembali terdengar dan pesta di mulai.
Pesta yang Papi mertuanya bilang, sangat sederhana.
Mengingat saat ia menikah dulu, pesta di adakan secara megah dan mewah. Tapi sepertinya anak sulungnya itu menuruni sifat Mami nya, suka pada hal-hal sederhana. Padahal dengan uang pribadinya, Jenggala bisa membuat pesta dalam gedung yang bisa menampung banyak orang.
Saat malam-malam di balkon kamar, dengan masing-masing memegang gelas minuman. Malam itu, Jenggala bertanya pada Putia, "Put? Kamu punya impian masa kecil?"
Malam indah ditemani rembulan, Putia mengangguk.
"Nikah sama cowok yang cinta sama aku,"
Putia menjawab sembari tertawa, seolah sampai sekarang ia belum percaya sudah di pertemukan dengan seorang pria yang mencintainya. Jenggala ikut terkekeh, menyeruput secangkir kopinya, "coba tanya balik!"
Gadis itu sempat mengerutkan kening sebelum berdeham.
"Jengga, kalo kamu punya impian?"
Masih terkekeh, Putia menunggu Jenggala menjawab.
"Punya," jawab Jenggala singkat.
Putia menaikan sebelah alis, "apa?"
"Nikah sama kamu," jawab Jenggala menatap Putia tanpa berkedip membuat gadis itu melambaikan tangan, kemudian menutup mulutnya tidak tahan ingin tertawa menutupi rasa gugupnya, "kenapa ketawa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Cerita Pendek[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...