2

12.5K 858 10
                                    

"Untuk hati yang tak bisa menyatu, mungkin hanya di takdirkan sekedar bertemu namun tidak di takdirkan untuk saling memiliki"

-Jengga-


"Belom apa-apa, telat udah barengan aja."

Jenggala terlihat turun dari mobil dan mencium tangan seorang pria dewasa, kemudian mobil itu pergi. Pemuda itu menggeret kopernya, berjalan santai dengan kacamata hitam yang bertengger manis di pangkal hidung, "Itu anak sok ganteng banget ya,"

Ransi menyenggol Putia, menaikan kedua alisnya.

"Jangan gitu, nanti suka."

Putia akting muntah, Sisi datang bersamaan dengan Jenggala. Ke-7 mahasiswa itu pun melenggang masuk karena sebentar lagi pesawat akan take off. Putia selalu berada di dekat Ransi, sementara Sisi selalu memepet padanya membuat Jenggala ingin sekali menceburkan gadis ini ke rawa-rawa yang penuh dengan buaya.

"Panas banget buset dah!" keluh Jenggala.

"Gak ada yang bagusan dikit apa ya jemputan kita?"

Sisi mendumel melihat mobil Avanza di depannya, keenam orang itu tidak memperdulikan dan segera mengemasi koper-koper mereka ke bagasi.

Roman mengangkat koper Sisi, "Bersyukur."

"Lo di depan ya, put. Gapapa kan?"

Putia menoleh ke Roman, "Iya bebas aja."

"Sama gue, di belakang mana muat enam orang."

Putia melirik Jenggala tajam, "Yaudah."

"Asik!"

Melihat respon Jenggala, Putia bergidik dan masuk ke dalam mobil, "Desanya jauh pak dari sini?"

Ladit bertanya, Putia memiringkan kepala menunggu bapak-bapak yang menjemput mereka, "Deket, dek."

"Ada AC kan pak?" tanya Sisi.

Sisi yang duduk dekat Ransi otomatis kena tegur pemuda itu, "Jaga sikap lo!"

"Gue cuma nanya," Sisi mendekap kedua tangannya di dada, sementara Putia menggelengkan kepala.

Hingga mereka sampai dan di sambut kepala Desa, sebenernya ada tiga kelompok yang di kirim ke Maluku dan di sebar di beberapa tempat, Putia menggeret kopernya meski beberapa kali terkena batu-batu kecil di setiap jalan, setelah dari rumah kepala Desa mereka di antar seorang ibu ke tempat mereka akan tidur selama disini, namanya Ibu Tanti.

Setelah Ibu Tanti pergi, mereka pun masuk.

"Gue cuma mau bilang, kita di tempat orang. Jaga sikap, jaga omongan, kita tamu, jangan semena-mena disini."

Mendengar ucapan Roman, Putia mengangguk. Sementara Sisi masih melihat sekelilingnya. Sementara kelima pria itu sudah duduk di lantai beralaskan tikar.

"Apa lagi lo, si. Jaga sikap, jangan kayak tadi."

"Iya-iya," Balas Sisi malas.

"Baru perjalanan udah cape banget," ucap Ladit.

"Untung di kasih makan sama pak kades," ujar Rizki.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang