31

6.3K 583 18
                                    

•••

SHIT! LO NYARI GUE CUMA BUAT JADI WALI NIKAH LO?!”

Putia berdecak mencubit paha Madafa karena adiknya berteriak, ”gue nyari lo dari lama, sebelum gue pacaran sama Jengga, daf. Lo kira gue gak peduli selama ini!”

”Gue baik, gue masih idup juga. Harusnya lo gak perlu khawatir,”

Putia menatap Madafa, membuat bocah SMA itu memalingkan wajah karena lagi-lagi kakaknya menangis. Jenggala datang dari arah dapur membawa kaleng minuman dan menyerahkannya pada Madafa di sambut ragu namun bocah itu tetap menerimanya.

”Gue pacaran sama kakak lo aja baru empat Minggu,”

Madafa mendelik, memalingkan wajah, masih tak berani menatap wajah pacar kakaknya itu, ”gue gak nanya!”

Putia mencubit kecil paha Madafa lagi, ”sakit anjir!”

”Bisa gak sih gak usah ngelunjak sama Jengga?”

Putia menatap Madafa, ia menggertakan gigi berbicara agar suaranya tidak terdengar oleh Jenggala. Madafa melirik Jenggala yang duduk di sofa single dan beralih lagi pada Putia kemudian menganggukkan kepala.

”Emang nikahnya kapan?” Madafa mulai berani menatap Jenggala kembali, pria itu menaikkan sebelah alis ketika Madafa bertanya, adik dari Putia itu memalingkan wajahnya, entahlah dia juga heran mengapa pacar kakaknya itu terlihat mengintimidasi dirinya sedari tadi.

”Secepatnya,” jawab Jenggala singkat.

Madafa mengangguk paham, kemudian ia mengedarkan pandangan ke seisi Apartemen milik Jenggala. Interiornya mewah dan elegan, Putia bangkit dari duduknya membiarkan Madafa menghadapi Jenggala sendiri ketika pria itu memberi kode agar Putia meninggalkan mereka berdua membuat Madafa mengepalkan tangan kesal pada kakaknya.

”Dafa,” panggil Jenggala.

Bocah SMA itu menoleh, ”I...ya,”

Jenggala tersenyum miring ketika Madafa gugup. Ia berpindah duduk menjadi di samping calon adik iparnya dan menepuk bahunya, ”gue sayang sama kakak lo.”

”Terus?”

”Kakak lo juga sayang sama gue.”

Madafa mengerutkan kening, ia menoleh meski hanya sebentar bisa menatap Jenggala dan memalingkan kembali, ”tapi dia lebih sayang adeknya, dia mau nikah sama gue tapi dia juga pengen ketemu lo dulu.”

”Serius dia bilang gitu?”

Jenggala mengangguk, ”kalo gak, ngapain kita berdua nunda nikah?”

Bocah SMA itu mengangguk percaya, kemudian ia melayangkan pertanyaan yang membuat Jenggala terkekeh membuat Madafa menggigit bibir dalam.

”Jadi, lo beneran anak orang kaya ya?”

Jenggala terdiam, ”gue kerja di perusahaan bokap.”

Beberapa detik, keduanya terdiam. Madafa harus kaget ketika Jenggala mengacak rambutnya membuat bocah itu tercekat, kebiasaan yang Putia juga sering lakukan.

”Gue calon kakak ipar lo, kalo ada apa-apa ke gue aja,”

Madafa mengangguk, ”lo darimana kenal kakak gue?”

Pertanyaan bagus, Jenggala tersenyum menjawab.

”Dari SMA. Kakak lo tuh susah di deketin!”

Madafa terkaget mendengarnya, ”mang eya?”

Jenggala hanya mengangguk sementara Madafa terdiam, mereka baru pacaran satu bulan dan Jenggala sudah memutuskan akan menikahi kakaknya, pantas saja prosesnya cepat sekali mereka sudah kenal sejak SMA. Dan lagi, melihat mobil kepunyaan Jenggala dan melihat Apartemen ini, Madafa yakin jika pria yang duduk di sampingnya ini bukan orang biasa.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang