12

7.6K 631 31
                                    

Happy Reading.

•••

Dengan hembusan nafas lelah, mereka kembali ke posko KKN setelah menghabiskan waktu semalam tidur di Resort. Keenan Abraham, teman Jenggala pun sudah pulang dan terbang kembali ke Jakarta mengingat ia memang tidak bisa berlama-lama disana.

Menjelang sore, bu Tanti datang ke posko membawa makanan dan Putia yang tengah duduk di bale-bale teras posko menulis laporan tersenyum menyambut kedatangan bu Tanti dengan rantang di tangannya.

”Lagi sibuk ya,” Putia menggelengkan kepala sekenanya dan beranjak.

”Saya ada sesuatu buat ibu, sebentar ya.”

Dan gadis itu kembali dengan plastik putih cukup tebal dan memberikannya pada ibu Tanti. ”apa ini?”

”Sembako buat ibu, maaf ya kami ngerepotin ibu terus.”

Ibu Tanti tersenyum dan tak menolak menerima bahan masakan dan beberapa perlengkapan yang mungkin bu Tanti butuhkan. Matahari sedang hangat-hangatnya, Putia duduk bersama bu Tanti, ingin sekali menceritakan apa yang tengah menimpa teman kelompoknya.

”Anak-anak yang lain pada kemana?” tanya Bu Tanti.

”Ada, lagi pada siap-siap mau ngajar bimbel.”

Bu Tanti terdiam, mulutnya terbuka dan tertutup kembali seolah ingin bicara tapi ragu untuk memulai.

”Kenapa, bu? Ada yang mau di bicarain,”

”Saya mendapat pesan dari pak Kades, mba Sisi kenapa tiba-tiba keluar dari rumahnya pas dia gak ada?” Kening Putia mengerut, jadi malam saat Sisi mengambil koper di rumah pak Kades saat pria tua itu tidak ada di rumah?

”Ibu, ibu bisa jaga rahasia? Kami khawatir sama kondisi Sisi sekarang. Dia mendapatkan pelecehan—”

Bu Tanti mengerutkan kening, ”pelecehan?”

Putia mengangguk dan Bu Tanti menghembuskan nafasnya lelah, ”maaf sekali mba put, tapi pak Kades kehilangan uang sepuluh juta pas mba Sisi pergi dari rumah. Dan, pak Kades cuma cerita ke saya karena gak mau buat citra anak KKN rusak. Malam itu, pas pulang dari di adakan cek kesehatan ibu liat Heri sama temannya di jalan, ibu kira dia mau ngejelasin sesuatu sama kalian karena bapaknya kehilangan uang.”

Putia kaget bukan main, ia mengepalkan tangan menahan kesal.

”Jadi Sisi bohong sama saya udah di lecehin pak Kades?”

Bu Tanti terdiam. ”ibu bisa anter saya ke rumah pak Kades? Kayaknya kami sudah salah paham.”

”Boleh, ayo!”

Tanpa menunggu waktu lama lagi, Putia menyambar ponselnya dan meninggalkan buku dan pulpen di teras posko dan berjalan beriringan dengan bu Tanti. Bahkan, rantang makanan masih disana. Putia harus memastikan ini, apalagi teman-temannya sudah terlanjur percaya dengan Sisi dan Putia ingin membuktikan mana yang sebenarnya terjadi.

Jenggala keluar dari posko dan menemukan rantang yang sangat ia kenal dan buku milik Putia ada disana, namun pemiliknya entah kemana. Ia baru selesai mandi mengingat sedari pagi ia belum menyentuh air dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dimana tak ia temukan keberadaan Putia disana.

Tak lama, Roman beranjak membuat atensi Jenggala teralih. ”gue keluar dulu bentar nyari angin.”

Padahal ketua kelompok KKN yang kini memakai kaos panjang itu mendapat pesan dari Putia untuk menyusul ke rumah pak Kades tanpa bilang-bilang dulu ke yang lain. Jenggala hanya mengangguk dan mencari ponselnya, ia melihat Ransi tidur dengan masih menggunakan Koko dan sarung setelah. Ladit sibuk main game dengan tidur di lantai bersama Rizki di bantal yang sama. Dan Sisi? Gadis itu tengah berbalas pesan terlihat dari bibirnya yang sesekali tertawa.

”Kenapa, Jeng? Berdiri bae lo!” ujar Rizki.

”Putia kemana ya?” tanyanya.

”Bukannya tadi di depan bikin laporan?”

”Nggak ada!”

Jenggala menyambar ponselnya dan mengirim pesan pada gadis itu, centang dua namun Jenggala tak kunjung mendapat balasan membuatnya beralih pada rantang bu Tanti yang mungkin isinya untuk mereka makan malam. Tapi, Jenggala ingin ngemil bukan makan berat.

Sementara di sisi lain, Roman dan Putia harus tercekat ketika mendengar penjelasan pak Kades dan dua anaknya yang ikut duduk saat mereka datang. Tentu saja disana juga ada Heri yang terlihat pongah. Hm, apa pembawaannya memang seperti itu ya mengingat perkataan bu Tanti, pak Kades tidak melakukan hal menjijikan itu pada Sisi di rumahnya.

Roman dan Putia malu bukan main.

Mereka bahkan baru jalan dua Minggu melaksanan KKN di tempat ini. Tapi Sisi berulah lagi setelah merepotkan untuk menumpang tidur di rumah pak Kades dan sekarang gadis itu mengambil uang sebanyak 10 juta.

”Kalau begitu kami pamit ya pak,”

Roman, Putia, dan bu Tanti keluar dari rumah pak Kades. Roman bilang akan segera menyelesaikan masalah ini dan menginterogasi Sisi atas hilangnya uang milik pak Kades dengan jumlah banyak itu. Putia kecewa bukan main, ia tidak menyangka jika Sisi mempermainkan rasa khawatir teman-temannya untuk masalah pribadi.

Bu Tanti kembali pulang dan dua anak itu masuk ke posko.

”Tahan, put.”

Brak!

Semua orang di dalam serempak melihat ke arah pintu dimana Putia membantingnya keras. Ransi yang tengah tertidur pun ikut terbangun mendengar suara keras yang di hasilkan Putia di susul Roman yang ada di belakangnya. ”BANGUN LO!”

Putia menarik tangan Sisi membuat gadis yang tengah berbaring itu terduduk menahan rasa sakit di tangannya. Jenggala yang melihat Putia kasar melepaskan tangan gadis itu dari lengan Sisi yang tengah meringis membuat Putia berdecih. ”jangan kasar...,”

Putia tak mendengar apa kata Jenggala, menarik tas dan koper milik Sisi membuat gadis itu berteriak kaget karena ada orang yang lancang membuka barang pribadinya. ”GAK USAH NANGIS LO! SOK LUGU!”

”PUTIA!”

”Apaan?!”

Putia mendorong dada Jenggala dengan kasar yang mencoba menghentikan aksinya. Ia mengobrak-abrik tas milik Sisi dan benar saja di temukan lembaran-lembaran uang merah di dalamnya dengan jumlah banyak.

”Putia! Lo apa-apaan sih,”

Sisi tak terima mendorong Putia hingga terjatuh.

”Apa salah gue, put?” tanya Sisi.

”Pake segala nanya lagi! Kita salah apa sama lo sampe temen sendiri di adu domba. Pinter lo ya ngarang cerita padahal aslinya lo yang jahat! Gue udah tau semuanya,”

”Tau apa, put?”

Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Jenggala membuat Putia menatap pria itu tajam. Ia kesal pada Sisi di tambah pria itu sok jagoan membela yang jelas-jelas saja ia belum tau apa yang sudah gadis itu lakukan. ”kembaliin uang pak Kades!”

Putia berjalan keluar dari posko membuat teman-temannya di landa rasa bingung kecuali Roman dan si pelaku, Sisi. Jenggala hendak mengejar namun Roman menahannya agar membiarkan Putia sendiri dulu menenangkan pikirannya. Sementara Ransi menggaruk belakang lehernya, masih menunggu nyawanya terkumpul sebelum mencerna apa yang sebenarnya terjadi di posko KKN mereka.

Melihat uang berceceran di lantai membuatnya kaget dan Ransi menyikut Ladit, ”duit siapa?”

Yang ditanya mengedikkan bahu, Sisi menunduk terdiam memunguti lembaran-lembaran berharga itu di bantu Rizki meski pria itu berusaha menyingkirkan pertanyaan yang terus bercokol di kepalanya.

Sementara Jenggala melihat punggung Putia dari kejauhan berjalan sendiri entah akan kemana, ia melirik buku milik gadis itu yang masih tergeletak di teras dan mengambilnya, hingga tak sadar menjatuhkan pulpen dan membuat buku milik Putia terbuka. Dimana tak ia temukan laporan melainkan hal lain.

Dimana ada namanya tertulis disana.

Dengan judul; Hai, Jengga!

•••

Ada yang nyangka bakal gini gak sih xixii

Double up lagi nich, jangan lupa vote dan komen ya.

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang