25

8.4K 635 20
                                    

Konfliknya mau ringan apa berat nih?

•••

Putia berjalan dengan langkah gontai, semenjak motornya berpindah tangan pada Rebecca ia jadi susah kemanapun termasuk untuk datang ke kampus. Sebelum memasuki gedung fakultasnya, Putia mampir ke sebuah gerai mie ayam bakso mengingat dirinya belum makan sejak pagi karena tidak sempat masak, jam menunjukkan pukul setengah dua, itu artinya masih ada waktu setengah jam sebelum kelasnya di mulai.

Jenggala sempat menawarkan diri untuk menjemputnya ke rumah, namun jadwal mereka yang tak sama membuat Putia enggan merepotkan pacarnya itu dan memilih pergi ke kampus sendiri, meski di akhiri suara Jenggala terdengar ogah-ogahan, ”Put!”

”Gue cariin!”

Seseorang mendatangi Putia menepuk bahu gadis yang tengah makan sebelum duduk di sebelahnya, binar matanya membuat Putia mengerut heran dengan ekspresi gadis di sampingnya ini, ”kenapa, mit?”

”Gapapa, hehe.”

”Stres lo!” umpat Putia.

”Lo bawa almet gak?” Putia mengangguk, tapi entah mengapa Mita bertanya tiba-tiba. ”bawa, di tas.”

Mita dan Maria tersenyum penuh arti membuat Putia lagi-lagi mengerut heran dan mereka bertiga berjalan memasuki area kampus, berjalan di antara lorong-lorong sebelum naik tangga dimana kelas mereka berada.

Kelas di mulai, dan Putia sama sekali tidak fokus.

Ah, ia lelah dan mengantuk. Pagi-pagi sekali, Putia sudah terbangun dari tidurnya dan mengerjakan pekerjaan rumah. Di rumah Dimas, memang tidak ada ART dan Putia lah yang mengerjakan semuanya termasuk baju-baju Rebecca terpaksa ia yang kerjakan.

Putia tidak mengeluh, ia hanya cerita saja aktifitasnya selain pergi ke kampus. Pekerjaan memang santai dan kadang semaunya, tapi Putia juga lelah jika setiap hari harus mengerjakan semua itu tanpa bantuan siapapun.

Uang jajan yang Dimas berikan dan biaya kuliah lebih dari cukup, bahkan motor yang kini di bawa Rebecca adalah pemberian darinya mengingat Rebecca tidak pernah mau meminjamkan mobil Brio yang ia punya dan Putia harus menaiki angkutan umum jika hendak pergi.

Tapi motor itu sudah tidak bisa ia dapatkan. Mustahil sekali jika sudah berada di tangan Rebecca. Gadis itu diam-diam mengambil kuncinya yang ia simpan di laci kamar saat Putia pergi KKN. Rebecca bilang, Putia sudah banyak merepotkan Papa nya dan motor matic itu Rebecca juga berhak memakainya.

Dug!

”Aw,”

Mita mendesis, ”jangan tidur bestie.”

Putia mendesis menguap lebar sembari menutup mulutnya menahan kantuk, saat melihat jam yang tertempel di dinding, lima belas menit lagi kelas berakhir itu artinya ia sudah lama menopang wajah sembari perem melek, ”heh ini anak dibilang!”

”Berisik!”

Hingga dosen keluar, Putia merenggangkan otot, sungguh benar-benar ia tidak menyimak apapun dan saat melihat suasana kelas mendadak riuh dan objek yang berhasil membuat orang sekelas gaduh adalah ponsel mereka, kemudian orang-orang di dalam keluar bersamaan termasuk Mita dan Maria bersiap membuat Putia keheranan, ”ada apaan sih? Ribut amat,”

Hai, Jengga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang