Happy Reading!
•••
”Ketika kau tak sanggup melangkah, hilang arah dalam kesendirian. Tiada mentari, bagai malam yang kelam. Tiada tempat untuk berlabuh, bertahan terus berharap. Allah selalu di sisimu ... Insyaallah ... Insyallah ...,”
”Insyallah ... Ada jalan ...,”
Putia dan Jenggala saling lirik ketika mendengar Ransi bernyanyi, pria itu fokus menyetir membawa mobil Jenggala melaju di jalanan. Di sampingnya ada Tyas, ia ikut menaikkan sebelah alis mendengar nyanyian asing yang menyapa telinganya. Sementara Madafa, bocah SMA itu langsung pulang ke kostan.
”Hehe, gue mau nyanyi besok, dek.” ujarnya pada Tyas.
”Padahal gue gak nanya tuh,”
Ransi mencebikkan bibir, hingga keempatnya masuk ke pekarangan rumah keluarga Guntur, Ransi menganga melihat bentuk rumah Papi Jenggala, mungkin tiga kali lipat dari rumah yang ia tinggali. Keempatnya turun dari mobil, Putia menginjakan kaki untuk kedua kalinya disini, di depan Pintu utama sudah ada Pasha menyambut kedatangan mereka.
Putia menarik nafas panjang sebelum tersenyum pada Mami Jenggala yang tengah berdiri dengan stroller baby, Jeandra ada disana. Sudah Putia bilang, ia merasa di hargai di keluarga ini, belum datang saja Mami dari pacarnya itu sudah berdiri disana, ”ini siapa?”
Ransi terkekeh, mencium punggung tangan Pasha.
”Selingkuhannya Mput tante,” jawabnya.
Mendengar itu, Jenggala menendang kaki Ransi membuat pria itu mengaduh. Pasha menggelengkan kepala mengajak mereka masuk, Tyas mengambil alih Jeandra, bocah SMA yang masih memakai seragam itu ikut membawa Jeandra duduk di ruang tengah.
”Nama saya Ransi Wisnu Pramoedya, namanya ada tiga kata tapi kayak gak nyambung. Maafin ya tante,”
”Terus dipanggilnya apa?” tanya Pasha.
”Ransi aja, tan.” kekeh Ransi memalingkan wajah ketika mendapat tatapan tajam dari Jenggala. Lagi.
Putia duduk di dekat Pasha, wanita dengan tingkat keramahan tinggi ini mengusap punggung tangan Putia, seolah menyadarkan jika ia tidak sendirian. Pulang dari rumah sakit Putia terdampar di rumah besar ini, melihat Putia mulai merilekskan bahu, Jenggala tersenyum, ia sangat menyadari jika gadisnya selalu merasa gugup.
Padahal Mami nya tidak menggigit.
Melihat itu, ia beranjak, menempelkan sebelah pipinya pada Putia membuat keempat orang yang ada disana, kecuali Jeandra memperhatikan gerak Jenggala yang kelewat romantis meski di hadapan keluarganya.
”Aku mandi dulu ya, kamu sama Mami.”
Kemudian Jenggala beranjak, ia berjalan pada pintu aluminium memencet tombol kemudian masuk. Ransi melototkan mata, ia jadi penasaran rumah ini memiliki berapa lantai mengharuskan ada lift di dalam rumah. Jangan-jangan disini juga ada eskalator. Huft.
Suara klakson mobil terdengar, Pasha beranjak dari sofa. Karena Jenggala pulang membawa kekasihnya ke rumah, pria itu pulang untuk sekedar makan siang. Pasha tersenyum, memeluk pinggang Guntur membuat pria itu terkekeh, padahal bertemu setiap hari.
”Kael udah pulang?”
”Udah, lagi mandi. Bawa temennya juga,”
Guntur membuka pintu mobil belakang, ”banyak banget gak sih, aku pesen 20 porsi. Ajakin temen-temen Kael juga gapapa. Dia bawa temen berapa?”
”Cuma satu, siapa ya, namanya Ransi.”
Di bantu ART, Guntur dan Pasha membawa semua makanan itu dan meletakkannya di meja dapur. Putia yang kini menggendong Jeandra karena Tyas berganti baju ke kamar, ia tersenyum menyapa ehem calon mertuanya, ”udah sehat, put?”
![](https://img.wattpad.com/cover/347536290-288-k266549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Short Story[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...