Vote dulu! Kalo udah makasih.
•••
Riki menatap anak bosnya bergantian mengatensikan pandangannya ke arah gadis yang memakai kaos warna biru kemudian tersenyum hangat dan mengangguk sopan, sudah pasti teman spesial. Selama Jenggala hidup, ia baru pertama kali melihat anak bosnya mengenalkan seorang gadis.
Huh, harusnya Guntur lah yang menjemput anaknya.
"Silahkan!"
Putia melirik Jenggala melihat pria itu tersenyum mengangguk kecil, ia masuk ke dalam mobil di susul Jenggala dan mereka duduk bersampingan. Jenggala memberitahu alamat rumah Putia dan mereka pergi meninggalkan Bandar udara Soekarno-Hatta.
"Papi emang kemana, om? Dua hari Kael gak chatan sama dia."
Duh, Jengga. Kenapa lucu banget sih!
"Baru pulang dari Sydney, nyonya Arianna pugar rumah katanya. Jadi Papi kamu kesana," jawab Riki.
Jenggala terkesiap, "seriously? Grandma kemaren ngechat Kael, tapi Mami ikut gak kesana?"
Riki melirik Jenggala lewat kaca kemudian tersenyum.
"Kalingga sakit."
"Sakit kenapa?" tanya Jenggala.
"Abis berantem sama temennya, malah demam."
Jenggala menganggukkan kepala, "tapi menang gak?"
"Menang, lawannya sampe nangis."
Putia hanya menyimak obrolan kedua pria di dekatnya ini, hingga Jenggala menoleh padanya tersenyum kikuk. Ia sampai melupakan ada seorang gadis yang duduk di sampingnya, bahkan ia memanggil nama dirinya sendiri di hadapan Putia. Ah, ia tidak ingin di cap sebagai anak manja, termasuk bicara kekanakan dengan Riki.
Putia tersenyum, "kenapa Jengga?"
"Gapapa, put." jawabnya sembari menggaruk belakang lehernya dan kembali menyandarkan punggung.
Waktu terus berjalan hingga langit semakin menggelap, Jenggala seolah tidak rela jika malam ini ia harus berpisah dengan Putia. Tak ada lagi tidur di satu atap yang sama, tak ada lagi masak bersama, makan bersama, mengantri mandi. Hm, Jenggala jadi berpikir hal itu akan terwujud kembali jika ia dan Putia menikah.
Melihat nama perumahan yang Putia sebut, Jenggala menghembuskan nafas pasrah. Nyatanya, malam ini ia tidak lagi melakukan aktifitas seperti biasa selama 45 hari ke belakang, "iya, om. Rumahnya yang itu,"
Riki menghentikan mobil, bahkan mematikan mesin atas suruhan Jenggala, anak bosnya. Jenggala juga menyuruh Riki untuk tak ikut turun, ia mengeluarkan koper milik Putia dari bagasi, "makasih ya Jengga."
"Rumahnya sepi, put."
"Becca belom pulang, kalo Papa jam segini udah tidur."
Jenggala hanya mengangguk melihat wajah Putia dalam, membuat gadis itu sempat salah tingkah karena Jenggala sampai tidak berkedip, "Jeng...,"
"Put...,"
Keduanya terkekeh, "lo duluan deh."
Putia memukul dada Jenggala pelan, keduanya tertawa kembali karena dua kali bicara bersamaan. "lo dulu,"
"Lo dulu Jengga,"
"Ladies first,"
Dan, kini keduanya sama-sama diam. Putia menunduk menatap sepatunya hingga ia bisa melihat sepasang kaki terbalut sepatu Converse hitam mendekat hingga ujung sepatu keduanya saling bersentuhan, "Jengga?"
"Put, makasih buat semuanya. Gue cuma mau bilang jangan ngejauh lagi ya, kalo ketemu gue di kampus jangan menghindar lagi. Gue masih bersabar nunggu, lo ragu takut jatuh kan? Gue gak akan biarin itu, put. Biar gue aja yang jatuh. Sama gue, lo harus bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Jengga!
Conto[KKN SERIES PRIME] Nama gadis itu, Putia Asmiranda. Dari SMA, Jengga suka pada Putia. Sampai masuk Universitas, Jengga masih suka padanya. Dan, sampai pada masa KKN, Jengga tak ingin hilang kesempatan. Satu kelompok dengan Putia bukan kebetulan, mel...