EMPAT

139 18 2
                                    

Hari ini hari ulang tahunnya Pak Sanjaya, gue sama anak-anak kantor udah ngumpul di kantor buat berangkat bareng ke rumah Pak Sanjaya. Satu orang dari masing-masing tim ada yang bawa mobil, cuma Mas Dirga aja sih yang gak bawa jadi gue sama Mario numpang di mobilnya Adnan sedangkan Mas Dirga sama Gio di mobilnya Gavin.

"Cakep juga ya gue kalo pake jas begini, kayak anak direktur." Kata Masnaka yang daritadi gak berhenti ngaca.

"Lo udah ngaca daritadi gak cepet sadar juga ya, Naka." Kata Aruna.

"Kenapasih Runa ini gak bisa terima ketampanan gue?" Kata Masnaka dramatis.

"Udah, Ka. Mual orang dengernya." Kata Malvin sambil nepuk pundak Masnaka. Ya gitu deh cara kita mengakraban diri satu sama lain.

Gue daritadi cuma duduk di kursi kerja gue sambil touch up make up sedikit, daritadi Rachel udah bawel nanyain gue dimana soalnya dia udah di tempat acara. Karena dia temen nya Deva dan sekarang jadi anak intern di kantor gue jadi gak kaget kalo dia udah disana duluan.

"Kak Nady, foto yuk!" Ajak Aruna.

"Mau ikut." Kata Gio.

Aruna gelengin kepala. "Lo mending fotoin kita, yang bagus ya, Gio."

Gio cuma ngangguk nurut tanpa bantah. Kayak ada yang aneh, biasanya Gio selalu memancing amarahnya Aruna tapi sekarang mereka keliatan baik-baik aja.

"Fotonya berdiri aja, Kak." Kata Aruna. Gue turutin ucapan dia, kita foto lumayan banyak sampe tiba-tiba yang lain ikutan nimbrung.

"Gio, fotoin gue sama Nady dong." Kata Adnan.

"Aduh, cinta bersemi di kantor nih kayaknya?" Ledek Mas Dirga.

"Gue bilang juga apa. Kemarin tuh Mas Adnan ajak Kak Nady pulang bareng pasti ada maksud dan tujuan." Timpal Masnaka.

"Duh, orang cuma foto bareng aja kok heboh banget." Kata gue, gue gak marah kok karena kita sering ledek-ledekan kayak gini.

"Vin, hati aman kan?" Ledek Mas Dirga.

Sebelumnya gue sering diledek pacaran sama Gavin karena kita sering banget kemana-mana berdua, padahal kita cuma temenan tapi mereka nih kemakan sama omongan Masnaka yang kompor.

Gavin cuma ketawa diledekin kayak gitu, dia udah biasa diledekin sama anak kantor.

"Lo semua minggir, gue mau fotoin Mas Adnan sama Kak Nady." Kata Gio, yang lain langsung menjauh dari gue dan Adnan.

"Duh cocok deh kalian." Kata Aruna.

"Iya, bajunya udah kaya couple gitu." Timpal Mario.

Hari ini gue emang pake long dress warna hitam dan Adnan juga pake setelan jas dengan warna senada sama dress gue. Padahal gak cuma Adnan aja yang pake jas hitam gini, emang mereka tuh suka melebih-lebihkan.

Gue foto beberapa kali sama Adnan, gak canggung kok karena kita emang udah seakrab itu.

"Nanti kirim ke gue ya fotonya." Kata Adnan, tadi kita foto pake handphone nya Aruna.

"Siap, nanti gue kirim di grup ya kakak kakak sekalian." Kata Aruna.

"Yaudah, yuk berangkat, keburu macet nih nanti." Kata Gavin.

Kita turun ke parkiran dan langsung masuk mobil, sepanjang jalan gue sama Adnan masih diledekin juga karena kita satu mobil dan gue duduk di depan. Ini semua karena Masnaka yang suka asbun gak jelas, awas lo ya Naka!

__

"Kak Nady!" Di ujung sana udah keliatan Rachel dengan dress warna putihnya, udah pasti disampingnya ada Deva yang hari ini juga pake setelan jas. Gue sama yang lain baru aja sampe dan masih di pintu masuk karena harus nunjukin undangan.

"Ya ampun itu si Rachel cakep banget?" Kata Malvin.

"Naksir kah?" Tanya Masnaka yang berdiri di samping Malvin.

Malvin gelengin kepala. "Muji orang dikit udah lo simpulin naksir, gak beres lo, Ka." 

Liat kan, Masnaka ini emang suka memancing perdebatan.

Kita berhasil masuk dan langsung disamperin sama Rachel dan Deva. Percaya sama gue lima belas menit lagi kita semua akan mencar, karena kita semua udah punya tujuan masing-masing. Contohnya Malvin, sebagai anak kos dia tidak akan melewatkan kesempatan emas buat makan enak disini.

"Acaranya mulai tiga puluh menit lagi, kalian boleh keliling atau makan dulu." Kata Deva.

"Dev, lo tinggal disini juga?" Tanya Mario.

"Engga, rumah gue gak jauh dari sini tapi." Kata Deva.

Gak kebayang rumah Deva sebesar apa, rumah Pak Sanjaya aja megah banget.

"Kak Nady, Kak Runa kita jalan-jalan yuk!" Ajak Rachel. Kayaknya dia sedeket itu deh sama Deva sampe berani ajak gue dan Runa keliling rumah Pak Sanjaya gini.

Gue sama Runa gak nolak, kita pergi dari gerombolan laki-laki itu. Rumahnya Pak Sanjaya tuh megah banget, khas rumah old money gitu deh. Belum banyak tamu yang dateng dan gue juga belum ngeliat Pak Sanjaya ada disekitar sini.

"Mas Kala!" Tiba-tiba Rachel narik tangan gue dana Runa ke arah laki-laki yang lagi berdiri di pinggir kolam. Dia lagi sibuk sama ponselnya.

"Mas Kala, kenalin ini Kak Nady sama Kak Aruna, mereka yang bantuin aku di kantor Pakde." Kata Rachel. Fix dia akrab banget sama keluarga Deva sampe manggil Pak Sanjaya Pakde.

"Kak, ini Mas Kala, Abangnya Deva." Kata Rachel.

"Yang aku ceritain waktu itu." Lanjut Rachel sambil bisik-bisik di telinga gue.

Kita saling jabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing. 

"Mas Kala kok sendiri aja? Pacarnya mana?" Tanya Rachel dengan nada ngeledek.

"Haduh, Cel. Kamu nih kayak Mama juga ya, pacar terus yang ditanyain." Katanya.

"Hehe, abis kamu selalu dateng sendiri kalo lagi ada acara kayak gini." Kata Rachel.

Kalangga cuma menghela napas, kayaknya dia udah capek menghadapi bocil ini.

"Kayaknya muka kamu gak asing deh." Kata Kalangga sambil natap gue.

Hah? Gue yakin kita baru ketemu hari ini.

"Oh ya? kita baru ketemu hari ini, I guess?" 

"Anak Fisip UI bukan?" Tanya Kalangga.

Gue reflek ngangguk.

Dia ketawa. "Aku gak salah orang berarti, kamu yang sering sama Biru Aksana, kan?"

Gue ngangguk lagi, tapi kali ini dengan mata yang melebar. Kenapa dia bisa tau Biru?

"Kok, bisa tau?" Tanya gue.

"Aku kating kamu waktu di kampus, kenal lumayan deket sama Biru." Katanya.

Gila, dunia sempit banget.

"Gimana Biru, sibuk apa dia sekarang?" Tanya Kala.

"Dia sekarang sibuk ngurusin bisnisnya di Bali." Jelas gue.

Obrolan kita ngalir gitu aja, kita bahas soal kampus dan akhirnya merembet bahas yang lain sampai kita gak sadar kalo Rachel sama Aruna udah gak ada disamping gue.

__

YUNJIN AS ARUNA YUDISTIA

YUNJIN AS ARUNA YUDISTIA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Written in The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang