DUA PULUH DELAPAN

117 13 2
                                    

Seminggu ini Kalangga sibuk banget, dia lembur terus bahkan di hari libur sekalipun dia tetap kerja. Kita jadi jarang punya waktu berdua, dia emang masih tetep mau anter jemput gue tapi belakangan ini sering gue tolak karena gue gak mau dia jadi bolak-balik.

Kayak sekarang, ini weekend dan harusnya hari ini kita pergi cari sepatu dan kado buat acara pernikahannya Biru tapi gue masih harus nungguin dia yang lagi kerja di rumah. Kita lagi ada di kamar Kalangga, dia sibuk kerja di meja kerjanya sedangkan gue rebahan di kasur sambil nonton film di tv.

"Mau jalan jam berapa kita, Kal?"

"Sebentar ya, sayang. Dikit lagi aku selesai."

Dari dua jam yang lalu dia bilang kayak gitu.

"Kalo kamu gak bisa gapapa, aku bisa pergi sendiri atau minta anter sama Rachel." Kata gue.

Kalangga puter kursinya supaya dia bisa natap gue, "Gak ada. Kita satu minggu ini gak ada quality time, kamu gak boleh pergi sama siapa-siapa hari ini."

Siapa suruh dia kerja mulu.

"Aku bosen nonton film doang." Eluh gue.

Kalangga berdiri dan duduk di samping gue, dia usap-usap rambut gue. "Maaf ya sayang aku sibuk banget dari kemarin, aku selesain semua pekerjaan aku supaya nanti pas di Bali aku bisa santai, bisa quality time sama kamu."

Huhu gemes banget, padahal kita di Bali cuma mau kondangan.

"Aku kangen, kamu sibuk banget sampe kita cuma bisa ketemu kalo kamu lagi jemput aku doang." 

Kalangga ketawa dengernya, dia akhirnya ikut rebahan di samping gue dan bawa gue ke pelukannya. Kalangga usap-usap rambut gue sambil sesekali dia kecup.

"I miss you more, sayang. Hari ini kita pergi sampe malem, ya?"

Gue ngangguk semangat, "Aku hari ini mau beli buku."

"Buku apa, sayang?"

"Apa aja, aku mau beli novel yang bagus supaya aku gak gabut di rumah." 

Kalangga cuma ngangguk, dia gak berhenti natap sambil mainin rambut gue.

"Cantik banget." Katanya.

"Jangan gitu, aku malu." Gue umpetin muka gue di lehernya, Kalangga ketawa gemes.

"Nanti kalo kita nikah kita tinggal disini ya, sayang? Nanti tiap weekend baru nginep di rumah kamu."

Tiba-tiba bahas nikah anjir.

"Apasih kamu random banget tiba-tiba bahas nikah?"

"Gapapa, aku ngomong dari sekarang aja. Setuju gak?"

Gue ngangguk, "Jarak ke kantor aku juga lebih deket dari sini."

"Aku masih boleh kerja kan kalo nanti kita udah nikah?" Tanya gue sambil natap Kalangga.

Dia ngangguk, "Boleh dong, tapi kalo nanti kamu hamil dan anak kita udah lahir aku kayaknya gak bolehin kamu kerja lagi deh."

"Kenapa? Aku kan bisa kerja sambil urus kamu dan anak kita."

Anak kita. Aduh.

"Aku takut pekerjaan kamu bikin kamu stress dan jadi berimbas ke bayi nya, aku juga gak mau kamu sampe kecapean. Biar aku aja yang cari uang, ya sayang?"

Kalo suaminya kayak Kalangga sih gak nolak gue.

"Aneh ya Kal, padahal kita aja masih abu-abu tapi ngomongin nikah kayak gini." Kata gue.

Kalangga natap gue dengan tatapn bingung, "What do you mean, love?"

"Kita ini apa, Kalangga?"

Kalangga natap gue habis itu dia ketawa kecil, "I thought I'd never got that question from you."

"Am I wrong? Aku gak boleh nanya ini ke kamu?" Tanya gue dengan nada sebel.

Kalangga menggelengkan kepalanya, "No, of course you're not. Aku cuma kaget aja."

"You must remember this. Aku gak main-main sama kamu that's why aku gak akan ajak kamu untuk pacaran karena aku bukan mau kamu jadi pacar aku, I want you more than that. I want you to be my wife, Nadyla."

Kalangga natap gue dengan tatapan serius. "I'm too old for that, Nady. Aku bukan lagi ada di fase nembak-nembak kayak anak muda, I hope you understand."

Gue mau nangis dengernya.

"I'm sorry, Kal. Aku terlalu nuntut kamu ya?"

Kalangga menggelengkan kepalanya, "No, aku seneng kamu berani nanya kayak gitu karena artinya kamu peduli sama our relationship. Aku yang harusnya minta maaf karena dari awal aku  juga gak kasih kamu penjelasan apa-apa sampe kamu jadi bingung kayak gini."

Gue makin erat peluk Kalangga, gue udah nangis gak tau kenapa terharu aja. Gue sebenernya takut omongan gue ini bisa bikin dia kepikiran.

"You're mine and I'm yours, okay?" Katanya.

Gue ngangguk paham, bener kata Kalangga kita bukan lagi di fase nembak pake bunga buat terikat dalam status. As long as kita saling sayang dan punya tujuan yang sama yaudah status itu gak penting, karena tujuan kita bukan untuk mencapai status pacaran, we'll be more than that.

"One day we'll be a husband and wife, not just a boyfriend and girlfriend."

__

Kita lagi ada di salah satu mall yang terkenal sama jajanan Jepang nya. Karena kita capek dan laper sehabis keliling buat cari sepatu dan kado akhirnya kita mutusin buat jajan disini. Gue sih yang mau Kalangga cuma ngikut aja hehe.

"Kamu mau yang mana?" Tanya gue.

"Aku mau makan ayam, sayang." Katanya. 

"Apa lagi?"

"Bebas, terserah kamu aja mau ambil yang mana." 

Gue ngangguk dan kembali milih-milih makanan, kalo bisa sih gue mau semua ya soalnya semuanya keliatan enak jadi menggoda iman.

"Sayang ada ice cream, kamu mau?" Tanya Kalangga.

Gue ngangguk semangat, "Mau!"

"Nanti kita beli ya, kita makan dulu." Katanya.

Gue ngangguk lagi dan kembali fokus liat-liat makanan, di keranjang yang Kalangga bawa udah lumayan banyak yang gue ambil sih jadi kayaknya segini aja cukup.

"Udah, bayar aja yuk." Kata gue.

"Yakin? Masih mau yang lain gak?"

Gue ngegeleng, "Nanti gak habis kamu marah."

Kalangga ketawa dengernya, "Gak marah sayang, gapapa kalo kamu masih mau ambil yang lain."

Gue tetep nolak, "Ayo kita bayar aja terus beli ice cream."

Akhirnya kita masuk ke antrian kasir buat bayar, antriannya lumayan panjang jadi gue agak gabut nungguinnya. 

"Habis ini masih mau cari apa lagi?" Tanya Kalangga.

"Gak ada, aku boros banget di Singapur udah jajan terus." 

Kalangga nunjukin dompet yang ada di tangannya, gue langsung ngegeleng karena gue tau maksudnya dia mau bayarin. Udah cukup hari ini dia belanjain gue.

"Kamu udah keseringan jajanin aku!"

"Gak seberapa itu."

Gak seberapa ndas mu.

"Gak mau, kamu capek-capek kerja masa uangnya aku yang habisin." 

"Nanti kan juga kayak gitu? Kamu yang bakal manage semua uang ku."

Astaga bisa stop bahas ini gak, kita lagi di tempat umum dan gue gak mau keliatan salting.

Kalangga ketawa ngeliat pipi gue yang merah karena salting, sumpah dia tuh jadi sering banget isengin gue kayak gini.

"Lucu banget, jadi mau aku nikahin cepet-cepet."

__


Written in The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang