Gue mencoba buat melupakan obrolan sore kemarin sama Biru, kita masih ada dua hari lagi disini jadi gue gak mau merusak mood dan suasana.
Kita udah banyak eksplore tempat bagus hari ini dan sekarang kita kembali ke resort, Biru ajak gue dinner di restoran pinggi pantai yang kemarin jadi malam ini gue udah siap dengan long dress biru gue dengan rambut yang digerai, Biru juga udah siap dengan kemeja pantai warna putih dan celana pendek selututnya.
"Cantik banget."
Gue sampe bosen dengernya dia muji gue terus dari kemarin.
"Stop Biru, kamu udah ngomong itu berkali-kali."
"Ya habis kamu cantik banget sih."
Biru angkat kameranya lagi dan mengarahkan lensa kameranya ke gue, berasa punya tukang foto pribadi kalo sama Biru tuh.
"Bi, aku mau foto berdua." Kata gue.
"Aku jelek, Tari."
"Kamu selalu kayak gitu, kita gak punya foto berdua tau!"
"Gak penting juga, kan?"
"Penting! Ayo kita foto!"
Gue paksa Biru buat foto sama gue, kita foto pakai hp gue dan beberapa juga ada di kameranya sih. Kalo gak gue paksa kita gak akan punya foto berdua.
"Kenapa cemberut gitu? Kan udah foto?" Tanya Biru.
Gimana gue gak cemberut kalo hasil foto yang ada di hp gue gak ada yang bagus, Biru keliatan terpaksa banget.
"Kamu beneran gak mau banget foto sama aku ya, Bi?"
"Kenapa lagi, Tari. Aku udah nurut loh tadi mau foto?"
"Tapi kamu gak ada yang bener fotonya."
"Yaudah ayo kita foto ulang." Katanya.
Gue ngegeleng, udah keburu bete duluan.
"Gak usah ngambek gitu, ayo foto lagi yang bagus."
"Udah gak mau."
Biru menghela nafas, dia natap gue yang mukanya masih bete. Lagian siapa yang gak bete kalo cuma diajak foto bareng aja dia nolak terus, sekalinya foto malah gak ada yang bener.
"Aku minta maaf ya, Bestari."
"Aku yang harusnya minta maaf karena udah maksa kamu buat foto padahal kamu gak suka."
"Bukan gak suka, aku cuma ngerasa kalau aku gak bagus aja difoto."
"Iya, Biru."
"Kita foto lagi ya?"
Gue tetap nolak. Gue emang keras kepala banget apalagi kalau posisinya gue udah bete kayak gini.
"Kita mau dinner, kamu yakin mau bad mood kayak gini?"
Gue menghela nafas kasar, "Kasih aku waktu buat balikin mood aku." Gue gak tau kenapa, sejak obrolan kita kemarin gue semakin gampang bad mood.
Biru ngangguk setuju, "Aku ada di balkon kalau kamu butuh." Katanya dan langsung pergi ke balkon kamar.
Biru udah biasa menghadapi gue yang keras kepala ditambah mood gue jelek begini, dia paham kalau gue minta waktu sendiri itu artinya gue bener-bener gak mau diganggu jadi dia langsung kasih gue ruang sendiri. Dan hebatnya, udah sering gue giniin dia masih tetap sabar sama gue.
__
Hari terakhir kita di Pulau Natuna. We had so much fun in here.
Besok pagi kita udah harus pulang, jadi malam terakhir ini kita setuju buat jalan-jalan di pinggir pantai sampai malem setelah dari pagi kita diving dan dilanjut sama kegiatan seru lainnya.
"Aku gak mau pulang, Bi." Kata gue.
"Kamu harus kerja, Bestari."
"Iya deh, aku harus kerja yang rajin dulu supaya bisa kumpulin uang terus liburan lagi sama kamu."
"Itu mah gak harus nungguin kamu ngumpulin uang, kan ada aku."
Apa gue nikahin aja ya Biru sekarang?
"Gimana tiga hari ini? Seneng gak jalan-jalan sama Biru tour and travel?" Katanya.
Gue ketawa dengernya, lucu banget Biru tour and travel.
"Happy banget, apalagi tour guide nya ganteng dan baik hati." Biru ketawa lucu banget matanya ilang.
Biru natap gue dengan tatapan yang gak bisa diartikan. Gue takut, karena ini tatapan yang sama waktu dia mau pergi ninggalin gue.
"Bi, do we have chance for the second time?"
Biru menggelengkan kepalanya. "We're over, Bestari."
"But why you act like we have that chance, Bi?"
Biru cuma diam sambil terus natap gue, tangannya berusaha buat pegang pipi gue tapi gue tahan.
"Answer me, Biru."
"I'm sorry, Bestari."
"Aku gak butuh maaf kamu, aku cuma butuh penjelasan kenapa kamu bersikap seolah-olah kita masih punya kesempatan untuk balik padahal nyatanya enggak."
Biru masih diam sambil natap gue yang udah mulai emosi, gue gak bisa nahan air mata gue.
"Kamu sendiri yang bilang ke aku buat gak kasih harapan ke orang kalau nyatanya aku gak bisa terima orang itu, tapi nyatanya kamu sama aja kan? Kalau kamu bertahan sejauh ini cuma karena kasihan sama aku yang hidupnya sudah bergantung sama kamu, silahkan pergi dan gak usah kembali lagi, Biru."
"Bestari, aku gak pernah punya pikiran kayak gitu. Aku ada disini sama kamu sampai sekarang karena I still love you."
"Then why we can't go back together?"
"I have a girlfiend and we're married soon."
Gila.
Rasanya dunia gue berhenti detik ini juga. Gue natap Biru yang sekarang matanya berkaca-kaca.
"Kamu gila, Biru!" Gue berusaha berdiri dari duduk gue tapi Biru nahan tangan gue.
"I'm sorry, Bestari." Katanya.
"Maaf kamu gak menjelaskan apapun. You have another girl and you said you still love me? You're bastard!"
Gue mencoba buat lepas genggaman tangan Biru tapi dia nahan gue buat tetap disini.
"Lepas atau aku teriak?"
"Tari, please.. I'm sorry."
"Bi, aku gak tau apa yang buat kamu jadi bajingan kayak gini but please leave me alone. Jangan lagi kamu muncul di hadapan aku."
Gue lepas tangan Biru dengan paksa setelah itu gue pergi ninggalin dia sendiri. Gue mau pulang.
Gue usap air mata gue yang daritadi gak berhenti, jadi ini alasan Biru ajak gue seneng-seneng? Jadi ini alasan dia suruh gue buat terima orang baru?
Gue kemas semua barang-barang gue, gue harus pulang malam ini karena gue udah muak sama Biru. Orang yang selama ini gue anggap sebagai tempat paling aman ternyata malah kasih gue luka yang paling dalam.
"Tari ini udah menjelang malam dan gak akan ada pesawat ke Jakarta." Biru nyusul gue, dia berdiri sambil natap gue yang lagi masukin barang-barang sambil tetap nangis.
"Bestari please.. stay a bit longer with me."
Gila. Biru bener-bener gila.
"Don't you ever try to find me again, you bastard!"
Gue kira Biru akan selamanya jadi manusia yang akan selalu buat gue merasa aman dan dicintai dengan tulus tapi ternyata dia malah jadi manusia paling brengsek yang pernah gue temuin.
__
