"Hati-hati ya, Bi. Nanti kalo udah sampe langsung kabarin gue."
Pagi ini gue anterin Biru ke bandara, dia mau balik ke Bali. Sebenernya gue sedih banget harus jauh lagi sama Biru, tapi kan gak mungkin juga Biru ninggalin bisnis nya disana.
"Iya, Tari. Gih berangkat kerja."
Hari ini emang masih hari kerja, gue izin dateng telat karena mau anterin Biru dulu.
"Mau disini sampe lo masuk pesawat."
"Gak ada, nanti lo telat. Udah sana, gue temenin call di jalan deh." Katanya.
Gue mengerucutkan bibir, beneran sedih banget ditinggal Biru. Biru ketawa ngeliat gue, dia langsung peluk gue terus ngusap punggung gue.
"Nanti kita ketemu lagi ya, Bestari. Sekarang gue harus balik ke Bali dulu, gue janji bakal ajak lo liburan nanti." Katanya.
"Gak mau ditinggal Biru." Kata gue.
"Kan masih bisa video call?"
"Tapi gak bisa peluk Biru kayak gini."
Biru ketawa, dia lepas pelukannya terus cubit pipi gue. "Udah jangan cemberut lagi, sekarang waktunya berangkat kerja."
Karena rasa tanggung jawab gue tinggi, mau gak mau gue harus tetap berangkat kerja.
"Bener ya Bi temenin gue call di jalan." Kata gue.
"Iya, nanti langsung call gue kalo udah masuk mobil."
Gue peluk Biru lagi sebelum gue bener-bener berangkat kerja, "Take care, Bi."
"Kamu juga, Tari."
__
Sesampainya di kantor gue sudah disambut dengan kerjaan yang lumayan numpuk, gue langsung menghadap Mas Dirga buat minta tanda tangan habis itu gue lanjut meeting kecil sama Adnan dan Gavin.
"Ini semuanya udah mantep sih, kita cuma tunggu pas hari H pertemuan pers aja." Kata Adnan.
Gue dan Gavin reflek menghela nafas lega, akhirnya beban kerjaan kita berkurang satu.
"Vin, lo harus tetep follow up ke tim humas nya Pak Kalangga, ya." Kata Adnan.
"Oke, noted."
"Akhirnya gue gak harus tidur tengah malem lagi." Ucap gue lega.
Adnan ketawa sambil beresin barang-barang dia, "Mau ngopi gak kita?"
"Ayo lah! Gue mumet banget!" Kata Gavin.
Akhirnya kita memutuskan buat ngopi di cafe deket kantor, mumpung sekarang udah mau jam makan siang juga. Cuma butuh sepuluh menit buat kita sampai di cafe, Adnan langsung pesenin kopi dan cemilan buat kita sedangkan gue sama Gavin cari tempat duduk.
Kita akhirnya duduk di smoking area karena Gavin sama Adnan ini perokok aktif.
"Nady, lo ada hubungan apa sih sama ponakannya Pak Sanjaya itu?" Kan, mulai lagi deh.
"Dia kan cuma anak intern di tim gue." Jawab gue.
"Bukan Deva, maksud gue abangnya." Kata Gavin.
"Dia cuma kakak tingkat gue waktu kuliah, sebenernya gue baru kenal dia pas di acara ulang tahun Pak Sanjaya karena yang kenal dia waktu kuliah tuh mantan gue." Jelas gue.
"Tapi kalian keliatan akrab gitu?" Tanya Gavin.
"Ngomongin apa sih?" Adnan yang baru aja selesai pesen makan langsung gabung sama kita, dia duduk di samping Gavin.