Kalangga menatap seorang pria yang berdiri di depan pagar rumahnya, hari ini ia akan pergi ke rumah orang tuanya untuk menginap di sana. Kalangga tau betul siapa lelaki yang berdiri di depan rumahnya itu.
"Biru." Panggil Kalangga.
Pria itu membalikan badannya menatap Kalangga, dan tepat dugaan pria itu adalah Biru.
"Masuk dulu." Suruh Kalangga sambil membukakan pagar untuk Biru.
"Disini aja, Kal. Gue sebentar aja kok."
Kalangga mengangguk setuju, ia menatap Biru yang berdiri dengan paper bag di tangannya.
"Buat lo sama Tari." Biru menyerahkan paper bag itu kepada Kalangga. Kala menerima paper bag itu dengan tatapan bingung.
"Isinya undangan pernikahan gue dan dress untuk Bestari, gue gak sampai hati buat kasih langsung ke dia dan gue yakin gue bakal diusir lagi sih kalo ke rumahnya." Kata Biru dengan kekehan diakhir.
"Gue tau gue brengsek banget udah nyakitin Tari tapi gue masih undang dia ke pernikahan gue, tapi gue cuma mau Tari bisa memulai hidupnya lagi tanpa gue, entah nanti akhirnya dia akan semakin benci sama gue atau enggak, gue gak perduli. Bestari berhak dapat kebahagiaan, gue harap gue jadi sakit yang terakhir kali buat dia." Jelas Biru.
"Lo serius, Biru? Lo beneran mau ninggalin Nadyla?" Tanya Kalangga.
Biru mengangguk mantap, "Kenapa kaget gitu? Harusnya lo seneng dong karena lo bisa kejar cinta pertama lo itu."
"Biru, lo tau?" Tanya Kalangga kaget.
"Siapa yang gak tau, Kalangga. Satu fakultas tau lo naksir sama cewek gue waktu itu."
"Sorry, Bi." Ucap Kala lirih.
Biru menganggukan kepalanya. "Lo bisa kejar Bestari sekarang, gue tau lo baik dan sayang banget sama dia."
"Lo gak mau mukulin gue gitu? Lo tau kan Bestari nangis-nangis karena gue?" Tanya Biru.
Kalangga menggelengkan kepalanya, "Gue bakal diocehin Nady kalo mukulin lo, padahal gue pengen banget pukulin lo sekarang."
Biru ketawa mendengar jawaban Kalangga, ia menghampiri Kalangga dan menyalami tangan Kalangga dengan salaman khas laki-laki. "Gue bakal flight ke Bali besok lusa, tolong bilang ke Tari kalo gue bakal nunggu dia disana, tolongin gue buat terakhir kali ini ya, Kalangga."
"Titip Bestari ya, Kal. Cukup gue yang jadi laki-laki brengsek di hidup dia, please make her feel like she's the luckiest girl in this world because she's deserve it."
__
"Kak Nady, kita masih lama gak nyari mainan nya? Deva udah bawel banget nelfon aku terus."
Gue sama Rachel masih ada di mall, gue lagi cari hotwheels buat Kala karena kemarin gue udah janji kalo gue gak nepatin janjinya nanti dia tantrum.
"Bilang aja sebentar lagi, tanyain sekalian Kalangga jadi jemput atau enggak." Kata gue.
Gue kembali sibuk nyari hotwheels yang bagus sedangkan Rachel sibuk angkat telfon dari Deva, kedengeran tuh suara ributnya. Gak lama Rachel berdiri di sebelah gue lagi.
"Mereka udah disini anjir, nungguin di sushi tei." Kata Rachel.
"Serius? Kalangga kok gak kasih tau aku ya?"
"Pasti kalo bilang dulu sama kamu bakal kamu omelin Kak, takut dia." Kata Rachel sambil ketawa.
"Yaudah aku bayar ini dulu nanti kita samperin mereka." Gue jalan ke kasir buat bayar belanjaan gue habis itu kita keluar toko mainan dan jalan nyamperin Kalangga sama Deva yang ada di restoran sushi.