BAB 15 : Dilema

4 1 0
                                    

Dante: Another World

Creator       : Sacracias
Story  line  : Sacracias
Writer         : Sasabill Jei
Genre          : Isekai, Fantasi, Petualangan

BAB 15 : Dilema

Kemunculan Jasmine yang mengendarai Griffin mengubah suasana sekitar menjadi hening. Udara seakan membeku, dan suara-suara kecil lainnya teredam. Altima dan Litha, yang sebelumnya terlibat dalam pertarungan sengit, kini hanya bisa terdiam. Mata mereka terpaku menatap Jasmine, terpesona dan terkejut dengan kehadirannya. Di sisi lain, Dante, Ellion dan Shelvy juga masih berdiri terpaku di depan bengkel terbengkalai, mereka menatap ke arah Jasmine dengan rasa kagum dan rasa takjub yang sama.

Griffin yang membawa Jasmine di punggunya perlahan mengepakkan sayapnya, hembusan angin yang ditimbulkannya mengepulkan debu di sekitarnya. Dengan gerakan yang anggun, Griffin itu mendarat, kaki-kakinya mendarat dengan lembut di tanah yang keras. Sesaat setelah Jasmine turun dari punggung Griffin itu dan menginjakkan kaki di tanah, seketika Griffin itu berubah wujud. Rupanya, Griffin itu adalah Riesscha, mentor bagi Dante, Ellion dan Shelvy.

Jasmine melangkah ke arah Litha, langkahnya tegap dan penuh tekad. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah, matanya menyala dengan keberanian dan determinasi. Meski dia adalah wanita, aura keberaniaan dan kekuatan yang dia pancarkan membuat semua yang ada di sekitarnya terdiam dan memandanginya dengan rasa hormat dan takjub.

Seketika, Jasmine mengangkat lengannya sebatas bahu ketika ia tiba di hadapan Litha. Saat itu juga, butiran bola putih yang ia kendalikan dengan lembut mengikat pergelangan tangan dan kaki Litha, membuat wanita berambut pendek itu melayang beberapa inchi di atas tanah, seolah terapung di udara.

"Aku kecewa padamu," ucap Jasmine, tatapannya tajam tertuju ke arah Litha. Litha hanya bisa terdiam, kepalanya tertunduk, tak berani menatap Jasmine. Wajahnya tampak pucat, dan matanya berair.

"Nona Jasmine!" Altima, yang berada di belakang Jasmine, mencoba melangkah mendekati Jasmine. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Jasmine sedikit melirik ke belakang, ke arahnya. Altima seolah merasakan aura yang begitu kuat dari Jasmine, hingga membuatnya menghentikan apapun tindakan yang hendak ia lakukan. Altima masih menjunjung tinggi rasa hormat dan takut kepada Jasmine, layaknya seorang murid kepada gurunya.

"Aku sudah memperingatimu, aku juga sudah tau semua rahasiamu. Aku sengaja pergi untuk melihat apa yang akan kau lakukan," Jasmine kembali mengalihkan atensinya ke arah Litha, namun Litha masih bungkam, menundukkan kepala. Wajahnya tampak sedih, dan matanya tampak kosong, seolah kehilangan arah dan tujuan.

Jasmine menurunkan lengannya, diiringi dengan butiran bola-bola putih yang bercerai berai, melepas ikatan pada pergelangan tangan dan kaki Litha, membiarkan Litha jatuh ke tanah dengan lemas.

"Pergilah dari Nidhafeli. Dan jangan pernah kembali." Jasmine melangkah melewati Litha begitu saja, hendak menuju ke arah Dante, Ellion dan Shelvy. Altima dan Riesscha juga melangkah melewati Litha yang masih terduduk di tanah, meninggalkan wanita itu dalam keadaan terpukul.

Litha sesaat melirik ke belakang, memperhatikan Jasmine yang kini telah berada di hadapan Dante. Mata Litha menangkap perbedaan ekspresi Jasmine yang seketika berubah ceria di hadapan Dante. Bahkan Altima juga kini terlihat lebih peduli kepada Dante. Kesedihan dan amarah Litha kini berubah menjadi kecemburuan dan dendam.

Litha beranjak dari tempatnya tanpa berkata. Meninggalkan semua orang di belakangnya yang kini lebih ramah terhadap Dante. Sesaat, air mata berlinang melewati pipi wanita itu, mengiringi langkahnya meninggalkan kota Nidhafeli, kota yang sudah menjadi rumah kedua baginya setelah bangsa Avarian mengambil alih Altaria, kampung halaman Litha.

Litha terus melangkah dengan gontai, hingga tak terasa langkahnya telah membawa ia keluar dari gerbang kota Nidhafeli. Kini, Litha berjalan perlahan menyusuri padang pasir yang luas, dikelilingi oleh bukit-bukit pasir dan langit yang membentang luas tanpa awan. Terik matahari menyengat kulitnya, namun ia terus berjalan tanpa arah dan tujuan.

Dante: Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang