BAB 37: Keputusan Chou

0 0 0
                                    

Dante: Another World
Shijin Region Arc

Creator        : Sacracias
Writer          : Sacracias
Story  line   : Fllz
Genre           : Isekai, Fantasi, Petualangan


BAB 37: Keputusan Chou

Mentari sore perlahan merangkak turun di ufuk barat, menyapa Desa Ryujin dengan warna jingga keemasan. Cahaya senja yang lembut menerpa bangunan-bangunan kayu yang menjulang tinggi, menciptakan suasana damai dan tenang. Namun, di tengah suasana senja yang menenangkan itu, Dojo Desa Ryujin, tempat para samurai berlatih, justru dipenuhi ketegangan.

Di tengah ruangan, Chou, kepala desa sekaligus master samurai, duduk tegak di atas tatami. Wajahnya serius, matanya tajam mengamati para samurai muda yang duduk berjajar di hadapannya. Di sampingnya, Riesscha duduk dengan tangan terlipat, senyum tipis terukir di bibirnya, seakan memancarkan aura tenang dan percaya diri yang menenangkan para samurai muda yang gelisah. Di sekeliling mereka juga hadir beberapa master samurai lainnya yang ikut serta memberikan dukungan dan arahan bagi setiap samurai muda.

Di depan Chou, Dante, Ellion, Shelvy, Yao, Rubi, dan Rin, serta beberapa siswa samurai lainnya duduk dengan gelisah. Ujian Guardian Soul, sebuah tradisi kuno yang menentukan nasib setiap desa, semakin dekat. Atmosfer di ruangan terasa berat, dipenuhi dengan harapan, kecemasan, dan sedikit ketakutan.

"Baiklah," Chou memulai, suaranya bergema di ruangan, "Sesuai kesepakatan setiap kepala desa, aku telah memutuskan empat orang petarung yang akan mengikuti ujian Guardian Soul, sekaligus mewakili Desa Ryujin," matanya menyapu wajah para samurai muda di hadapannya. Detak jantung mereka berpacu kencang, menanti pengumuman yang akan menentukan nasib mereka.

"Diantaranya adalah..." Chou menjeda ucapannya, membuat suasana semakin menegang.

"Rubi Kojima," Chou akhirnya menyebutkan nama pertama, diiringi sorak sorai dari beberapa siswa laki-laki. Rubi, dengan parasnya yang cantik dan kemampuan berpedang yang hebat, memang cukup populer di kalangan siswa laki-laki. Namun, di balik kecantikannya, Rubi hanya terdiam, menundukan kepalanya. Sifat Rubi yang dingin sama sekali tidak membuatnya sombong. Terlebih dengan keyakinannya bahwa perempuan bukanlah makhluk lemah, dan bisa menjadi kuat seperti laki-laki.

"Rin Shiryu," Chou melanjutkan ucapannya, kali ini giliran para siswa perempuan yang bersorak. Rin, dengan sifatnya yang polos dan ceria, memiliki banyak teman dan mendapat dukungan penuh dari mereka. Berbeda dengan Rubi, Rin terlihat terkejut, wajahnya memerah, dan matanya berkaca-kaca. Ia tampak kikuk dan bingung, namun berusaha menerima takdirnya untuk mengikuti ujian.

"Selanjutnya..." Chou sekali lagi menjeda ucapannya, menciptakan ketegangan yang semakin mencekam. Para samurai muda saling berbisik, menebak-nebak siapa yang akan dipilih selanjutnya.

"Dante Alcaro dan Ellion Zereveall," Chou akhirnya mengumumkan, suaranya tegas dan penuh keyakinan.

Namun berbeda dengan suasana penuh antusias sebelumnya. Kini suasana di dalam dojo berubah drastis. Sorak sorai yang sebelumnya menggema, kini tergantikan oleh keheningan yang mencekam. Para siswa saling berbisik, tatapan mereka penuh dengan rasa heran dan ketidakpercayaan. Dante dan Ellion, dua petualang yang dilatih langsung oleh Chou, tidak pernah terdaftar sebagai siswa dojo.

"Kenapa mereka?" bisik seorang siswa laki-laki, suaranya penuh ketidakpercayaan.

"Mereka bukan dari desa kita," timpal seorang siswa perempuan dengan raut wajah kecewa.

"Master, apakah Anda yakin akan mengikutsertakan orang luar untuk ujian?" Tanya salah seorang master samurai yang duduk di samping Chou. Namun Chou hanya meliriknya, kemudian kembali menatap setiap siswa dihadapannya.

Udara di dojo terasa berat, dipenuhi dengan ketegangan yang teramat nyata. Bisikan-bisikan sumbang dan tatapan curiga tertuju pada Chou, sang master samurai, yang baru saja mengumumkan keputusan kontroversialnya. Ia akan mengikutsertakan Dante dan Ellion, dua pemuda asing yang baru saja datang, dalam ujian kelulusan samurai.

"Aku faham keputusanku untuk mengikutsertakan Dante dan Ellion akan menjadi perdebatan. Namun aku memiliki alasan kuat mengapa Dante dan Ellion harus mengikuti ujian," jelas Chou dengan lantang, suaranya bergema di ruangan yang hening. Pandangannya tajam, menatap satu per satu muridnya yang terdiam, seakan menantang mereka untuk mempertanyakan keputusannya.

"Dante Alcaro adalah putra mendiang raja Raguel Alcaro, pemimpin kerajaan Altaria yang ditumbangkan bangsa Avarian saat tragedi invasi Altaria. Dante merupakan bangsa campuran antara Manusia dan Ethernian, bangsa yang kelak akan membawa perdamaian dan keadilan bagi seluruh bangsa Yggdra dari ancaman penjajahan bangsa Avarian," jelas Chou, suaranya sedikit melunak, namun tetap berwibawa.

Seketika, ruangan itu seakan terbungkus oleh hening yang mencekam. Para murid terdiam, matanya terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Kisah tentang tragedi invasi Altaria dan bangsa Ethernian yang penuh misteri telah lama menjadi legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi.

"Sedangkan Ellion Zereveall, merupakan putri kerajaan Zephyra, anak dari raja Horus Hathor. Kalian tentu tahu tragedi Api di Langit beberapa tahun silam. Ellion memiliki tekad yang sama seperti Dante, untuk menghentikan penjajahan dan penindasan bangsa Avarian di tanah Yggdra. Dengan mengikut sertakan mereka berdua kedalam ujian, aku berharap keduanya mendapatkan pengalaman berharga, yang akan membuat keduanya lebih kuat, agar bisa melindungi kita semua dari kekejaman bangsa Avarian," jelas Chou, suaranya penuh keyakinan, matanya memancarkan tekad yang kuat.

Suasana di dojo terasa berat, dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan. Cahaya senja meredup, menyorot bayangan panjang para murid samurai yang tertunduk lesu. Mereka terdiam, pikiran mereka dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan keraguan. Invasi Altaria dan Api di Langit, dua tragedi tragis yang telah merenggut banyak nyawa karena kekejaman bangsa Avarian, masih membekas di benak mereka. Namun, di tengah kesedihan dan kekecewaan, muncul dua sosok yang mampu membakar semangat mereka kembali: Dante dan Ellion.

"Aku akui Dante dan Ellion jauh lebih kuat dariku, bahkan mungkin lebih kuat dari kalian semua," seketika Rubi, seorang murid yang dikenal karena kekuatan dan keberaniannya, berdiri tegak, matanya menyala dengan tekad yang membara. Ia menatap tajam para murid lainnya, seolah ingin menusuk hati mereka dengan kebenaran yang tak terbantahkan. Chou, sang master samurai, hanya terdiam, mengamati dengan tenang, tangannya terlipat di depan dada, seolah menunggu badai yang akan datang.

"Mereka memiliki pedang yang langka, serta kemampuan di luar batas samurai biasa sepertiku. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat latihan, Ellion secara tidak sengaja mampu mengeluarkan kilatan energi yang hampir saja membunuh dia," seru Rubi, suaranya bergetar, telunjuknya tertuju pada Yao yang duduk tepat di sampingnya. Yao terkejut, matanya membulat, menatap Rubi dengan tak percaya. Namun, Yao diam, ia tidak bisa memungkiri kebenaran yang tersirat dalam setiap ucapan samurai berbakat itu.

"Namun Dante berhasil menahan kilatan energi itu dengan kemampuannya. Bukankah itu adalah bukti bahwa mereka berdua layak mengikuti ujian? Bahkan lebih layak dari kalian yang hanya bisa mencibir," ucap Rubi dengan nada tinggi, suaranya bergema di ruangan, menggemakan kekecewaan dan kemarahannya. Ia merasa terhina melihat para murid lain yang hanya bisa mencibir dan meragukan kemampuan Dante dan Ellion.

"Duduklah Rubi," ucap Chou dengan tenang, suaranya lembut namun tegas, menenangkan muridnya yang tengah berapi-api itu. Mendengar ucapan Chou, Rubi seketika menuruti ucapan masternya itu dengan wajah yang muram, namun matanya masih menyala dengan api semangat yang tak kunjung padam.

Tiba-tiba, Riesscha, mentor bagi Dante, Ellion, dan Shelvy, angkat bicara. "Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para master samurai, dan kepada para siswa sekalian," ucapnya dengan suara yang lembut, namun penuh penyesalan. Ia menyadari bahwa keputusannya untuk melibatkan Dante dan Ellion dalam ujian telah menimbulkan kontroversi.

"Sebagai mentor bagi Dante, Ellion, dan Shelvy, sebenarnya aku sendiri yang mengusulkan kepada Master Chou untuk mengikutsertakan Dante dan Ellion kedalam ujian," jelas Riesscha, beralih melirik para master yang duduk di sampingnya. "Aku sendiri sengaja merekomendasikan mereka berdua berdasarkan penilaian Chou setelah mengetahui desa Ryujin kekurangan petarung untuk diikutsertakan didalam ujian," lanjut wanita berambut merah itu, mengakhiri tatapannya ke arah Chou.

"Itu benar," sahut Chou, mengangguk setuju. "Sejauh ini, hanya Rubi Kojima dan Rin Shiryu yang mampu mebuktikan kegigihan dan kedisiplinan mereka dalam menjadi samurai yang kuat. Namun bukan berarti siswa lain tidak bersungguh-sungguh dalam berlatih, hanya saja Rubi dan Rin belajar dengan lebih giat. Aku harap kalian juga bisa terus berlatih dan belajar menjadi samurai, agar bisa melampaui Rubi dan Rin hingga kalian layak mengikuti ujian Guardian Soul," jelas Chou, suaranya penuh semangat, berusaha memotivasi para muridnya.

"Karena hal itulah aku mengikutsertakan Dante dan Ellion," lanjut Riesscha, matanya berbinar dengan tekad. "Seperti yang sudah diutarakan oleh Rubi, Dante dan Ellion memang belum lama belajar bela diri. Namun dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan akan tanggung jawab mereka untuk menghentikan penjajahan bangsa Avarian, mereka mampu melampaui batas diri mereka masing-masing. Jika orang luar seperti kami mampu berlatih menjadi lebih kuat, aku yakin siswa lain yang tidak terpilih juga bisa melakukan hal yang sama, bahkan melebihi apa yang dilakukan Dante dan Ellion," jelas Riesscha, suaranya penuh keyakinan, berusaha membakar semangat para murid yang terpuruk.

Suasana di dojo mulai berubah. Para murid yang tadinya tertunduk lesu, kini perlahan mulai mengangkat kepala, tatapan mereka mulai terarah pada Dante dan Ellion. Semangat yang baru terpancar dari mata mereka, sebuah percikan harapan di tengah kegelapan yang telah lama menyelimuti desa Ryujin. Chou tersenyum, melihat semangat para muridnya kembali menyala. Ia tahu bahwa jalan menuju perdamaian dan keadilan masih panjang, namun ia yakin bahwa dengan tekad dan semangat yang membara, mereka akan mampu mengalahkan kegelapan dan mencapai kemenangan.

Saat hari sudah mulai gelap, Chou membubarkan pertemuan di dojo. Semua master samurai dan para siswa dojo kembali ke rumah mereka masing-masing. Dante dan Yao segera melangkah untuk kembali ke penginapan laki-laki, begitupun dengan Riesscha, Ellion, dan Shelvy. Namun, sesaat sebelum Ellion kembali ke penginapan, dari kejauhan ia melihat Yao yang sedang berbincang dengan Dante, kemudian pergi ke arah lain, meninggalkan Dante yang melangkah pulang sendirian. Ellion yang selalu menaruh kecurigaan kepada lelaki berambut panjang yang selalu dikuncir itu merasa ada hal yang janggal.

"Riess, bawa Shelvy pulang. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan," ucap Ellion seraya bergegas meninggalkan tempatnya berdiri. Suaranya terdengar dingin, matanya menatap tajam ke arah Yao yang semakin menjauh. Riesscha hanya terdiam, melihat tingkah Ellion yang tiba-tiba berubah. Shelvy terlihat kebingungan, ia tidak mengerti apa yang terjadi.

"Dia tidak diikutsertakan dalam ujian, bertanya kepada orang lain hanya akan menambah pertanyaan lain, lebih baik aku ikuti dia," gumam Ellion seraya melangkah secara diam-diam, mengikuti Yao yang beranjak menuju hutan kecil di tepi desa. Langkahnya ringan, namun penuh dengan tekad. Ia harus mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh Yao.

Bersambung...

Dante: Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang