BAB 34: Ujian Guardian Soul

2 1 0
                                    

Dante: Another World
Shijin Region Arc

Creator        : Sacracias
Writer          : Sacracias
Story  line   : Fllz
Genre           : Isekai, Fantasi, Petualangan

BAB 34: Ujian Guardian Soul

Di tengah terik matahari yang menyengat, suasana latih tanding antara Dante dan Rubi terasa semakin memanas. Pertarungan yang awalnya didominasi oleh Rubi dengan kecepatannya yang luar biasa, kini mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Dante, yang awalnya kesulitan menghadapi kecepatan Rubi, perlahan mulai memahami celah dalam strategi lawannya.

Kecepatan Rubi, yang merupakan kekuatan utamanya, ternyata juga menyimpan kelemahan. Gerakannya yang sangat cepat meninggalkan jejak energi yang dapat ditangkap oleh mata yang jeli, meski hanya seperti butiran pasir yang terlempar keluar wadah. Dante, dengan iris mata hitamnya yang tajam, menyadari hal ini. Ia mulai mengamati pola gerakan Rubi, mencoba menangkap jejak energi yang tertinggal di udara.

"Sepertinya kau mulai kehabisan energi," terdengar sayup-sayup suara Rubi yang masih bergerak cepat mengitari Dante, sambil sesekali menyerang dengan tendangan atau pukulan. Dante, yang kesulitan menghindari serangan lawannya, hanya bisa terdiam menerima setiap serangan. Namun, di balik kesabarannya, Dante mulai merumuskan strategi baru.

"Tidak ada salahnya mencoba," gumam Dante, mencoba kembali menggenggam erat pedangnya. Ia memahami bahwa kecepatan Rubi tidak akan selamanya bertahan. Kelelahan pasti akan menghampiri, dan pada saat itulah Dante akan memanfaatkan celah yang terbuka.

Dante kemudian menebas Rubi yang masih bergerak cepat mengelilinginya. Namun, setiap tebasan yang dilakukannya seolah hanya membelah angin, tak mampu mengenai atau bahkan menghentikan getakan cepat Rubi.

Percaya diri dengan kecepatannya, Rubi mengejek Dante dengan nada sombong, "Apa yang kau lakukan? Serangan lambat seperti itu tidak akan bisa mengenaiku."

Meski Dante sebelumnya tampak kesulitan menghadapi kecepatan lawannya, namun ia berusaha untuk tidak terpengaruh oleh provokasi lawan tandinya itu. Tanpa mengindahkan ucapan lawannya, Dante terus menebas dengan Alcaro Sword miliknya, meski sesekali harus menerima serangan balik dari Rubi.

Seiring berjalannya waktu, aura kehitaman mulai kembali memancar dari Alcaro Sword, seolah pedang tersebut kembali terisi energi dari sumber yang tak terduga. Rubi, yang masih terlena dengan kecepatannya, tidak menyadari perubahan yang terjadi pada pedang besar milik Dante itu. Gadis berambut hitam dengan kuncir panjang itu terus bergerak mengitari lawannya, kembali menunggu momen yang tepat untuk melancarkan serangan.

Namun, ketika Rubi hendak menyerang untuk kesekian kalinya, kali ini pukulannya dapat dengan mudah ditangkis oleh lawannya hanya dengan menggunakan satu kepalan tangan. Dengan sigap, Dante menggenggam erat kepalan tangan Rubi yang hendak menyerangnya, menghentikan gerakannya seketika. Di saat Dante menggenggam lengan lawannya, aliran energi terlihat mengalir dari lengan Rubi ke lengan Dante.

"Kau menyerap energiku?" seru Rubi terkejut.

"Ya, Aku juga baru tahu aku bisa melakukannya," ucap Dante yang juga terkejut dengan kemampuan barunya.

Seolah terbangun dari tidur panjang, Dante menemukan potensi tersembunyi dalam dirinya. Ia mampu menyerap energi lawan, dan memanfaatkannya untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Beberapa kali Rubi mencoba melepaskan genggaman Dante, atau menendang dan memukulnya. Namun, tubuh Dante seolah mengeras seperti besi, semua serangan fisik kini sama sekali tak berpengaruh padanya.

"Sebenarnya kekuatan apa yang kau miliki?" tanya Rubi, penasaran dengan perubahan yang terjadi pada lawannya itu.

"Sepertinya aku bisa memanipulasi energi untuk meningkatkan daya tahan tubuhku," jawab Dante, sambil mengamati aura tipis berwarna ungu kehitaman yang menyelimuti tubuhnya. "Mari kita lihat apakah aku juga memiliki peningkatan serangan atau tidak."

Dante melepaskan genggaman tangannya, kemudian melakukan tendangan memutar untuk menyerang Rubi. Rubi, yang masih terkejut dengan kemampuan baru Dante, segera menyilangkan lengannya untuk menahan tendangan tersebut. Namun, serangan balik yang dilakukan Dante ternyata cukup kuat untuk membuat Rubi terpental cukup jauh ke belakang.

"Sudah Cukup!" Di tengah sengitnya pertarungan, Chou sebagai guru bagi Dante dan Rubi, menghentikan jalannya pertarungan. Kedua remaja yang sebelumnya beradu kekuatan dengan penuh semangat terpaksa harus menuruti ucapan Master mereka, lalu kembali ke tepi lapangan.

Chou terlihat begitu puas, keriput di wajah pria tua itu seakan mengencang melihat murid-muridnya berlatih dengan penuh semangat. Senyuman dan pujian kerap diberikan Chou kepada keempat muridnya, untuk tetap menjaga semangat mereka. Memahami pentingnya istirahat, Chou mengajak murid-muridnya untuk beristirahat sejenak. Rasa lelah setelah berlatih bertarung perlu dihilangkan agar mereka dapat kembali fokus.

"Kita butuh istirahat sejenak," ucap Chou, senyum tipis terukir di wajahnya. Ia mengamati murid-muridnya yang tampak kelelahan, namun semangat mereka masih berkobar.

Tak lama kemudian, Riesscha muncul membawa makanan dan minuman. Ia mendekat dengan langkah ringan, matanya tertuju pada Ellion yang masih duduk terdiam di bawah pohon.

"Dimana Shelvy?" tanya Ellion, raut wajahnya masih tampak pucat.

"Dia bermain bersama dengan seorang gadis desa yang memiliki gaya rambut kuncir bundar dua," jawab Riesscha, senyum lembut terukir di wajahnya. Ia meletakkan makanan dan minuman di dekat Ellion, lalu duduk di sampingnya.

"Mungkin gadis yang kau maksud itu adalah cucuku Rin. Tenanglah putri Ellion, Rin itu samurai yang kuat. Putri Shelvy akan baik-baik saja," ucap Chou, berusaha menenangkan Ellion. Chou menatap Ellion dengan tatapan penuh perhatian, berharap bisa meredakan kekhawatirannya.

Mendengar ucapan Chou, Ellion hanya terdiam. Ia masih tampak khawatir, namun berusaha untuk tidak menunjukkannya.

"Lima hari lagi semua kepala desa di Shijin Region akan berkumpul di desa ini untuk membahas ujian Guardian Soul," ucap Chou, membuka bahasan baru. Ia mengambil sepotong roti dari keranjang yang dibawa Riesscha, dan mengunyahnya dengan tenang.

"Ujian?" tanya Dante, matanya berbinar-binar dengan rasa penasaran.

"Setiap satu tahun sekali, setiap desa berpartisipasi mengadakan ujian bagi para petarung yang belum memiliki Guardian Soul," jelas Yao dengan raut wajahnya serius menatap Dante.

"Setidaknya setiap desa harus mengirimkan paling banyak empat petarung untuk mengikuti ujian," lanjut Rubi, menambahkan informasi penting.

"Kalian berdua benar. Ujian Guardian Soul memiliki dua tahap. Setiap desa mengirimkan setidaknya empat petarung untuk diseleksi dalam pertarungan hingga mendapatkan empat orang pemenang. Keempat pemenang akan berjuang di dalam hutan Falloum untuk menemukan dua Soul Token. Dua peserta yang mendapatkan Soul Token mendapatkan akses untuk membuka segel Soul Crystal, dan menjalin kontrak dengan roh tertentu," jelas Chou, menjelaskan secara detail tentang ujian tersebut.

"Namun sayangnya tahun ini, desa Ryujin hanya memiliki Rubi dan cucuku Rin yang bisa mengikuti ujian," keluh Chou, raut wajahnya seketika berubah sedikit muram.

"Mungkinkah Dante dan putri Ellion bisa ikut serta?" tanya Riesscha, mengajukan sebuah kemungkinan.

"Entahlah, sebelumnya kami tidak pernah mengikut sertakan orang lain selain petarung lokal setiap desa," jawab Chou, dengan keraguan yang terlukis di wajahnya.

"Bagaimana? Kalian ingin ikut serta dalam ujian itu?" tanya Riesscha, melirik Dante dan Ellion bergantian.

"Aku harus merebut kembali kerajaan Altaria dan menyelamatkan ibuku. Jika ada kesempatan untuk bertanding dengan orang lain, mungkin aku bisa belajar lebih banyak agar aku tahu cara mengalahkan bangsa Avarian," ucap Dante dengan tegas, raut wajahnya menunjukkan tekad yang kuat.

"Bagaimana dengan putri?" tanya Riesscha, melirik Ellion. Namun Ellion hanya terdiam sambil memakan roti, seakan sedang merenungkan sesuatu.

"Baiklah. Aku akan mendiskusikan keterlibatan Dante dan Ellion kelak. Jika tujuan kalian untuk menundukan bangsa Avarian, aku rasa ketua desa lain akan setuju. Karena setidaknya kita semua memiliki masalah yang sama dengan bangsa Avarian," ucap Chou seraya berdiri dari duduknya, menatap langit biru yang cerah, seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Sekarang aku akan memberitahu dasar menggunakan Chi," lanjut Chou. Seketika semua pandangan tertuju ke arahnya. Mata Dante berkedip, raut wajahnya menunjukkan kebingungan.

"Tapi, bukankah aku dan Ellion tidak memiliki Chi?" tanya Dante, suaranya sedikit ragu.

"Aku tahu. Meski kau tidak memiliki Chi dan putri Ellion adalah pengguna Mana, tapi menguasai keempat teknik Chi setidaknya akan membantu kalian berdua untuk menjadi lebih kuat," ucap Chou, menjelaskan dengan sabar. Ia menatap Dante dan Ellion bergantian, senyum tipis terukir di bibirnya.

"Kalau begitu lebih baik ajari aku tentang empat teknik itu," ucap Ellion, yang sebelumnya hanya diam, tiba-tiba berdiri dengan raut wajah datar. Keputusan tegasnya menunjukkan tekadnya untuk menjadi lebih kuat.

"Yao, Rubi, kalian masih sanggup berlatih?" Tanya Chou beralih melirik Yao dan Rubi yang sedang menghabiskan roti masing-masing. Kedua remaja itu saling berpandangan, lalu mengangguk serempak.

"Bagus. Sekarang aku akan memberitahu Dante dan Ellion tentang dasar-dasar teknik Chi. Untuk Yao dan Rubi yang sudah menguasai dasarnya, bantulah rekan kalian untuk bisa menguasai teknik Chi dengan sempurna," ujar Chou, diiringi anggukan kepala keempat muridnya. Suasana di bawah pohon rindang itu berubah menjadi lebih serius, siap untuk memulai sesi latihan yang baru.

Bersambung...

Dante: Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang