Dante: Another World
Shijin Region ArcCreator : Sacracias
Writer : Sacracias
Story line : Fllz
Genre : Isekai, Fantasi, Petualangan
BAB 36: Keputusan untuk Ujian
Udara di dalam kuil terasa dingin dan lembap, diiringi oleh aroma dupa yang samar-samar tercium. Cahaya redup dari lilin-lilin yang tersusun rapi di sepanjang dinding kuil menciptakan bayangan-bayangan aneh yang menari-nari di atas lantai kayu yang menjadi pijakan didalam kuil. Suasana hening menyelimuti ruangan, hanya diiringi oleh detak jantung para pemimpin desa yang berdebar kencang, seolah menandakan ketegangan yang terpendam di balik raut wajah mereka yang tenang.
Chou duduk dihadapan setiap pemimpin desa. Matanya yang tajam mengamati setiap orang yang hadir, memastikan semua telah siap untuk pertemuan penting ini.
"Baiklah, tuan dan nona sekalian," ucap Chou dengan suara yang tenang namun berwibawa, "sebelum memulai, saya ingin memperkenalkan seseorang."
Chou kemudian menepuk lantai di sampingnya dengan tangannya yang kekar meski dibalut keriput, gesturnya tegas dan penuh makna. Ia melirik ke arah Riesscha yang berdiri tepat di belakangnya. Riesscha yang memahami maksud tindakan Chou segera melangkah maju kemudian duduk di samping pria tua itu.
"Beliau ini adalah Nona Riesscha Cyellea," ucap Chou, dengan suara yang sedikit meninggi. "Beliau merupakan jendral kerajaan besar Zephyra, diutus oleh Ratu Ursula Magnacia dari kerajaan besar Zelenia untuk mendampingi anak dalam ramalan."
Riesscha menundukkan kepalanya sedikit dengan sopan sebagai tanda hormat. Wanita Sylphian itu seakan merasakan tatapan tajam dari para pemimpin desa yang kini tertuju padanya, membuat jantungnya berdebar kencang.
"Anak dalam ramalan?" tanya Lei, seorang wanita muda pemimpin desa Genbu, meski wajahnya tertutup oleh Hanpu, namun keingin tahuan seakan tergambar jelas dari wajahnya.
"Maksud Anda anak campuran yang akan membawa perdamaian dan menghentikan invasi bangsa Avarian di setiap kerajaan besar?"
"Benar sekali, Nona Wan," jawab Chou dengan senyum tipis dan mata yang berbinar. "Ramalan kuno telah memprediksi kedatangan anak ini, yang akan menjadi harapan terakhir bagi dunia."
Sasuke, pemimpin desa Kurenai dengan masker hitam yang menutupi mulut dan hidungnya seolah membuatnya memiliki aura yang misterius, memegangi dagunya dengan jari-jari lentiknya. Matanya tertuju pada Riesscha, seolah sedang mencari jawaban dari pertanyaan yang terbersit di benaknya.
"Aku kira kemunculan bangsa campuran itu hanyalah mitos belaka," gumam Sasuke, suaranya rendah dan penuh keraguan. "Apakah benar anak itu sudah ditemukan?"
"Tentu saja, Tuan Hamura," jawab Chou dengan nada yakin. "Anak itu sudah ditemukan, dan kini berada di des ini bersama kami."
Liu Zhang, pria tua dengan wajah keriput dan mata yang tajam, sedikit menundukan badannya menatap Chou. "Bolehkah saya melihat anak itu, Tuan Shiryu?" tanyanya dengan nada penuh harap.
"Dengan senang hati, Tuan Zhang," jawab Chou, senyum ramah terukir di wajahnya.
Chou kemudian mengisyaratkan kepada penjaga di pintu masuk kuil untuk memanggil Dante. Penjaga itu dengan cepat keluar kuil, kemudian kembali bersama Dante, seorang remaja berambut hitam dengan mata cokelat yang dalam. Dante tampak gugup, tangannya mengepal erat, matanya menunduk.
"Ini adalah Dante Alcaro," ucap Chou, memperkenalkan remaja itu dengan suara yang berwibawa, diiringi nada lembut yang menenangkan. Ia mengarahkan pandangannya kepada Dante yang kini duduk di sampingnya, tangan pemuda itu tergenggam erat, seakan berusaha menahan getaran yang terasa di seluruh tubuhnya. "Dia adalah putra mendiang Raja Raguel Alcaro, anak dalam ramalan yang memiliki darah campuran murni antara Manusia dan Ethernian."
Semua mata kini tertuju pada Dante. Para pemimpin desa saling berbisik, raut wajah mereka bercampur antara rasa penasaran, harap, dan sedikit ketakutan. Suasana di dalam kuil seketika terasa mencekam, dipenuhi dengan ketegangan yang tak terucapkan. Dante hanya duduk tertunduk, seakan tak berani menatap semua orang di ruangan. Pandangannya tertuju pada lantai kayu yang mengkilap, matanya berkedut-kedut, seolah-olah sedang berjuang melawan gelombang emosi yang menggulungnya.
"Jadi dia adalah putra mendiang raja Raguel Alcaro? Sulit dipercaya," ucap Sasuke, menatap Dante sembari memegangi dagunya. Matanya tajam, penuh dengan keingintahuan, namun di baliknya terpancar rasa simpati yang samar.
"Lalu, apa yang ingin anda bahas dengan kehadiran putra raja Raguel ini, tuan Shiryu?" Tanya Lei, suaranya terdengar dingin dan penuh tanya. Tatapannya tajam, seolah ingin menembus kedalaman jiwa Chou.
"Kebetulan tahun ini desa Ryujin sedang kekurangan siswa. Kami hanya memiliki dua orang petarung yang layak mengikuti ujian. Namun kedatangan nona Riesscha bersama dengan putri kerajaan dan putra raja Raguel memberi kami harapan untuk tetap berpartisipasi dalam ujian tahun ini," ucap Chou, sedikit menundukan kepala. Gerakannya menunjukkan rasa hormat kepada para pemimpin desa, namun matanya tetap tertuju pada Dante, seolah ingin memberikan kekuatan kepada pemuda itu.
"Apakah anda bermaksud mengikut sertakan putra raja Raguel didalam ujian, tuan Shiryu?" Tanya Liu menatap Chou. Suaranya terdengar tenang, namun di baliknya tersembunyi rasa penasaran yang mendalam. Tatapan matanya tajam, seolah ingin menembus kedalaman pikiran Chou, mencari jawaban atas pertanyaan yang telah lama terpendam di hati para pemimpin desa.
"Begitulah tuan Zhang, mengingat masa depan anak ini begitu panjang. Dante adalah harapan satu-satunya untuk negeri ini agar bisa menghentikan penjajahan bangsa Avarian, dan membawa kedamaian bagi seluruh bangsa Yggdra," jelas Chou. Suaranya bergetar sedikit saat mengucapkan kata "harapan", seolah-olah ia pun merasakan beban berat yang dipikul oleh Dante. Wajahnya menunjukkan keprihatinan yang mendalam, namun di baliknya terpancar tekad yang kuat untuk melindungi masa depan setiap bangsa Yggdra dari teror bangsa Avarian.
"Tapi tuan Shiryu, selama bertahun-tahun kita tidak pernah mendatangkan orang luar untuk ikut serta dalam ujian, terlebih kita tidak tahu apakah orang yang tidak memiliki energi Chi bisa mendapatkan Guardian Soul," ucap Lei. Nada suaranya terdengar ragu, diiringi dengan gerakan tangannya yang sedikit gemetar. Ia tampak khawatir dengan keputusan yang akan diambil, mengingat tradisi yang telah lama terjaga di desa Ryujin.
"Sejujurnya, desa Kurenai juga tahun ini hanya memiliki tiga petarung yang layak mengikuti ujian. Sampai akhirnya seorang bangsa Ethernian datang ke desa kami. Dia hanya Ethernian biasa, namun dia memiliki kemampuan assassin yang mirip dengan ilmu ninja yang saya ajarkan," ucap Sasuke. Tatapannya tajam, penuh dengan keyakinan.
"Sama halnya seperti yang diungkapkan tuan Hamura. Dante dan putri Ellion juga tidak memiliki energi Chi. Namun keduanya merupakan pendekar pedang yang berbakat. Keduanya mampu mempelajari ilmu samurai yang aku ajarkan dengan sangat baik," jelas Chou. Suaranya terdengar penuh keyakinan, matanya berbinar-binar, seolah-olah ia sedang melihat potensi besar yang tersembunyi di dalam diri Dante dan putri Ellion.
Suasana di ruangan itu semakin menegang. Para pemimpin desa saling bertukar pandang, masing-masing memikirkan makna di balik kata-kata Chou dan Sasuke. Tatapan mereka penuh dengan keraguan, namun di baliknya terpancar rasa penasaran yang mendalam. Mereka menyadari bahwa keputusan yang akan mereka ambil akan menentukan masa depan wilayah Shijin, bahkan bagi seluruh bangsa Yggdra.
Dante, yang selama ini hanya tertunduk, perlahan mengangkat kepalanya. Matanya yang selama ini tersembunyi di balik bayangan kini menatap lurus ke depan, penuh dengan tekad dan sedikit ketakutan. Ia masih muda, namun beban yang dipikulnya terasa begitu berat. Raut wajahnya menunjukkan keraguan, namun di baliknya terpancar tekad yang kuat untuk membuktikan dirinya.
"Sulit bagi saya untuk memutuskan, mengingat tradisi yang sudah kita jalani dari generasi ke generasi. Tapi kita juga harus tetap berpegang teguh pada aturan ujian yang mengharuskan mengirim empat petarung dari setiap desa, untuk menghormati roh leluhur" ucap Liu. Wajahnya menunjukkan keraguan yang mendalam, tangannya menggenggam erat, seolah-olah sedang berjuang melawan dilema yang menggerogoti hatinya.
"Saya rasa tidak ada salahnya bagi kita untuk membuka jalan baru. Bagaimanapun juga mengirimkan empat petarung dan mengharuskan hanya petarung shijin, keduanya merupakan aturan mutlak dari para leluhur. Jika salah satunya tidak terpenuhi, tentu akan mengecewakan roh leluhur. Mengizinkan orang luar untuk ikut serta dalam ujian saya rasa akan membuka peluang bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu bertarung Shijin, terlepas apakah mereka bisa mendapatkan Guardian Soul atau tidak," jelas Lei. Suaranya terdengar penuh keyakinan, matanya berbinar-binar, seolah-olah ia sedang melihat sebuah peluang baru untuk kemajuan dunia bela diri di wilayah Shijin.
"Sepertinya saya setuju dengan nona Wan. Kita harus menghormati roh leluhur dengan mengikuti aturan dan ajaran mereka untuk wilayah Shijin. Namun saya rasa dalam kasus ini, kita harus melanggar salah satu aturan demi menjaga aturan lain tetap terjaga, mungkin bukan suatu masalah yang besar. Roh leluhur pasti akan memahami keterpurukan yang saat ini kita alami," sambung Liu. Ia mengangguk setuju, raut wajahnya menunjukkan tekad yang kuat untuk menjaga keseimbangan antara tradisi dan kebutuhan.
Chou tersenyum mendengar tanggapan Liu Zhang dan Lei Wan. Begitupun dengan Sasuke yang bermaksud mengikut sertakan orang luar seperti yang dilakukan Chou. Senyum mereka menunjukkan rasa lega, seolah-olah mereka telah menemukan jalan keluar dari dilema yang selama ini menghantui mereka.
"Terimakasih atas perhatian tuan Zhang dan nona Wan," ucap Chou sedikit menundukan kepala. Gerakannya menunjukkan rasa hormat yang mendalam kepada para pemimpin desa, sekaligus rasa syukur atas keputusan yang telah mereka ambil.
"Namun, ada satu hal yang ingin saya ajukan untuk ujian Guardian Soul tahun ini," ucap Liu, seketika semua perhatian tertuju kearahnya. Suaranya terdengar tegas, matanya tajam, seolah-olah ia sedang menyampaikan sebuah pesan penting.
"Saya tahu saya telah mengecewakan salah satu murid saya sampai ia harus belajar bela diri di desa ini. Namun bagaimanapun juga, Lin Yao tetap petarung kung-fu desa Baihu. Saya ingin Lin Yao mengikuti ujian atas nama desa Baihu. Apakah tuan Shiryu tidak merasa keberatan?" Tanya Lei. Wajahnya menunjukkan sedikit rasa bersalah, namun di baliknya terpancar tekad yang kuat untuk membela muridnya.
"Saya faham maksud anda tuan Zhang. Terlepas dimana dia belajar, Yao tetap warga desa Baihu. Tentu saja sudah menjadi kewajiban dia untuk membawa nama desanya dalam ujian," jawab Chou. Suaranya terdengar tenang, penuh dengan pengertian, seolah-olah ia memahami dilema yang dihadapi oleh pemimpin desa kung-fu Baihu itu.
"Terimakasih tuah Shiryu," ucap Liu. Ia mengangguk dengan penuh rasa syukur, seolah-olah beban yang selama ini dipikulnya telah terangkat.
"Tuan Hamura, apakah ada hal lain yang ingin anda sampaikan?" Tanya Chou melirik Sasuke.
"Dengan diizinkannya saya membawa orang luar untuk melengkapi petarung dari desa Kurenai sudah menjawab semua keraguan saya," ucap Sasuke. Wajahnya menunjukkan rasa lega, seolah-olah ia telah menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya.
"Bagaimana dengan anda, nona Wan?" Tanya Chou beralih melirik Lei.
"Beruntung tahun ini desa Genbu dapat memenuhi semua syarat ujian. Kami memiliki cukup petarung berbakat untuk mengikuti ujian," jawab Lei. Suaranya terdengar tenang, penuh dengan keyakinan, seolah-olah ia tidak memiliki keraguan sedikitpun.
"Baiklah, mengingat semua poin penting telah dibahas dan disepakati, saya rasa kita dapat mengakhiri pertemuan ini," ucap Chou, suaranya berwibawa namun diiringi nada lembut yang menenangkan. "Terima kasih atas partisipasi aktif dan masukan yang berharga dari semua pihak. Semoga keputusan yang kita ambil hari ini dapat membawa manfaat bagi kemajuan kita bersama."
Sasuke Hamura, pemimpin desa Kurenai, mengangguk setuju. Ia berdiri dan mengucapkan salam perpisahan kepada Chou dan para pemimpin desa lainnya. "Semoga perjalanan pulang kalian selamat. Saya mohon pamit, tuan Chou Shiryu, tuan Sasuke Hamura dan nona Lei Wan," ucapnya, lalu beranjak meninggalkan kuil.
Liu Zhang, pemimpin desa Baihu, menyusul Sasuke. Ia menunduk hormat kepada Chou sebelum meninggalkan kuil. "Semoga keputusan yang kita ambil hari ini membawa berkah bagi wilayah Shijin," ucapnya, lalu menyusul Sasuke menuju keluar kuil.
Lei Wan, pemimpin desa Genbu, adalah yang terakhir meninggalkan kuil. Ia menatap Chou dengan tatapan penuh hormat. "Terima kasih atas kepemimpinan Anda, tuan Shiryu. Semoga kita dapat terus bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik," ucapnya, lalu beranjak meninggalkan kuil.Pertemuan keempar petinggi desa itu berakhir dengan tertib. Setiap kepala desa satu persatu membawa pengawal masing-masing untuk meninggalkan desa Ryujin. Chou berdiri di depan gerbang desa Ryujin, memandangi kepergian para pemimpin desa lain yang sudah mulai melangkah jauh. Pria tua itu tersenyum, merasa lega karena pertemuan ini telah berjalan dengan lancar. Ia berharap keputusan yang mereka ambil hari ini dapat membawa perubahan positif bagi bangsa Yggdra. Ia kemudian berbalik dan memasuki kuil, meninggalkan desa Ryujin yang kini hening dan sunyi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dante: Another World
Fantasyseorang anak SMA yang terjebak di dunia misterius dan tidak bisa kembali ke dunia asalnya. terpaksa menjalani takdir yang berbeda dari kehidupan dia sebelumnya.