BAB 40: Wu Sun dari Desa Genbu

0 0 0
                                    

Dante: Another World
Shijin Region Arc

Creator        : Sacracias
Writer          : Sacracias
Story  line   : Fllz
Genre           : Isekai, Fantasi, Petualangan


BAB 40: Wu Sun dari Desa Genbu

Suara hiruk pikuk penonton dari arena ujian masih terdengar samar, namun bagi para petarung desa Ryujin, suara itu seakan teredam oleh gejolak di dalam hati mereka. Di ruang istirahat desa Ryujin, udara terasa begitu berat, seolah dipenuhi oleh aroma ketegangan yang tak terucapkan. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya diselingi oleh suara nafas para petarung yang tersengal-sengal, seakan menggambarkan kegelisahan yang mereka rasakan.

Tiba-tiba, Dante, dengan nafas tersengal-sengal dan keringat yang membasahi dahinya, berlari tergesa-gesa menuju ruang istirahat. Matanya berbinar gelisah, seakan mencerminkan rasa khawatir yang tak terbendung.

"Apakah kalian lihat peserta dari desa Kurenai itu?" tanyanya tiba-tiba dengan suara sedikit bergetar.

"Jadi kau juga menyadarinya?" tanya Shelvy dengan polosnya menatap Dante, "Laki-laki yang memakai masker itu memang menakutkan," tambahnya, suaranya sedikit berbisik.

Dante menghela nafas, matanya beralih ke arah Shelvy. "Bukan, maksudku Natali. Dia ada di jajaran petarung desa Kurenai," suaranya meninggi. "Bagaimana bisa dia ada di sana? Bukankah dia..." Dante terdiam, seakan ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

Riesscha, dengan tenang, menatap Dante, "Aku sempat berfikir mungkin Raevan ada di balik ini semua. Atau mungkin Raphael memiliki rencana tertentu dengan memasukan gadis itu ke desa Kurenai." Riesscha mengusap dagunya, seolah merenungkan kemungkinan yang ada.

"Aku lebih curiga kepada lelaki berkuncir itu. Justru lebih aneh dia bisa mewakili desa Baihu, padahal dia sendiri yang bilang kalau dia melarikan diri dari desa," sela Ellion, wajahnya masih menunjukan raut kebencian terhadap Yao. Ellion mengepalkan tangannya, menunjukkan amarah yang terpendam.

"Sepertinya ada rencana terselubung di ujian ini, yang mungkin berkaitan dengan bangsa Avarian," ucap Dante, mencoba mencerna situasi yang dirasanya sangat janggal. Dante mengusap keningnya, mencoba menenangkan pikirannya yang kalut.

"Lebih baik aku mencari informasi. Kalian fokus saja pada pertandingan," ucap Riesscha kemudian melangkah meninggalkan ruang istirahat dengan langkah yang tergesa-gesa.

Seolah terdorong oleh rasa penasaran yang membara, Riesscha berlari menuju area tempat para petarung dari desa lain berkumpul. Langkahnya yang terburu-buru membuatnya tak sengaja menabrak seseorang. Karena fokus pada tujuannya, Riesscha hanya sempat meminta maaf kemudian kembali berlalu begitu saja. Orang yang ia tabrak ternyata adalah Wu Sun, salah satu petarung dari desa Genbu. Sun melirik Riesscha yang berlari semakin jauh darinya. Namun lelaki berambut pirang yang selalu membawa tongkat itu tidak terlalu menghiraukannya. Sun kemudian melangkah memasuki ruang istirahat desa Ryujin.

"Hey kalian," sapa Sun, suaranya terdengar datar, namun dengan sorot tajam di matanya.

Dante dan Ellion yang sedang berbincang terdiam, pandangan mereka seketika tertuju pada lelaki yang baru saja mereka lihat itu. "Kau? Wu Sun dari desa Baihu?" tanya Dante, suaranya sedikit gemetar. Dante terlihat gugup, tubuhnya sedikit menegang.

Sun menyeringai tipis, "Panggil saja aku Sun." Ia kemudian menyandarkan diri di pintu masuk, menyilangkan lengannya, sikapnya santai namun seakan penuh misteri.

"Apa yang kau lakukan di ruangan khusus desa Ryujin?" tanya Ellion, matanya menatap tajam Sun. Ellion menunjukkan sikap waspada, tangannya masih terkepal erat.

Sun hanya tersenyum sinis, "Tidak ada. Aku hanya ingin memberitahu kalian. Semakin sedikit yang kalian tahu, semakin bagus." Ia kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan Dante dan Ellion dengan rasa penasaran yang membuncah.

Suasana di ruang istirahat semakin mencekam. Dante, Shelvy, dan Ellion saling bertukar pandang, masing-masing menyimpan kekhawatiran di dalam hati. Ketiganya terlihat gelisah, saling berbisik dan bertukar pandangan, berusaha mencari jawaban atas teka-teki yang semakin rumit.

Hingga sesaat setelah Sun meninggalkan ruangan, Rubi muncul dan berdiri didepan pintu. "Pertandingan akan segera dimulai, lebih baik kalian segera ke bangku penonton," ujar Rubi, kemudian kembali melangkah tanpa menunggu jawaban. Rubi terlihat tenang, namun raut wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran.

Tanpa fikir panjang, akhirnya Dante, Ellion dan Shelvy melangkah pergi meninggalkan ruang istirahat menuju ke bangku penonton. Ketiganya melangkah dengan langkah yang berat, hati mereka dipenuhi dengan pertanyaan dan kegelisahan yang belum terjawab. Mereka menyadari bahwa ujian ini tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang intrik dan rahasia yang tersembunyi di baliknya.

******

Di tengah stadion Shijin, suasana mencapai titik didih. Ribuan pasang mata dari keempat desa tertuju pada arena pertarungan, menciptakan lautan manusia yang berdebar kencang. Harapan, semangat, dan rasa ingin tahu membara di wajah-wajah mereka, menciptakan atmosfer yang menegangkan. Udara di sekitar arena bagai dipenuhi dengan aroma adrenalin dan debar jantung yang berdetak kencang, membuat setiap napas terasa berat.

"Hadirin sekalian, untuk pertandingan pembuka, kita akan menyaksikan dua petarung hebat dari dua desa dengan teknik bela diri yang sangat berbeda," seru pembawa acara, suaranya bergema di seluruh stadion, membangkitkan antusiasme penonton.

"Pertarungan pertama, Kaguya Shirotsuki dari desa ninja Kurenai, melawan Wu Sun dari desa tai-chi Genbu..." lanjut pembawa acara, suaranya semakin lantang, menandakan dimulainya pertarungan yang dinantikan.

Di tengah hiruk pikuk penonton, Kaguya Shirotsuki, seorang gadis muda dengan mata tajam dan aura dingin dari desa Kurenai, melangkah maju dengan langkah yang tenang dan penuh percaya diri. Rambut hitam panjangnya terurai indah, yukata biru yang dikenakannya semakin menegaskan aura semangat yang terpancar darinya. Di seberangnya, Wu Sun, seorang pemuda dengan tubuh kekar dan aura penuh energi dari desa Genbu, bersiap dengan senyum percaya diri.

"Bukankah itu lelaki yang tadi menghampiri kita?" Bisik Shelvy dari bangku penonton kepada Ellion yang duduk disampingnya. Shelvy terlihat sedikit gugup, tangannya menggenggam erat lengan Ellion. Namun Ellion hanya terdiam, matanya terfokus kepada kedua petarung yang kini saling berhadapan di tengah arena, wajahnya menunjukkan fokus yang teramat dalam.

Di tengah arena, kedua petarung saling menatap, mata mereka bertemu dalam pertempuran tatapan yang penuh makna. Kaguya menggenggam sebuah payung biru yang menjadi senjata andalannya dengan erat, jari-jarinya terlihat gemetar sedikit, menunjukkan ketegangan yang terpendam. Sementara Wu Sun, terlihat begitu santai sembari merentangkan tangannya pada tongkat kayu yang melintang dipundaknya, senyum tipis terukir di bibirnya, menunjukkan ketenangan dan keyakinan diri.

"Peraturannya sederhana. Kalian dinyatakan menang jika bisa mengeluarkan lawan dari arena, atau salah satu dari kalian tidak sadarkan diri. Kalian bebas menggunakan teknik apapun, asal jangan saling membunuh. Wasit akan menghentikan jalannya pertandingan jika terjadi sesuatu diluar dugaan," jelas pembawa acara, diikuti dengan anggukan kepala Kaguya dan Sun yang hampir bersamaan. Keduanya menunjukkan kesiapan mereka untuk bertarung, namun dengan cara yang berbeda.

"Mulai!" Seru wasit yang berdiri di tepi lapangan, suaranya bergema, menandakan dimulainya pertarungan epik antara dua gaya bela diri yang berbeda. Suasana di stadion Shijin mencapai puncak ketegangan. Ribuan pasang mata tertuju pada kedua petarung, menantikan pertarungan yang penuh kejutan.

Setelah mendengar aba-aba, Kaguya membuka payungnya, kemudian melemparkan payung itu tepat ke arah Sun. Namun alih-alih mengenai lawannya, payung itu hanya melesat melewati Sun. Sun, dengan tenang, hanya mengamati gerakan Kaguya, wajahnya menunjukkan ketenangan yang menawan.

"Reiki: Onmyodo!" Seru Kaguya, merapalkan jurusnya. Seketika payung yang dilesatnya memancarkan aura biru muda yang menakjubkan. Aura itu kemudian berubah menjadi beberapa lengan yang siap menggenggam Sun. Lengan-lengan aura itu bergerak dengan cepat kemudian menyerbu dan menggenggam Sun.

"Sepertinya pertarungan ini akan berjalan sangat cepat dari dugaanku," ucap Kaguya tersenyum, suaranya penuh dengan keyakinan. Namun Sun yang masih ada dalam cengkraman jurus Kaguya hanya tersenyum, seolah sedang merencanakan sesuatu.

Lengan-lengan aura dari payung itu kemudian menghempas Sun hingga keluar Arena. Sesaat sebelum wasit menghentikan pertarungan saat tubuh Sun keluar arena, seketika Sun lenyap, meninggalkan kepulan asap tipis di udara. Hal itu tentu membuat Kaguya terkejut, wajahnya menunjukkan rasa heran dan sedikit ketakutan.

Tiba-tiba, Sun berada tepat beberapa langkah di samping Kaguya. "Apakah itu yang kau sebut Reiki? Membosankan," ejek Sun dengan sedikit menguap, seolah meremehkan lawannya. Sun dengan sikapnya yang santai dan penuh percaya diri, mencoba untuk menggoyahkan mental Kaguya.

Merasa terprovokasi, Kaguya menggunakan kekuatannya untuk menggerakan payungnya, agar melesat menyerang Sun, hingga payung itu menghantam tubuh Sun dengan kencang. Namun lagi-lagi, Sun kembali berubah menjadi asap tipis. Di saat yang sama, Sun tiba-tiba muncul tepat di belakang Kaguya, menodongkan tongkatnya tepat ke kepala Kaguya. Gerakan Sun sangat cepat dan sulit diprediksi seolah menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Hingga seiring dengan setiap gerakan menghindar dan serangan balik yang dilakukan Sun, membuat semua penonton bersorak.

"Tadi kau bilang pertandingan ini akan berjalan dengan cepat? Kurasa kau benar," gertak Sun, suaranya penuh dengan percaya diri. Kaguya yang merasa kesal mencoba mencari cara menyerang balik.

"Reiki: Ugoku," ucap Kaguya, seketika berpindah posisi dengan payungnya. Kaguya yang sudah menjaga jarak dengan lawannya hendak kembali melancarkan serangan. Namun...

"Reiki: Mengguo," ucap Sun. Tiba-tiba saja dua sosok yang menyerupai Sun muncul tepat di belakang Kaguya, kemudian kedua sosok itu memukul Kaguya dengan keras menggunakan tongkatnya.

Kaguya yang tidak sempat menghindar terhempas hingga keluar arena. Rupanya Sun memiliki kemampuan langka yang bisa menggandakan diri. Kaguya yang terhempas keluar arena hanya bisa pasrah menerima kekalahan, seraya melangkah meninggalkan arena dengan langkah gontai.

"Dan pemenang kita adalah Wu Sun dari desa tai-chi Genbu!" Seru pembawa acara, diiringi eluan penonton yang begitu meriah. Suasana di stadion Shijin dipenuhi dengan sorak sorai penonton yang menggembirakan.

Di tengah kemenangannya, sesaat Sun menatap Dante dan Ellion yang kini duduk di bangku penonton. Sembari tersenyum tipis, tatapan Sun seolah mengisyaratkan sebuah tantangan kepada kedua petarung desa Ryujin itu, bahwa ia bukanlah petarung biasa. Tatapannya tajam dan penuh makna, menunjukkan bahwa ia telah melihat mereka dan mengingat pertemuan mereka sebelumnya di ruang istirahat.

"Kita harus berhati-hati pada orang itu," ucap Ellion menatap tajam Sun, suaranya berbisik namun penuh dengan kekhawatiran. Ellion, dengan wajah yang serius, menunjukkan rasa waspada terhadap Sun.

"Kurasa kau benar," balas Dante, menanggapi pernyataan Ellion. Dante, dengan raut wajah yang muram, menunjukkan persetujuannya terhadap pernyataan Ellion. Keduanya mengerti bahwa Sun bukanlah lawan yang mudah dikalahkan, dan mereka harus bersiap untuk menghadapi tantangan baru yang akan datang.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dante: Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang