🐣34. as before

7.3K 664 405
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kangen mereka gak, yang kangen komen 👋 okey...

Have fun guys, jangan lupa Vote ya.

Happy Reading 🍓🎀

......

"NAREN," Rayyan langsung menahan air termos yang siap dituang kedalam gelas.

Rayyan melihat Naren seperti tidak fokus. Kalau saja ia tidak menahan termos tersebut, bisa saja tangan Naren yang melepuh terkena air panas tersebut.

Naren tersadar, ia memejamkan matanya sebentar guna mencoba melupakan hal yang membuatnya tidak fokus.

Rayyan menatap Naren khawatir, "are you, okay?"

Naren membalas dengan senyum simpul, "nggak apa-apa. Emang gue kenapa, hm?"

"Setelah lo hampir nyiram yang lo pake air panas, lo masih nanya kenapa?!" Rayyan tidak mengerti lagi dengan Naren si playboy kelas kakap itu.

"Gue nggak apa-apa," ujar Naren meyakinkan, seraya kembali menuangkan air panas tersebut pada gelas yang berisi bubuk kopi hitam yang sangat pekat. Rayyan saja sampai bergidik melihat kopi tersebut, apa Naren tidak merasa pahit saat meminumnya.

"Mau?" Tawar Naren, membuat sang empunya menggeleng cepat. Ia tidak ingin meminum kopi pahit tanpa gula tersebut, minum kopi yang ada susu nya saja Rayyan kurang suka, apalagi kopi hitam yang sangat pekat.

"Mau minum, apa?" Tanya Naren sudah mengambil gelas untuk membuat minuman Rayyan.

"Teh manis, pake gula tiga sendok ya."

"Kemanisan, Rayy." Ujar Naren seraya membuatkan teh hangat untuk Rayyan.

"Nggak, Na."

"Jangan keseringan minum manis-manis, nanti diabetes."

Rayyan langsung memukul bahu Naren, yang asal bicara. "Ucapanmu adalah doa. Ih jangan dulu, Na. Gue masih mau kejar cita-cita, gue."

"Nggak ada yang ngedoain buruk buat lo, juminten." Naren memegang kepala Rayyan dengan kedua tangannya gemas, seraya menggoyangkan kekan dan kekiri.

"Naren, teh gue..." Rayyan melepaskan tangan Naren yang masih meraup kepalanya.

Naren melepaskan kepala Rayyan, berganti mengusak pucuk kepala itu. "Gimana Lea nggak suka, kalo cowoknya aja lucu gini."

Rayyan terkesiap, terkejut dengan ucapan Naren. "Apaan sih, siapa yang suka gue. Mana ada orang yang suka gue, Na."

"Pesimis banget sih, bogel."

"NAREN," Rayyan membawa teh nya terlebih dahulu sebelum mengejar Naren yang sudah berlari lebih dulu.

Naren tertawa, lantas duduk disamping Jidar yang sepertinya sangat lelah meladeni Carel yang sangat cerewet.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang