🐣44. Don't sleep too long

7.7K 701 339
                                    

Mau bilang apa gih, sama Ayay🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau bilang apa gih, sama Ayay🥺

Hellow, malam okey gda yg jawab😌

Gimana, apakah kalian terkejut aku up lagi, oh gak ya udah🥴 soalnya aku gabut, aku lagi bingung mau apa jadi up aja deh...

Absen, yg gak absen gak boleh baca😉

1. Askot mana? Me: Lampung... [Kepo aku tuh, udah sampe daerah mana nih cerita aku]

2. Perasaan kalian pas baca Dream House itu gimana sih? [Wajib jawab nih yg ini, kan aku gtw ya... Banyak mengandung kata-kata kasar, jadi takut ada yg gak srek gitu]

Udh sekian, terima minum🍹

Jangan lupa vote komen, juga🤸💃

Happy Reading 🍓🎀

"Bang, gimana keadaan Bang Rayyan?"

Mereka menoleh, mendapati Carel yang terlihat sangat lelah. Seperti laki-laki itu berlari tadi.

"Masih ditangani sama dokter," jawab Naren pelan.

Carel menghela nafas panjang. Saat dirinya baru saja ingin memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba saja Jidar menelpon nya dan mengatakan kalau Rayyan dirawat di Rumah Sakit. Ia syok, lantas bergegas ke Rumah sakit yang alamatnya sudah Jidar beritahu.

"Rel," panggil Mahen, atensi nya menatap Haidar yang duduk dikursi depan ruangan IGD.

Carel yang mengerti hanya menunduk, menghindari atensi nya dari Haidar.Saat ini Haidar menyadari dirinya ada, namun laki-laki itu memilih diam.

"Semoga Rayyan enggak apa-apa," gumam Naren yang sedari tadi tidak bisa diam. Laki-laki itu terus berjalan kesana-kemari, guna menghilangkan rasa khawatirnya yang sangat membuatnya takut.

"Ayay, pasti baik-baik aja." Imbuh Jeano.

Tidak lama, pintu ruangan IGD tersebut terbuka, menampilkan pria baya yang memakai pakaian serba putih.

Haidar beranjak, menghampiri sang Dokter. "Dokter, bagaimana keadaan sahabat saya?"

"Ananda Rayyan harus melewati masa kritisnya nya, karena pendarahan pada kepalanya yang sangat serius." Monolog sang Dokter, membuat mereka terkejut.

"Apa Rayyan akan baik-baik saja?" Tanya Haidar.

"Untuk itu, kita serahkan pada yang di atas. Saya tidak bisa menjamin untuk penyembuhan, Ananda Rayyan sendiri."

Jeano memeluk Mahen yang saat ini bergeming. "Abang, Ayay pasti sembuh kan?" Tanya Jeano pada Mahen, yang sang empunya masih diam tanpa membalasnya.

"Ananda Rayyan akan kami pindah ke ruangan nya. Saya permisi terlebih dahulu, selamat malam." Pamit sang Dokter lantas melangkah pergi.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang