Bab 23

3.5K 194 13
                                    

Elina benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rima. Bisa-bisanya wanita itu berkata dengan santai akan menyerahkan bayi yang sedang ia kandung dengan susah payah padanya.

Bahkan, Rima berkata ia memiliki 2 orang anak lagi yang berusia 1 dan 2 tahun. Saat ini anak-anaknya sedang dititipkan pada panti asuhan di kota tempatnya tinggal sebelumnya.

Rima menjamin jika anak-anaknya bebas dari penyakit. Wanita itu juga bahkan berkata ia tidak akan melakukan hubungan intim pada laki-laki yang memiliki penyakit kelamin. Prostitusi tempat ia bekerja saat ini adalah tempat prostitusi aman di mana sebelum laki-laki menjadi pelanggan tetap akan selalu dilakukan pengecekan rutin di rumah sakit.

Kebetulan saat ini Rima sudah menjadi wanita kelas satu yang artinya fasilitasnya lebih baik dari yang lain dan dijaga ketat.

Saat ini Rima  sudah berhenti. Wanita itu berniat untuk menjalani kehidupan baik-baik. Tentu saja tanpa anak-anak yang ikut dengannya karena Rima tidak tahu akan seperti apa kehidupannya ke depannya.

"Bagaimana, Hiro, Elina? Kalian mau 'kan? Aku jamin anak-anakku bersih dari penyakit."

Saat ini di ruang tamu rumah sudah ada Rima, Hiro, dan juga Elina. Rima datang keesokan paginya dan langsung mengatakan tujuannya untuk datang ke kediaman Hiro.

"Kamu yakin, Rim? Ini anak-anak kamu, lho," ujar Hiro menatap Rima.

"Aku sangat yakin, Mas Hiro. Lagi pula, mereka akan hidup nyaman dengan  Mas Hiro dan Elina. Hidup mereka bakalan terjamin juga." Rima menjawab dengan santai. "Kalau Mas dan Elina setuju, kita bisa langsung pergi ke panti buat ambil anak-anakku."

Hiro beralih menatap istrinya. Kemudian ia berujar, "aku akan bicara dulu dengan Elina."

Setelah itu Hiro membawa istrinya masuk ke dalam kamar mereka untuk berdiskusi.

"Bagaimana menurut kamu, Sayang? Mau untuk merawat anak-anak Rima?" Pria itu bertanya dengan nada tenang. Sebenarnya Hiro juga ingin merawat anak-anak Rima, namun ia tak mau jika istrinya keberatan.

"Tapi aku tidak bisa merawat mereka, Mas. Kamu tahu sendiri aku belum bisa melihat." Elina juga memiliki keinginan untuk merawat anak-anak Rima. Daripada dirawat di tempat yang bahkan tidak jelas di mana dan akan diadopsi oleh siapa, lebih baik anak-anak Rima bersama mereka. Namun, Elina sendiri ragu ia bisa merawat anak-anak Rima sementara dirinya sendiri tidak bisa melihat.

"Kita bisa sewa baby sitter, Sayang. Kamu bisa mencurahkan kasih sayang dengan cara yang lain. Mas pasti bantu," jawab Hiro.

Hiro ingin di rumah ini ramai dengan suara tangisan anak-anak sehingga Elina tidak akan merasa kesepian. Pria itu ingin membahagiakan istrinya.

"Mas tidak keberatan?"

Hiro menjawab, "selama kamu bahagia, Mas akan melakukan apa saja."

"Kalau begitu, aku setuju."

Akhirnya kesepakatan dilakukan. Mereka akan berangkat besok ke kota tempat di mana Rima tinggal sebelumnya untuk mengambil anak-anak yang ia titipkan pada panti asuhan di dekat rumahnya.

Rima juga merasa senang  karena setidaknya anak-anaknya akan memiliki orang tua yang lengkap dan berasal dari keluarga baik-baik. Tidak seperti dirinya yang merupakan mantan wanita penghibur.

Setelah itu, Rima pamit untuk pulang dan mempersiapkan keberangkatannya besok. Setelah memastikan anak-anaknya hidup layak dan baik,  Rima akan pergi menjauh dari kehidupan mereka.  Rima memang tidak pernah menggugurkan kandungannya, karena ia pikir sudah banyak dosa yang ia perbuat. Jika ia menghilangkan nyawa bayi yang di dalam kandungannya juga, maka dosanya akan semakin menumpuk

Keesokan paginya, Hiro, Elina, dan juga Rima akhirnya berangkat dengan menggunakan mobil bersama Aina dan juga Andre. Mereka menggunakan dua buah mobil agar tidak mempersulit saat mereka membawa anak-anak Rima.

Hanya membutuhkan waktu 4 jam hingga akhirnya mereka tiba.

Kelimanya turun dari mobil ketika tiba di sebuah bangunan yang terdapat beberapa permainan untuk anak-anak di halaman depan bangunan tersebut.

Mereka disambut oleh suara riuh anak-anak hingga membuat Elina tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada tangan Hiro.

"Jangan gugup, Sayang. Semuanya akan baik-baik saja." Hiro mencoba menenangkan istrinya meski saat ini jantungnya pun berdebar kencang memikirkan sebentar lagi rumah mereka akan diisi oleh tawa dan tangis anak-anak.

Rima langsung menyatakan tujuannya untuk datang pada pemilik panti asuhan yang menyambut mereka dengan baik. Tak lupa, oleh-oleh untuk anak panti pun diserahkan mereka yang disambut penuh sukacita oleh para pengurus panti.

Anak-anak tentu saja akan senang mendapatkan mainan serta peralatan belajar untuk mereka. Bahkan, pakaian untuk mereka pun dibeli dengan jumlah yang banyak oleh Hiro.

Tak lama setelah itu, anak-anak Rima dibawa oleh pengurus panti ke dalam ruang di mana Rima dan yang lainnya berada.

Hiro, Aina, dan Andre menelan ludah mereka ketika melihat anak-anak Rima. Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu. Ini semua dikarenakan empat orang anak yang dibawa oleh para pengurus panti semuanya berkulit putih dengan mata sipit.

Apa Rima yakin jika keempat anaknya berasal dari gen yang berbeda? Batin mereka bertanya-tanya.

"Ini anak-anakku. Aku lupa bilang pada kalian, anakku memang umurnya 1 dan 2 tahun. Tapi mereka semua kembar. Untuk umur dua tahun, mereka berjenis kelamin laki-laki.  Lalu, yang berumur 1 tahun, mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan." Rima dengan santai menjelaskan jenis kelamin anak-anaknya.  "Aku bisa pastikan mereka sehat. Tidak akan menyulitkan kalian untuk kondisi fisik mereka."

"Empat?" ulang Elina tidak percaya. Tidak bisa melihat apa pun membuat Elina tidak tahu jika anak yang dimaksud oleh Rima adalah anak kembarnya sendiri.

"Iya, Sayang. Empat," ujar Hiro sambil menggenggam tangan Elina.

Hiro juga merasa shock. Tidak ia sangka harus merawat 4 bayi sekaligus. 

Rima mengangguk santai. "Iya, empat, El. Ingat, kamu harus menjaga dan merawat mereka seperti anak kamu sendiri. Juga--" Rima mengusap perut buncitnya. "Bayi yang sedang aku kandung. Kamu tenang saja, kalau tidak salah, aku mengandung bayi kembar 3 kali ini."

Orang-orang yang berada di dalam ruangan semakin tercengang ketika mendengar ucapan santai yang dilontarkan oleh Rima.

Apakah ada sesuatu di sini? Mengapa, Rima bisa melahirkan bayi kembar setiap ia mengandung? Apakah ada konspirasi di sini? Apa mungkin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rima? Batin mereka mulai bertanya-tanya.

Setelah mengurus surat di panti asuhan tersebut, mereka memilih untuk pulang. Sebelumnya, mereka berniat untuk makan lebih dulu di sebuah restoran guna mengisi perut. Lalu, akan langsung pulang ke kota asal mereka.

Untuk sementara waktu, Rima harus tinggal bersama keluarga Hiro. Wanita itu beralasan jika ia tidak mempunyai tempat tinggal. Jadinya, Hiro rela menampung wanita hamil tersebut yang tentu saja atas persetujuan Elina.

BUKAN WANITA MANDUL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang