Hiro sudah berkeliling mencari keberadaan Monic di sekitar sekolah dan lingkungan sekolah gadis kecil itu.
Hiro tidak sendiri melainkan dibantu oleh seorang sahabat Mita yang baru diketahui Hiro bernama Maya.
Mereka berdua sudah berkeliling mencari keberadaan Monik yang masih belum menampilkan wajahnya.
"Kita belum bisa lapor polisi kalau belum 1 kali 24 jam. Bagaimana ini?" Maya menatap Hiro panik. Wanita itu baru saja pulang dari luar kota dan mendapat kabar jika anak dari sahabatnya menghilang.
"Kita cari dulu. Monik tidak mungkin pulang sendiri kalau tidak dibawa seseorang." Hiro berujar sambil berusaha untuk menghubungi nomor telepon wali kelas Monik.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Hiro dan Maya belum juga mendapatkan hasil apa pun sampai akhirnya telepon masuk dari Hana terdengar ketika mereka sedang dalam perjalanan.
"Hiro, Monik sudah pulang. Ternyata dia bersama papanya," ujar Hana di seberang sana. "Kamu ke rumah sakit saja. Monik saat ini sedang di sini."
Setelah itu Hana memutuskan sambungan telepon. Hal tersebut membuat Hiro segera melajukan kendaraannya menuju rumah sakit di mana Mita sedang dirawat.
"Bagaimana bisa Monik bersama laki-laki itu? Apa yang diinginkan laki-laki itu?" Maya bertanya dengan raut wajah bingung. Pasalnya Aldi--Papa Monik-- sudah menghilang sejak 3 tahun yang lalu. Tidak tahu apa penyebab pria itu kembali lagi dalam kehidupan Mita, sahabatnya.
"Aku juga tidak tahu. Mudah-mudahan bukan sesuatu yang buruk," sahut Hiro.
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit. Hiro dan Maya segera turun dan melangkah menuju ruang di mana Mita dirawat.
"Monik." Maya melangkah masuk dan segera mendapati Monik sedang tertidur di atas sofa dengan ditemani oleh Hana.
"Dia sedang tidur," kata Hana pada Maya.
"Bagaimana bisa Monik bersama Aldi?" Maya bertanya pada Hana karena ia tahu Hana pasti mengetahui mengapa Aldi bisa bersama Monik.
"Laki-laki itu bilang kalau Monik berdiri terlalu lama di depan gerbang. Aldi yang tidak sengaja melihat Monik, segera menghampirinya dan membawanya untuk jalan-jalan. Sampai mereka lupa waktu." Hana menjawab sambil menatap Hiro yang berdiri tak jauh dari posisinya berada. "Aldi juga tahu kalau Mita dirawat di rumah sakit dari tetangga sebelah rumah Mita. Makanya Aldi membawa Monik kemari," tandasnya.
"Oh, astaga. Mengapa bisa Monik menunggu lama? Apa tidak ada yang menjemputnya?"
"Tanyakan saja pada papanya itu. Apa yang dia lakukan sampai telat menjemput Monik," ujar Hana menatap Hiro sinis.
Hiro membalas tatapan mamanya tanpa rasa takut. "Monik bukan tanggung jawabku, Ma. Kalau memang mama peduli, kenapa bukan mama yang menjemputnya?"
"Tapi kamu papanya, Hiro."
"Hanya papa tiri, Ma. Lagipula kalau bukan karena paksaan Mama dan Mita, aku tidak mungkin menjadi Papa tiri untuk Monik," sahutnya acuh.
Maya yang mendengar perdebatan ibu dan anak tersebut segera bangkit dari duduknya dan menatap Hana serta Hiro tak percaya.
"Tunggu dulu, apa maksudnya ini?" Maya menatap keduanya dan meminta penjelasan. Dia sungguh tidak tahu apa-apa tentang Mita dan juga Hiro.
Hana mengalihkan tatapannya pada Maya. Wanita itu kemudian berujar, "tante lupa kasih tahu kamu."
Hana kemudian menjelaskan mengapa Hiro bisa menjadi suami Mita dan menyebabkan wanita itu menjadi istri kedua untuk anaknya.
Maya sendiri yang mendengar cerita Hana menutup mulutnya tak percaya. Maya mengira jika Mita dirawat di rumah sakit karena sakit biasa. Maya tidak tahu jika Mita ternyata mengidap penyakit serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN WANITA MANDUL [TAMAT]
General FictionMenikah selama 4 tahun dengan Hiro tanpa dikaruniai seorang anak, membuat Elina merasa tidak percaya diri. Terlebih lagi saat banyak orang yang mempertanyakan mengapa ia belum mendapatkan momongan juga. Belum lagi desakan dan hasutan ibu mertua m...