☆STARSEN 56☆

363 18 2
                                    



























disaat Hana, Sasa, Loly, dan juga Rara ingin pergi berangkat pergi kegiatan sore, mereka malah berpapasan dengan Gus Arsen. mereka juga disuruh berhenti, olehnya.  "berhenti!"

"saya ingin tanya sama kalian. dimana Starla?"

Rara nampak pura-pura tak melihat Gus Arsen yang tengah berada didepannya.  "aduhh.. kayak ada yang nanya. tapi, siapa ya?" pura-pura nya

"kamu liat wujud orang yang nanya nggak saa?" tanya Rara kepada Sasa

Sasa menggeleng pelan.  "e-enggak" sebenarnya Sasa tidak ingin berbohong, karna itu akan membuat nya dalam masalah lagi. cukup sudah masalah tentang surat-suratan. masalah ini, jangan sampai. ia disuruh Rara untuk menggeleng. pura-pura tidak melihatnya.

dilihat dari wajah saja, Rara sudah kelihatan sifat aslinya. makanya, Gus Arsen enggan menanyakan sesuatu kepada Rara, karna Rara orangnya seperti itu. kalau bukan karna Rara adalah sahabat istrinya, ia juga tak mau bertanya sesuatu kepada Rara!   "ekhem! kalian berdua.. lihat tidak?" kini Gus Arsen beringsut bertanya kepada Hani, dan juga Loly

Rara memberikan kode keras untuk Hani, dan juga Loly, agar tidak ngasih tau dimana Starla.  Hani yang tau, kode keras dari Rara pun, ia menggelengkan kepalanya.  "mbo-mboten Gus.." jawab Hani. hanya Hani saja, yang menjawab. sedangkan Loly? ia hanya diam saja.

Gus Arsen menghela nafasnya. sebenarnya ia juga sudah tau, kalau Rara lah penyebab Sasa, dan Hani tidak ingin mengasih tau tentang dimana keberadaan Starla.  "kamu??"

"Star-Starla...." Loly menggantung ucapannya.

"Starla ada di kamar Gus. bersama Ustadzah Gea" lanjut Loly

Rara melotot. ia tak percaya Loly bisa berkata se-jujur itu. yaa.. minimal dikasih bumbu-bumbu kebohongan lah yaa..

"okey. syukron, " Gus Arsen langsung bergegas pergi.

"Lolyyyy!!"

"apa?"

"lo kenapa ngasih tau anjing?! kan, Gus Arsen nya jadi tauu. tau ah! gw males sama lo!" Rara pergi menuju aula dengan perasaan kesalnya

Sasa berlari mengejar Rara.

Loly menatap punggung Rara, dan juga Sasa yang kian jauh.  "haniii"

"aku tadi salah ya?"

Hani menggeleng kecil.  "enggak"

"tuh kan! menurut kamu aja, aku nggak salah. kok Rara sama Sasa??"

"sabar aja. mereka memang gitu"

Loly menghela nafasnya, lalu mengangguk. "padahal kan, kita diajarinnya untuk slalu berkata jujur. nggak boleh berbohong.."

"iya.. aku tau, kalau kita nggak dibolehin untuk berkata bohong. tapi.. terlalu jujur itu, tidak baik. kita berikan sedikit bumbu-bumbu kebohongan"

"memangnya, slama ini, Ustadz pernah ngajarin kita buat ngasih bumbu-bumbu kebohongan ya? dalam berbicara, ataupun bertindak?"

"iya. bapack Ustadz samsul nuroddin pernah berkata seperti itu,"

Loly memukul lengan Hani dengan pelan. "ihh.. samsul kan, bapack kamuu. sejak kapan dia jadi Ustadz? bukannya profesi nya jadi tukang ojek ya?"

"ya, emang bapack ku tukang ojek"

"ya, trus kenapa kamu bilangnya seorang Ustadz?"

"kan, di mimpii"

Loly menatap datar ke arah Hani. ia membuang pandangannya, lalu pergi menuju aula, untuk melaksanakan kegiatan sore.

STARSEN || NA JAEMIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang