Waktu Berdua

111 31 8
                                        

"Leonid? Kamu baru pulang?" Ujar Gita yang sekarang berdiri di ruang tamu saat melihat putra bungsunya yang baru saja pulang.

"Iya bunda, tadi Jojo minta ajarin soal di markas." Ucap Leonid berbohong.

"Kamu sudah makan? Bunda sama ayah mau ke acara teman ayah kamu, jadi kamu sendirian dirumah." Ucap Gita.

"Aku sudah makan, bunda nggak usah khawatir aku bisa jaga diri." Leonid menatap Gita lembut.

Sedangkan Liam baru saja keluar dari kamarnya dan segera menghampiri istrinya yang sedang berbicara dengan Leonid.

"Ayo kita berangkat sekarang." Liam menggenggam tangan Gita.

Leonid tersenyum tipis saat melihat wajah Gita yang gugup. Kemudian Liam menepuk pundak Leonid dan Leonid pun menganggukan kepalanya.

"Kalau ada apa-apa telpon ayah." Ucap Liam.

"Iya ayah." Jawab Leonid.

Setelah itu Liam dan Gita pun segera keluar dari rumah. Saat Liam dan Gita keluar, Leonid berjalan menuju kamar orang tuanya tersebut.

Leonid menebak bahwa tentang amnesianya, keluarganya pasti mengetahui akan hal itu.

Leonid masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya dan membuka lemari dimana Gita menyimpan berkas-berkas penting.

Hingga Leonid menemukan sebuah amplop dengan logo rumah sakit yang ada di Surabaya. Leonid segera mengambil dan membuka amplop itu.

"Seperti dugaan gue, keluarga gue tau bahwa gue mengalami amnesia. Tapi kenapa mereka menyembunyikan hal ini semua." Ucap Leonid saat melihat berkas medisnya yang tersimpan rapi di lemari kedua orang tuanya.

"Tapi kenapa ini dari rumah sakit di Surabaya, bukan di Jakarta?" Leonid bingung dengan menatap logo rumah sakit yang ada di amplop tersebut.

Leonid merasa bingung karena berkas medisnya itu bukan dari Jakarta melainkan dari Surabaya. Padahal Leonid dan keluarganya ke Surabaya kecuali di saat liburan panjang.

"Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu." Leonid meremas amplop itu dan segera keluar dari kamar kedua orang tuanya setelah membereskan semuanya.

Kemudian Leonid berjalan menuju kamarnya, Leonid masuk ke dalam kamar dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Leonid menutup matanya untuk menenangkan pikirannya. Hari ini terasa sangat berat untuk Leonid setelah mengetahui semua kebenaran tentang dirinya yang mengalami amnesia.

Di saat Leonid menenangkan pikirannya terlihat Hoya sekarang berada di ruangan kerja Lavon dengan Rena yang menunjuk tangannya ke arah Lavon.

Hoya yang tidak suka dengan sikap Rena pada Lavon langsung melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke arah kaki Rena.

"Hoya?!" Lavon terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Hoya.

Hoya berjalan mendekati Rena yang menatapnya penuh amarah. Rena yang kesal hendak menampar Hoya, tapi Lavon dengan cepat menahan tangan Rena.

"Bukankah aku sudah mengatakan hal ini berulang kali tante. Jangan pernah mengganggu Lavon, jadi sekarang cabut tuntutan itu sebelum tante menyesal." Ucap Hoya dengan tatapan tajamnya.

"Anak tak berguna sepertimu berani mengancamku?! Seharusnya kamu tidak pernah terlahir!" Ucap Rena.

"Tante, aku terlahir atau tidak itu bukan urusan tante. Tapi jika aku mengatakan pada papah bahwa tante sudah menjual tanah milik papah yang ada di Kalimantan, bukankah itu akan membuat tante dalam masalah." Mata Rena melebar mendengar ucapan Hoya.

Rose War (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang