"Lavon! Bagaimana keadaan Hoya!?!" Tanya Edith yang baru saja datang bersama Sebastian.
"Mamah?! Mamah ada disini?!" Lavon sangat terkejut melihat Edith dihadapannya.
"Maafkan mamah yang tidak memberitahu kalian berdua. Tapi bagaimana bisa ini terjadi sama Hoya. Kenapa Hoya melakukan tindakan ini, apa yang memicunya?!" Edith sangat takut saat mengetahui bahwa Hoya melukai dirinya sendiri.
"Lavon apa Hoya melakukan hal berbahaya beberapa terakhir ini?" Tanya Sebastian khawatir.
"Tidak ada yang aneh sama Hoya, tapi hari ini sangat berat buat kami berdua. Tapi aku tidak tau kenapa Hoya melakukan hal nekat ini." Lavon menatap pintu ruangan dimana Hoya dilakukan tindakan medis untuknya.
"Apa ini perbuatan Darrel?! Apa ini berkaitan dengan perjanjian Hoya sama Darrel?! Aku bersumpah akan membunuhnya jika putriku dalam bahaya!" Edith mengepal kedua tangannya sambil menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.
Hingga pintu ruangan Hoya pun terbuka, dokter dan perawat yang menangani Hoya pun keluar. Edith pun langsung menerobos masuk ke dalam karena rasa khawatir dan takut pada keadaan putri bungsunya itu.
"Anda tidak boleh masuk-"
"Biarkan saja, sekarang bagaimana anda jelaskan padaku bagaimana keadaan putriku." Ucap Sebastian yang langsung menyela ucapan dokter itu.
Melihat wajah serius Sebastian dan wajah khawatir Lavon membuat dokter itu pun menghela nafas panjang. Kemudian dokter itu menutup pintu ruangan Hoya dan membiarkan Edith menemani Hoya.
"Baiklah mari kita bicara di ruangan saya." Ucap dokter itu.
Sebastian dan Lavon mengikuti dokter itu ke ruangannya. Lavon sangat takut jika hal buruk terjadi pada Hoya. Lavon juga penasaran obat apa yang ada di tangan Hoya saat dia menemukan Hoya pertama kali.
Setelah masuk ke dalam ruangan, mereka pun duduk berhadapan dengan dokter tersebut dengan perasaan yang kalut. Sebastian berusaha tenang sedangkan Lavon tidak bisa menahan perasaan takutnya dengan tangan yang gemetar.
"Apa kamu yang pertama kali menemukan Hoya dalam keadaan seperti itu?" Tanya dokter itu pada Lavon saat melihat baju Lavon yang penuh darah.
"Iya. Aku menemukan Hoya lebih dulu. Aku melihat tangan Hoya penuh darah dan di telapak tangannya ada beberapa kapsul obat. Aku-aku tidak tau kenapa Hoya melakukan hal itu...apa yang harus aku lakukan?" Ucap Lavon dengan suara yang gemetar.
"Lavon, tenanglah. Ini semua bukan salah kamu." Sebastian menenangkan Lavon yang mulai tertekan karena mengkhawatirkan keadaan Hoya.
"Papah..." Lavon menatap Sebastian dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sepertinya Hoya mengonsumsi obat penenang yang berlebihan dan hal itu membuat halusinasi yang fatal. Hoya juga dalam keadaan tertekan, dan kondisinya sekarang sangat mengkhawatirkan." Ucap dokter itu.
"Apa? Obat penenang?!" Lavon terkejut mendengar ucapan dokter itu.
Berbeda dengan Sebastian, karena Sebastian sudah mengetahui bahwa Hoya mengonsumsi obat penenang yang cukup berbahaya jika di konsumsi terus menerus.
"Sepertinya Hoya mengonsumsi obat itu untuk menghilangkan rasa sakit yang berlebihan. Tapi efek samping obat itu akan membuat ketergantungan, dan juga bisa membuat Hoya mengidap demensia di usia muda." Jelas dokter itu pada Lavon.
"A-Apa maksud anda demensia? Bagaimana mungkin Hoya mengalami demensia?!" Lavon memukul meja itu dengan penuh amarah.
"Cukup Lavon, itu semua sudah terjadi." Ujar Sebastian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose War (On Going)
Fiksi RemajaLeonid Xavier Handomo adalah ketua DEVIL generasi ke-3. Anak bungsu dari dua bersaudara dan anak dari pasangan komandan TNI dan seorang guru. Leonid menjalani hari-harinya seperti biasa, hingga dia mengetahui kebenaran tentang keluarga seorang perem...