"Minggir! Aku mau keluar!" Ucap Lavon pada pengawal Darrel yang berjaga di pagar rumahnya.
Tapi pengawal Darrel hanya diam berdiri mematung, Lavon yang kesal pun hendak memukul pengawal Darrel itu. Tapi Hoya yang berdiri di belakang Lavon pun menahan tangannya.
"Hentikan Lavon, percuma saja. Mereka tidak akan bergerak, karena itu perintah papah langsung." Ucap Hoya.
"Tapi Hoya, ini sudah dua hari kita di kurung." Lavon sangat kesal karena Darrel mengurung mereka berdua di rumah.
"Tenanglah, sekarang lo temanin gue mainan aja supaya lo nggak marah-marah lagi." Hoya menarik tangan Lavon menjauh dari pengawal Darrel tersebut.
Lavon menghela nafas lelah dan diam mengikuti Hoya yang menariknya menuju taman belakang. Saat berjalan di taman belakang, Lavon melihat sebuah alas piknik dengan Harry yang berdiri menunggunya.
"Nah sekarang kita main dan makan dengan santai, gue mau menghabiskan waktu bermain sama saudara gue. Apa lo mau?" Tanya Hoya.
"Dasar bocah!" Lavon tertawa sambil mengusap kepala Hoya.
Kemudian mereka pun duduk di taman yang sudah beralas, di sana terdapat alat-alat lukis dan makanan manis. Lavon duduk sambil memakan donat coklat kesukaannya.
Sedangkan Hoya mengambil ikat rambut dan mengikat rambut Lavon dengan ikat rambut lucu itu. Sedangkan Lavon membiarkan Hoya melakukan apapun padanya, karena Lavon senang melihat Hoya bersenang-senang seperti anak seumurannya.
Hoya memakaikan bando kelinci pada Lavon dan Hoya juga menggunakannya dan mereka berdua terlihat seperti dua kelinci bersaudara yang menggemaskan.
"Lavon, apa Rena ada mengganggu lo lagi?" Tanya Hoya sambil memberi cat lukis pada telapak tangan Lavon.
"Gue sama Ethan sibuk buat persiapan produk baru di perusahaan, dan dia nggak ada melakukan pergerakan yang mencurigakan. Lo jangan khawatir." Ucap Lavon.
"Gue semakin khawatir, karena di saat Rena diam maka akan terjadi sesuatu yang besar pada kita. Gue nggak mau lo dalam masalah, apapun terjadi lo harus berdiri di puncak Lavon." Ucap Hoya dengan menempelkan telapak tangan Lavon ke kanvas putih.
"Hoya, kebahagiaan gue bukan berada di puncak. Gue bahagia kalau lo bisa tersenyum dan menikmati hidup lo dengan nyaman. Gue bahagia jika mamah ada di samping kita." Lavon memberikan cat juga pada telapak tangan Hoya.
"Lavon, di saat lo berada di puncak maka tidak ada yang bisa menyentuh lo lagi. Karena itu lo bisa menjaga gue dan mamah, lo harus ingat bahwa lo lah pewaris yang sebenarnya Lavon."
"Gue tau itu Hoya, tapi gue mau lo pikiran diri lo sendiri sebelum memikirkan gue. Hiduplah egois, lo juga berhak untuk bahagia Hoya."
"Gue sudah cukup bisa hidup bersama saudara gue, tapi keinginan gue sekarang hanya ingin bisa bersama mamah." Lavon merasa sedih dan Lavon menempelkan telapak tangan Hoya ke kanvas.
Kanvas itu pun memperlihatkan dua telapak tangan mereka berdua yang tertempel dengan warna yang berbeda. Lavon menatap lukisan itu dengan tatapan sedih.
Lavon selalu merasa bersalah setiap mendengar Hoya sangat merindukan Edith. Lavon juga merasa bersalah menyembunyikan kebenaran tentang bahwa Hoya adalah saudara kembar dari Marcel dan anak kandung dari Sebastian.
"Maafkan gue Hoya, tapi apapun yang terjadi lo adik gue. Marcel juga adik gue tapi gue menutupi kebenaran ini dari lo berdua." Ucap Lavon dalam hati.
"Hoya, maafkan gue. Gue kakak yang buruk buat lo." Ucap Lavon dengan kepala yang tertunduk.
Hoya tersenyum tipis, kemudian Hoya mengambil kuas kecil dan mencelupkannya ke cat berwarna pink. Hoya pun mengangkat wajah Lavon dan kemudian Hoya melukis gambar hati di kening Lavon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose War (On Going)
Novela JuvenilLeonid Xavier Handomo adalah ketua DEVIL generasi ke-3. Anak bungsu dari dua bersaudara dan anak dari pasangan komandan TNI dan seorang guru. Leonid menjalani hari-harinya seperti biasa, hingga dia mengetahui kebenaran tentang keluarga seorang perem...