Gelembung Embun

29 4 0
                                    

Suara denting jam berdetak dengan bersamaan Leonid yang membuka matanya dan langsung duduk. Tapi Leonid terdiam merasakan pipinya yang terasa basah.

"Apa seperti ini perasaan Abimanyu saat kehilangan Ishar?" Ucap Leonid pelan.

Leonid kemudian menatap ke arah alat ukir kecil milik Hoya yang ada di atas meja yang tidak jauh darinya. Leonid mengambil alat ukir itu dan menggenggamnya erat.

Setelah itu Leonid mengambil jaket hitam denimnya dan berjalan sambil mengambil kunci mobilnya. Leonid memutuskan untuk keluar dari apartemennya untuk mencari udara segar.

Sesampai di tempat parkir, Leonid segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kawasan apartemen. Leonid mengendarai mobilnya dengan santai karena sekarang masih malam.

Pukul menunjukkan 02:45 dan di jalanan masih terlihat beberapa kendaraan berlalu-lalang. Sekarang Leonid mengendarai mobilnya ke rumah singgah Rebecca, dimana Leonid selalu pergi ke sana disaat dirinya merindukan Hoya.

"Mobil siapa itu?" Ucap Leonid yang terheran dengan melihat mobil merah yang terparkir di depan rumah singgah Rebecca.

Tapi Leonid yang penasaran segera keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Leonid pun berjalan menuju rumah itu dan keningnya Leonid mengerut saat melihat pagar rumah terbuka.

Hiks...hiks...hiks...

Saat mendengar suara tangisan membuat Leonid segera berjalan masuk ke dalam. Tapi seketika langkah Leonid terhenti saat melihat sosok yang sedang dia rindukan sedang menangis di atas tanah.

"Hoya?!" Leonid segera menghampiri Hoya yang penampilannya sangat kacau.

Leonid terdiam membisu saat melihat Hoya yang mengenakan gaun tidur panjang berwarna putih yang sekarang terlihat kotor dengan noda tanah di bajunya.

Leonid menggenggam tangan Hoya yang gemetar, Leonid bisa melihat dengan jelas bahwa wajah Hoya memperlihatkan perasaan takut. Leonid pun merasa khawatir pada Hoya.

"Hoya lo kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa lo ada disini semalam ini?" Tanya Leonid pelan agar Hoya tidak merasa ketakutan.

"Leo, gue harus menyembunyikan ini dari papah. Papah sudah melihat kita bersama di sekolah. Gue harus menyembunyikan handphone gue dari jangkauan papah." Ucap Hoya yang sangat ketakutan.

"Sekolah? Apa maksud lo Hoya? Kita sudah lama lulus, dan bokap lo sudah mengetahui segalanya tentang kita." Leonid merasa aneh dengan ucapan Hoya.

"Apa? Bagaimana papah tau semuanya? Kenapa lo sangat tenang Leo? Lo bisa aja terluka karena papah Leo." Hoya menggenggam tangan Leonid erat dan berusaha menarik Leonid untuk pergi.

"Hoya tenanglah. Gue baik-baik aja, lo hanya mimpi buruk tentang masa lalu. Apa lo lupa, kalau lo baru saja pulang dari pengobatan lo di Paris." Leonid dengan lembut menakup wajah Hoya agar menatap wajahnya.

Hoya terdiam dan Leonid pun hanya bisa menatap lekat wajah Hoya yang kebingungan. Leonid merasa ada yang aneh, Leonid juga teringat saat Hoya yang tiba-tiba datang ke markas DEVIL tanpa tau tujuannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama Hoya? Kenapa Hoya seperti mudah melupakan sesuatu?" Tanya Leonid dalam hati.

Kemudian Leonid menarik pelan tangan Hoya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah singgah Rebecca. Leonid segera mendudukkan Hoya di sofa, setelah itu Leonid pergi ke dapur.

Leonid di dapur menyiapkan tempat air dengan handuk kecil.  Leonid juga mengambi segelas air putih dan kemudian Leonid berjalan mendekati Hoya yang sekarang duduk menunggunya.

Rose War (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang