6. Untuk Rehan

15 4 1
                                    

Masih terngiang suara tangisan Bu Farida, ibu Rehan di benak Arion saat dia dan orang-orang dari Al-Amanah ikut dalam proses pemakaman Rehan. Kondisi Bu Farida sudah sakit struk dan tidak bisa berjalan dengan benar. Sempat beberapa kali pingsan.

"Abang ...." Panggilan kecil Raffi, adik laki-laki Rehan yang terbaring di ranjang dan heran melihat rumahnya sudah ramai orang-orang berkumpul.

"Abang kamu udah gak ada," ucap Bu Farida diikuti isak tangisnya.

"Huh?" Raffi bereaksi seperti yang sudah diperkirakan semua orang. Menangis meraung-raung, lalu kemudian lama termenung dengan sorot mata kosong. Ibunya masih menangis dan tidak sanggup menghibur sang anak yang masih bertahan.

Ustadz Azzam memberikan segelas air putih untuk diminum Raffi sambil membacakan doa. Bocah itu tetap saja menangis apalagi ketika dia melihat jenazah kakaknya diangkat dengan keranda untuk dibawa ke pemakaman.

Teriakan-teriakan histeris Raffi menandakan betapa dekat ia dengan sang kakak.

Arion menangkap Raffi yang berusaha mengesot di lantai untuk mengejar keranda berisi jenazah Rehan.

"Raffi, sabar. Abang yang jaga kamu sekarang. Abang janji," bisik Arion di telinga Raffi.

Bocah lelaki berusia tujuh tahun itu memandang Arion bingung, lama memperhatikan jejak air mata di pipi Arion. Sama seperti kebanyakan orang lain di rumah itu, Arion juga asing baginya. Namun, Arion terus memeluknya.

"Jangan takut," bisik Arion lagi.

Raffi malah semakin terisak dan refleks memeluk Arion. Rasa sakit mendera tubuhnya, tapi dia tidak peduli. Hati Raffi lebih terasa perih.

"Jangan ada yang bawa dia ke pemakaman. Jaga Raffi di sini," perintah Arion pada Ustadz Azzam, Ghofur, dan guru-guru yang lain.

Para Ustadz bingung sesaat dan saling memandang, tapi mereka maklum dengan Arion. Semua orang merasa ngeri setiap kali Arion memberikan tatapan marah yang mengintimidasi.

***

Setelah kembali ke Al-Amanah, tidak ada yang bisa menghentikan Arion mengamuk luar biasa. Langsung masuk ke kamar Jeki. Target ketemu sedang mengobrol dengan teman-temannya di bawah ranjang tingkat. Arion menarik baju Jeki dan meninju kepalanya berkali-kali.

"Nyawa balas nyawa!" seru Arion.

Jeki berusaha melawan, menangkis tinjuan Arion, tapi kekuatannya kalah ganas dengan Arion yang terus memukulnya bertubi-tubi. Menangkis tinju di bagian wajah, Arion sudah memberi tinju susulan dengan tangan lainnya menuju perut Jeki. Bocah itu sampai tersentak mundur dan muntah-muntah. Seperti seluruh isi perutnya mau keluar.

Arion melompat lagi ingin menghajar Jeki, tapi langsung ditahan teman-teman Jeki. Mereka bertiga sampai kewalahan mencekal tangan dan tubuh Arion agar tidak lepas. Sementara Arion terus melahap Jeki dengan mata nanar. Kaki Arion yang luput dari cengkeraman lawan menendang membabi-buta ke depannya. Jeki langsung mengelak. Arion menarik dirinya agar terlepas sambil terus menendang. Ranjang tingkat peot kena terjangan Arion, rak buku jatuh ambruk, dan ruangan jadi berantakan.

"Tolong! Tolong! Ini udah gak kuat lagi!" teriak Jimmy, salah satu teman Jeki kewalahan menahan Arion.

"Gila! Tangan gua udah gak sanggup! Sakit nahannya! Ustadz! Tolong, Ustadz!" timpal Chiko, teman Jeki yang lain. Sementara Baim, tidak sanggup bicara, dari tadi berusaha menangkap kaki Arion agar berhenti menendang.

Jeki malah menyeringai memandang Arion yang geram dan terus mengamuk seperti banteng.

"Kuat aja gak cukup. Itu kata bapak gua! Lu sama teman lu emang goblok! Ntar lagi lu bakal nyusul teman lu!" ujar Jeki seraya mengelap darah yang keluar dari hidungnya akibat ditonjok berkali-kali oleh Arion.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang