51. Pasangan

49 3 4
                                    

Rasa cemas menggelayuti hati Fizzel. Cemas bercampur kesal. Masih jelas dalam ingatannya bagaimana reaksi Alizeh dan Mako saat mereka mengetahui Fizzel adalah istri simpanan Prince.

"Sial!" rutuk Fizzel menghempaskan tangannya di ranjang. Fizzel sudah benar-benar muak berada di rumah sakit, apalagi bau obat membuatnya mual.

Prince sedang menuang teh menawarkan secangkir pada Fizzel sambil memperhatikan wajah sang istri.

"What was that? Kaki kamu masih sakit?" Prince menyentuh kaki Fizzel cemas.

Fizzel menggeleng. "Akhirnya Alizeh sama Mako tau juga."

Prince mengangguk. "Not a big deal. Lama kelamaan mereka pasti tau."

"Prince, aku mau pulang sekarang. Please," pinta Fizzel dengan ekspresi manja sekaligus seksi terbaiknya.

"Nah! Kamu sakit. Dokter bilang butuh waktu minimal seminggu baru kamu boleh pulang."

"Seminggu? Gak! Aku mau pulang, Prince. Aku gak mau tau. Apa pun itu aku harus pulang. Lagian kakiku gak cedera separah itu," ujar Fizzel berusaha bergerak turun dari ranjang.

"Aaaaaw!" teriak Fizzel kesakitan memegangi kakinya yang sakit dan dibebat.

Fizzel nyaris jatuh dari ranjang jika tidak dengan sigap ditangkap Prince.

"I've told you." Prince memandang Fizzel kesal. "Kamu gak pernah berubah. Selalu keras kepala. I hate your stubborn."

Fizzel malah menangis tanpa suara, lebih pada kesal. Prince menghela napas, langsung berubah sendu melihat Fizzel sedih. Prince memeluk Fizzel dan membelai kepalanya lembut.

"Kalau ini berat buat kamu, berhenti aja. Jangan berusaha jadi tim pembasmi setan lagi."

Fizzel melepaskan pelukan Prince dan menatap pria itu. "Aku gak bisa. Hanya ini jalan biar rencanaku berhasil, Prince."

"Terus gimana sama aku, Fizzel? Apa aku gak penting bagi kamu? Apa hubungan kita gak penting? Aku cemas setiap hari mikirin kamu harus ngelakuin kerjaan berisiko kayak gitu."

"Kita sama. Aku juga setiap hari cemasin kamu. Aku juga pingin kita hidup bahagia, tapi itu mustahil." Tatapan Fizzel semakin lekat tertuju pada Prince.

"Apanya yang mustahil? Aku cinta kamu, kamu juga cinta aku. Kita pindah dari kota ini sejauh mungkin, Sayang." Prince membelai wajah Fizzel. "Aku bisa cari pekerjaan lain. Begitu juga kamu."

"Terus gimana sama Vivi? Kamu gak bisa ninggalin dia begitu aja." Fizzel bertambah murung.

"Jangan bahas mereka lagi, Fizzel. Aku udah jelaskan berulang kali. Antara kamu dan Vivi bukan pilihan. Jelas kamu istriku. Aku cinta kamu." Prince mencium tangan Fizzel.

"Tapi kenapa kamu nyentuh dia sampai dia hamil dan Jaqcueline akhirnya ada di dunia ini?" Fizzel membuang muka kesal. Setiap kali membahas masalah ini, jantung Fizzel terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Cemburu dan sakit sepanjang waktu membayangkan Prince melakukan hubungan intim dengan Vivi.

Prince merengkuh wajah Fizzel. "Fizzel, sayang, ini juga udah berapa kali aku jelaskan sama kamu. Malam itu aku mabuk. Aku gak sadar dan dalam bayanganku dia itu kamu, Sayang."

Air mata Fizzel meleleh, tidak bisa ditahan lagi. "Aku gak pernah percaya seratus persen, Prince. Mabuk? Gak sadar? Gak mungkin. Itu pasti alasan kamu. Aku tau kamu nyentuh Vivi karena kamu nafsu sama dia. Atau memang kamu suka sama dia?"

Prince menyeka air mata di pipi Fizzel lalu mencium Fizzel penuh nafsu. Seolah mereka pasangan LDR yang sudah bertahun-tahun tidak bercinta.

Saaaaat!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang