Part ini berunsur dewasa ya. 18+ tahun ke atas. Yang merasa belum cukup umur jangan baca. Harap bijak memilih bacaan. Thanks.
Dini hari. Pukul 02.00 WIB.
Fizzel duduk di ranjang pesakitan UGD. Di sebelahnya ada Om Bob dan Enrique di mana luka di tangan mereka sedang diobati perawat. Dokter memberikan pemeriksaan lebih intensif pada Fizzel.
"Sebaiknya rawat inap saja, Mbak. Sepertinya tulangnya patah. Lebih baik dirujuk ke dokter spesialis dan di-rontgen. Kalau dibiarkan bisa semakin parah. Kemungkinan bisa dioperasi," jelas dokter.
"Gak usah, Dokter. Saya pulang aja sekarang. Biar dirawat di rumah. Beri obat pereda nyeri aja," ujar Fizzel.
Dokter menghela napas kesal. "Obat pereda nyeri gak bisa sembuhkan tulang patah apalagi mencegah kecacatan, Mbak."
Para perawat juga sudah memandang Fizzel sewot.
Alizeh duduk di samping Fizzel. "Zel, jangan bandel. Kondisi kamu lumayan parah. Biar dirawat dulu ya. Kami pasti temani kamu di sini."
"Gak usah, Al. Biar gua aja yang nginap dan jagain Fizzel. Lu pulang aja sana sama suami lu. Kasihan noh malam pertama ketunda mulu," kata Mako sambil mengkode ke arah Arion di sebelah Alizeh.
Alizeh melirik Arion dan langsung malu. Padahal Arion diam-diam saja. Pura-pura cool.
"Iya, Al. Kamu sama Arion pulang aja. Biar Mako yang temenin aku. Jangan khawatir," kata Fizzel tersenyum pada Alizeh.
"Sebentar lagi kakakku ke sini mau lihat kamu. Kak Nisa mau bantu obatin kamu," ujar Arion melihat Fizzel serius.
Fizzel menggeleng. "Jangan repot-repot."
Sebastian dan Laura datang terburu-buru memasuki ruang UGD dan menghampiri Fizzel dan yang lain dengan cemas.
"Gara-gara aku, Om sama teman-teman jadi luka kayak gini," ucap Laura sedih.
"Saya mohon maaf," timpal Sebastian merasa bersalah.
"Gak apa-apa. Udah jadi tugas dan risiko kami," kata Om Bob.
"Tapi apa pun itu seharusnya tetap utamakan K3. Sekali lagi maafkan saya." Sebastian semakin tidak enak. "Saya akan biayai semua perawatan sampai teman-teman pulih."
"Udahlah, Mas. Pekerjaan kami memang tidak biasa. Kami semua udah paham risikonya. Makasih banyak bantuannya," kata Om Bob. "Mas sama Mbak pulang aja, istirahat. Kalian juga pasti lelah dan sakit. Jangan cemas. Insya Allah kami segera sembuh." Om Bob tersenyum ceria sambil memberikan jempol di tangannya yang melepuh.
Fizzel akan dibawa ke dokter spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sebastian dan Laura tetap berkeras ingin ikut dan memantau kondisi Fizzel. Di antara semua orang, Fizzel yang cedera cukup parah.
Arion memapah Fizzel mendudukkannya di kursi roda dibantu perawat.
"Maafin aku, Fizzel. Tadi aku lengah. Kamu sampai sakit kayak gini," ucap Alizeh muram. Tangannya menyentuh bahu Fizzel.
"Bukan salah kamu. Tadi kamu juga kewalahan dikeroyok orang-orang yang kerasukan." Fizzel menepuk pelan punggung tangan Alizeh. "Pulang sana."
"Setelah kamu diperiksa dan dipindahkan ke kamar baru kami pulang," kata Arion lalu membantu mendorong kursi roda Fizzel.
"Maaf. Keluarganya siapa? Biar kami tahu siapa penanggung jawabnya." Perawat memperhatikan Arion, Alizeh, dan yang lainnya.
Arion maju. "Saya aja. Saya temannya."
"Saya suaminya," ujar sebuah suara berat seorang laki-laki memecah keheningan.
Sontak Arion, Alizeh, Mako, Enrique, Om Bob, serta dokter dan para perawat menoleh ke arah suara itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/354541839-288-k318238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)
RomanceAlizeh, gadis cantik menjadi yatim piatu karena tragedi genosida di desanya oleh sekelompok pasukan aneh dan sekte pemuja iblis. Ada tiga jin khodam yang bersemayam dalam tubuh Alizeh. Dua jin kerap menolongnya. Sementara jin ular betina membenci Al...