46. Pernikahan dan Negosiasi (Part 1)

15 3 5
                                    

Mako dan Fizzel memandang bingung Alizeh yang masih menangis di kamar tanpa memedulikan Arion yang menunggunya di luar. Malah di atas ranjang Alizeh sudah ada sebuah koper berisi beberapa pakaian Alizeh.

Sejak kejadian tadi malam, Alizeh mengatakan ke Arion dan teman-temannya bahwa dia ingin pulang ke desanya saja.

Arion duduk di sofa ruang tengah memandang pintu kamar Alizeh dengan cemas. Pria itu sudah berpenampilan rapi dengan suit abu-abu muda.

Sementara Om Bob dan Enrique juga sudah rapi memakai setelan jas terbaik mereka. Sementara

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Dua jam lagi waktu yang mereka miliki untuk tiba di kantor KUA terdekat.

"Arion, aku udah di perjalanan ke sana. Kak Huma sama suaminya juga mau berangkat." Pesan terbaru masuk dari Mehrunisa.

Jantung Arion semakin berdebar karena cemas.

"Kok bisa sih lu gak sadar bikin begitu? Alizeh jadi marah kan," gerutu Enrique kesal. "Baru ditinggal sebentar aja udah pada kebablasan aja lu berdua. Tinggal nunggu satu malam aja gak sabar."

"Gua yakin si David sama yang lain ngerjain gua, Riq. Mereka pasti masukin sesuatu ke minuman gua tadi malam," kata Arion membela diri.

"Ya lu sih gegabah. Kalau Alizeh sampai hamil gimana? Mampus lu dibikin abi lu."

"Gak mungkin. Gua sama Alizeh gak sampai begitu." Arion menghela napas mulai gemetar takut rencana tidak berjalan lancar.

"Tetap aja hitungannya kalian udah zina," celetuk Fizzel nimbrung begitu keluar dari kamar Alizeh.

Arion memandang Fizzel kesal dan segera bangkit dan mendekati Fizzel.

"Hei, lu harus ada di pihak gua. Jangan hasud Alizeh yang bukan-bukan lagi," bisik Arion memandang Fizzel tajam.

Fizzel agak tersentak kaget karena sadar Arion ternyata tahu, tapi dia berusaha tenang. "Kenapa gua harus di pihak lu? Gimana pun gua bela Alizeh. Dia teman gua."

Arion tersenyum dingin pada Fizzel. "Kalau gak mau rahasia lu ketahuan, turutin aja. Lu harus yakinin Alizeh biar mau nikah sama gua, karena kayaknya Alizeh dengarin saran-saran lu."

Fizzel terdiam memandang Arion. Agak takut.

"Lu pikir gua bercanda?" serang Arion lagi. "Kira-kira apa reaksi Alizeh sama Mako kalau tahu siapa sebenarnya lu dan suami lu?"

Fizzel menelan ludah, mendadak semakin takut.

Arion semakin mendekat ke Fizzel dan berbisik ke telinga Fizzel. Sementara Enrique mulai melihat Arion dam Fizzel curiga. Enrique melirik Om Bob yang langsung angkat bahu, sama bingungnya dengan Enrique.

"Oke. Gua bantu bujuk Alizeh," ucap Fizzel kemudian sebelum masuk lagi ke kamar Alizeh.

Arion berdiri di luar dan sempat mengintip Alizeh masih menangis di kamarnya.

Fizzel terdiam sebentar memperhatikan Mako sedang berupaya membujuk Alizeh.

"Al, udahlah. Jangan nangis terus. Gak akan terjadi apa-apa sama lu. Toh, lu bakal dinikahi Arion. Kasihan Arion kalau lu batalin pernikahannya. Om Bob juga pasti kecewa karena semua dekorasi dan makanan yang udah dia siapkan jadi sia-sia," ujar Mako lembut.

Alizeh menggeleng. "Tapi gua gak bakal bisa kasi Arion keturunan, Ko. Gua terkutuk gara-gara siluman itu dan gak ada yang bisa ngeluarin jin itu dari tubuh gua." Air mata Alizeh meluncur lagi. Setiap tetes yang jatuh terasa seperti silet yang melukai kulitnya.

Mimpi terburuk seorang wanita yang merindukan kehangatan keluarga adalah tidak bisa memiliki anak.

Mako menggenggam tangan Alizeh dan menatap sahabatnya itu. "Dia cuma siluman ular brengsek, Alizeh. Bukan Tuhan. Lu harus yakin bisa pisah dari jin ular itu. Lihat gimana Arion gak pernah raguin lu. Jangan tolak rezeki, Alizeh. Ini kesempatan lu hidup bahagia. Bukan hanya tentang harta."

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang