30. Case 4: Ain - Evil Eye (Part 5)

17 5 0
                                    

Bocah berusia lima belas tahun itu cengar cengir di depan Alizeh, Arion, Fizzel, Mako, Enrique, dan Om Bob. Dari tampangnya sudah kelihatan suka jahil dan menggoda orang. Usia masih muda, tapi penampilan dibuat dewasa seperti laki-laki playboy atas kemauannya sendiri. Terakhir kali ketemu dengan Arion dan Alizeh rambut anak itu masih hitam, sekarang sudah disemir warna putih.

Mereka semua ada di gudang yang terletak pada halaman belakang rumah Bella yang luas. Agi datang ke sana begitu Om Bob memintanya. Ruangan gudang itu sudah dikunci dan Agi akan menjaga mereka semua selama tubuh mereka kosong dan jiwa mereka merasuk ke dunia lain.

"Heh! Memang gak kena marah guru di sekolah rambut lu kayak gitu?" tanya Arion geram.

"Tenang, Papa. Gurunya pacar gua," jawab Agi.

Arion menjewer Agi. "Ngomong papa papa lagi, gua masukin kardus terus dikirim ke alam gaib lu," ancam Arion.

Agi kabur dan sembunyi di belakang Fizzel sambil memeluk pinggang Fizzel, mendusel-duselkan kepalanya ke Fizzel. "Aduh. Wangi banget. Kakak cantikku, tolong dong. Papa nakal."

Fizzel mendorong Agi dengan kesal. "Apa sih nih anak? Cucu Om Bob kok gini?"

"Maklum. Anak ini memang dibiarkan sama orang tuanya sesuka hati. Udah capek ngelarang. Nih anak emang tengil dan suka buat masalah. Jadi diikhlaskan aja." Om Bob menghela napas ikut kesal. Mako dan Enrique tertawa.

"Jangan marah-marah dong. Bukannya kalian semua butuh bantuan gua?" Agi tersenyum dan mengedipkan mata ke Mako. Mako langsung terkekeh antara geli dan risih.

"Iya! Udah tau, jangan tanya lagi. Sekarang kamu bantu kami semua biar bisa pecahkan kasus ini," perintah Om Bob.

Agi malah duduk santai di dekat tepi air mancur dan membelai patung marmer berbentuk angel di situ. "Nih tempat juga banyak hawa jeleknya. Banyak dihuni makhluk gaib. Contohnya di patung ini," ucap Agi.

"Itu gak urusan kita. Sekarang yang penting bisa sembuhkan Bella dulu," kata Om Bob tidak sabar. "Kamu jangan bertele-tele. Urusannya sama gadis muda yang lagi sakit."

"Aku sih mau bantu, Kek. Tapi syaratnya, aku boleh dong gabung ke tim kalian. Kan aku juga punya bakat. Aku gak kalah jago dibanding kalian." Agi memandang semua orang percaya diri.

Om Bob menarik Agi bangkit semakin tidak sabar. "Aduh. Anak ini. Kan udah berapa kali Kakek jelaskan. Kamu masih kecil, masih sekolah. Mamamu gak kasi izin kalau kamu ikut sekarang."

"Kalau gitu, kasi aku uang jajan yang banyak. Atau salah satu kakak ini jadi cewekkku." Agi tersenyum manis pada Alizeh, Fizzel, dan Mako. Tatapannya tajam dan insten sudah seperti lelaki dewasa.

"Waduh! Enteng banget mulut lu, Bro," komentar Enrique lalu tertawa.

"Goblok!" Om Bob menjitak kepala Agi. "Isi kepalamu itu apa sih? Apa gak bisa sekali aja kamu jadi anak baik?"

Agi tertawa. "Bercanda, Kek. Ah elah! Gitu aja udah marah. Ya udah. Kalian semua bersiap ya. Mungkin ini bakal sakit, tulang kalian bakal patah-patah, badan kalian kelempar ke sana kemari. Gimana? Lanjut?"

"Hah?" Mako memandang ngeri Agi, lalu bergantian pada teman-temannya.

"Jangan dengarin dia. Dia cuma nakut-nakutin," kata Om Bob.

Agi tertawa, tidak peduli semua orang memandangnya geram. Namun, secara tiba-tiba anak itu mengibaskan tangannya ke arah Arion, Alizeh, dan yang lainnya.

Seketika di sekitar mereka ada angin berpusar kencang. Hawa dingin menyelimuti Alizeh, Arion, Mako, Fizzel, Enrique, dan Om Bob. Cahaya putih mulai melingkupi mereka semua. Agi memandang mereka semua tajam. Semakin lama wajah Agi jadi samar kemudian lenyap. Hanya suara anak itu yang terdengar mengucapkan pesan terakhir.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang