Gubuk di tepi pantai itu masih diberi garis polisi. Ada banyak warga sekitar mengintip karena penasaran.
Polisi tampan Aiptu Prince Mahenra berjongkok di dekat TKP yang masih tersisa bekas darah. Prince mengecek gambar di layar handphone-nya. Ada beberapa slide gambar korban tukang begal Nando dan Joni yang tewas mengenaskan.
Thariq dan Jimi dua dari anggota tim penyidik mendekati Prince.
"Pak, handphone Bapak kenapa gak diangkat? Pak Komisaris jadi telfon ke saya dan minta kasus ini gak usah diusut lagi. Udah close," kata Thariq.
Prince menghela napas, agak kesal. Sudah paham bagaimana kebiasaan atasannya.
"Ini bukan kecelakaan biasa, bukan tawuran antar gang begal, bukan juga kasus klenik. Ini pembunuhan sadis," ucap Prince tenang.
"Tapi warga sekitar lihat sendiri memang ada pocong mengejar dua korban pembegal ini, Pak," kata Thariq.
"Udahlah, Pak. Toh, mereka juga pantas dapat ini. Mereka penjahat sadis. Siapa pun pembunuhnya, mau pocong atau gang kriminal, mungkin benar kata orang, ini azab buat mereka." Jimmi memandang Prince yakin.
Sebenarnya kedua orang itu sudah bosan berada di lokasi kejadian. Kasus seperti ini harusnya mudah. Seperti kata para perwira mereka, close saja. Tawuran antar gang kriminal.
Prince bangkit lalu mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Barang bukti dibungkus plastik yaitu potongan kuku hitam yang ditemukan Prince di mayat Nando. Sudah dicek dan terbukti bukan berasal dari Nando atau pun Joni.
"Pembunuhnya jelas manusia dan bukan anggota gang sekitar sini. Ini bukan kasus tawuran antar gang," ujar Prince.
Thariq dan Jimmi saling lirik bingung, sama-sama penasaran dengan perkataan atasan mereka.
"Dari mana Bapak tau?" tanya Thariq.
"Ada zat kimia di potongan kuku ini. Sulfur dan serbuk tanaman Rengas. Tanaman beracun yang bisa bikin kulit gatal dan iritasi. Dari tindakan dan pergerakan, kayaknya pelaku lebih dari satu orang bahkan kemungkinan ada banyak. Mereka mungkin gak terlalu jauh dari sini. Kita harus tahu apa tujuan mereka melakukan pembunuhan," jelas Prince.
"Lalu, Pak?" tanya Jimmi pasang muka bloon.
"Kita akan cari mereka sampai ketemu," jawab Prince dingin. Pria ini memang dikenal gesit, dingin, dan tidak suka banyak bicara tidak penting. Karena itu dia dapat julukan "Ular Boomslang" karena kepiawaiannya menyelidiki banyak kasus, penyamaran, investigasi bersifat sangat rahasia, dan penangkapan pelaku kriminal kelas tinggi. Sudah banyak bandar narkoba, sindikat perdagangan manusia, prostitusi online, dan kasus-kasus kriminal lainnya berhasil ia lumpuhkan.
"Siap, Pak," sahut Thariq dan Jimmi bersamaan. Meskipun mereka sering malas-malasan, tapi rasa kagum teramat besar pada Aiptu Prince Mahenra selalu berhasil membuat mereka bersemangat.
***
Sudah berapa lama setelah kepergian Kobo, tapi Bu Zainab masih suka menangis meratap-ratap di kamarnya. Kata-kata seperti tidak merelakan Kobo pergi dan berharap Kobo kembali.
Mala meletakkan kembali uang dalam amplop ke laci. Itu total santunan warga yang turut berdukacita atas kepergian Kobo. Lumayan untuk menambah budget acara tujuh hari peringatan kematian Kobo yang akan mereka laksanakan.
"Kobo ... maafin, Ibu, Nak. Ayo pulang, Nak," rintih Bu Zainab dalam kamar.
Mala melirik Riki yang sedari tadi duduk di ruang tengah sambil merokok. Mala cemberut.
"Bang, coba ngomonglah sama Ibu. Jangan gitu. Berhenti manggil-manggil Kobo," pinta Mala.
"Mau gimana lagi, Mal? Wajarlah seorang ibu merasa kehilangan anaknya. Lu juga nanti bakal punya anak," sahut Riki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)
RomanceAlizeh, gadis cantik menjadi yatim piatu karena tragedi genosida di desanya oleh sekelompok pasukan aneh dan sekte pemuja iblis. Ada tiga jin khodam yang bersemayam dalam tubuh Alizeh. Dua jin kerap menolongnya. Sementara jin ular betina membenci Al...