23. Case 3: Pocong Kobo (Part 2)

16 4 4
                                    

Handphone diletakkan Nando kembali di atas meja setelah memasang kartu baru. Tidak ada yang tahu nomor barunya. Dua teman pembegal yang tertangkap polisi kemarin malam tidak bisa menghubunginya lagi.

"Dasar sial! Cepu!" maki Nando kesal. Lain kali dia akan merekrut anggota begal yang lebih pro.

"Santailah, Bang. Yang penting kita udah aman di sini," ujar Joni, partner Nando yang paling handal, juga terkenal tidak kalah sadisnya dengan Nando. Gadis sekolah saja dia cegat, diperkosa, lalu dibunuh dengan sadis.

Sekarang Nando dan Joni sedang merokok di pondok pinggir sungai. Tempat di mana banyak sopir truk dan pasangan mesum mengisi beberapa gubuk murah di kegelapan.

"Untung tuh motor bisa laku. Kita udah sampe segininya. Matiin anak orang satu, si Kobo juga sampe mati dimassa," ujar Nando.

"Selama kita pake ilmu kebal dan belut dari Mbah Sakti, gak bakal kita kena, Bang. Santai aja. Masalah barang, gampang aja cairinnya. Banyak penadah kita mau nampung." Joni menyomot gorengan di piring dan menyantapnya dengan santai.

"Teringatnya gua, kok bisa ya kita nerima orang cupu kayak si Kobo? Tolol beud. Selugu-lugunya kita dulu, gak sampe kayak dia. Hampir aja kita ikut mati gara-gara tuh orang," kata Nando.

"Emang gitu kan risiko kerjaan kita, Bang. Lu ragu, lu yang bakalan kena." Joni tersenyum membaca pesan di handphone-nya. "Udah dekat nih perewinya, Bang. Kelihatannya di foto sih bagus. Enaklah buat dipake malam ini."

Nando menyeringai. "Sanggup gak dia main dua? Udah lu tanyain?"

"Jangankan main dua. Gangbang sepuluh juga dia berani kok."

Nando dan Joni tertawa cekikikan. Obrolan semakin menjurus negatif, membahas kemungkinan cewek pesanan di aplikasi walaupun mulus, cantik, dan punya body aduhai, tapi kemungkinan 'onderdil' udah kurang enak dipake, los blos! Sepertinya udah biasa main ganas.

Perhatian dua laki-laki itu teralih pada sosok wanita memakai crop top dan rok pendek yang baru datang dari arah jalan masuk.

"Itu dia, Bang! Gas! Apa lagi?" Joni langsung bangkit berjalan mendekati cewek cantik bertubuh tinggi itu.

Nando juga penuh semangat bangkit dan mengikuti Joni.

Keduanya memandang cewek cantik di depan mata mereka penuh nafsu.

"Alya kan?" tanya Joni.

"Iya, Mas." Cewek itu mengangguk.

"Ayolah, Dek. Kita ke sana aja." Nando yang sudah tidak tahan menunjuk ke arah sebuah gubuk.

Cewek cantik mengangguk lalu mengikuti dua laki-laki itu ke gubuk yang ditunjuk.

Baru sampai gubuk beberapa menit, Joni sudah langsung mengunci pintu dengan rapat dan kuncinya ditaruh di dalam celananya. Kedua lelaki itu tertawa memuakkan. Sudah jelas akan melakukan hal-hal gila.

"Neng, udah siap?" tanya Nando dengan nada sok manis seperti menggoda kucing.

"Siap atuh, A," jawab cewek cantik tersenyum manja lalu mulai membuka roknya. Kain itu melorot jatuh ke lantai.

Dua pasang mata lelaki itu langsung melotot melihat pemandangan seronok yang membuat darah mereka mendesir dan gairah sudah di ujung. Entah kenapa tubuh keduanya mendadak lemas dan jatuh ke lantai. Mereka sempat bingung, tapi tetap masih dikuasai nafsu lalu melata di lantai seperti reptil menuju sasaran.

"Sayang ... semok banget sih. Bikin gak tahan ...." ucap Nando belingsatan di lantai sambil memanjat ke dekat kaki cewek cantik.

Joni juga tidak menentu, langsung membuka celana buru-buru dalam posisi berjongkok di depan cewek panggilan.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang