9. Pocong di Kosan Kemang, Jaksel

14 4 2
                                    

Tiang kayu ketiga sudah hancur patah-patah dibantai pukulan bertubi-tubi dari tangan Arion. Belum puas, Arion menen--dang kuat tiang kayu sampai tercabut dari tanah dan melanting jauh.

"Bego!" teriak Luhan kaget luar biasa. Refleks menghindar dari pecahan kayu yang hampir mengenainya.

Arion, pemuda tampan bertubuh setinggi 183 cm, kulit kuning langsat, mata tajam berwarna cokelat tua, rambut lurus lebat dengan belahan pinggir, dan ada lesung pipi kecil setiap pemuda itu memamerkan senyum jahilnya.

"Mau ke mana rapi banget, Bro?" tanya Arion memperhatikan Om Luhan yang mengenakan suit soft grey lengkap dengan sepatu pantofel dan rambut klimis. Tampan. Tidak ada yang banyak berubah dari pria yang sekarang berusia empat puluh empat tahun itu. Vibes-nya seperti Om Gadun ganteng dan tajir pujaan cewek-cewek matre.

"Ada yang mau aku bilang sama kamu, Nak," kata Luhan sok bijak seraya membuang rokok ke tanah dan menginjaknya.

"Apa itu, Daddy?" tanya Arion menanggapi dengan lelucon. Ia membuka keran air di luar dan membasuh wajah. Gerah setelah sesi latihan selama satu jam.

Luhan menghela napas dan memandang Arion serius. "Kita hanya punya waktu lima belas menit dari sekarang. Jadi, dengar aku baik-baik."

Arion mencebik. "Ada cewek baru Om yang mau datang ya? Tenang aja. Aku bakal cabut dan gak ngintip kok. Kemarin itu cuma iseng aja sama Enrique. Sorry." Arion menepuk pelan bahu omnya. "Pesan dari keponakanmu tersayang, jangan lupa pakai pengaman biar gak ada keturunan yang mewarisi sifat buayamu. Apalagi Om gak mau tanggung jawab. Kan kasihan. Populasi buaya sakit hati yang kebelet balas dendam sama dunia harus dihentikan."

Luhan menepis tangan Arion. Bersamaan dengan itu, terdengar deru mobil dan motor datang memasuki area pemakaman.

Wajah Luhan berubah panik. "Arion, aku mau kembali ke Thailand. Aku putuskan untuk rujuk sama istriku. Sekarang juga aku harus pergi. Jaga diri kamu baik-baik."

Alis Arion tertaut bingung, tapi langsung tersenyum. "Wah! Keren. Keputusan bagus itu. Untuk pertama kali kamu jadi laki-laki baik."

Orang-orang mulai turun dari mobil dan motor dan melangkah masuk ke pemakaman.

Arion melirik sebentar, agak heran karena tiba-tiba saja ada keluarga besar datang berziarah. Biasanya tempat itu sangat sunyi dan wingit.

"Lihat tuh! Mereka kayak gang mafia. Baru tahu kalau ada keluarga mafia dimakamkan di sini. Tapi bukan mafia deh, lebih ke preman," komentar Arion memperhatikan gerombolan orang-oranh berpenampilan urakan, badan penuh tato, kulit legam terkena matahari, wajah sangar, rata-rata memakai jaket dan celana denim robek dengan kalung besar-besar.

"Bawel! Kalau masih sayang nyawa, cepat kabur! Tapi maaf, Arion. Om gak bisa bawa kamu ikut sama Om. Jaga diri kamu mulai sekarang," kata Luhan segera kabur ke arah lain dengan panik.

"Eh? Om! Om! Kok buru-buru banget?" Arion kebingungan melihat sang paman sudah kabur seperti kijang.

Luhan menengok sebentar ke arah Arion. "Oh ya, bukan aku yang biayai sekolah dan kuliahmu. Ayahmu yang kirim uang tiap bulan," kata Luhan sebelum akhirnya menghilang ke balik semak-semak.

Arion terdiam beberapa lama. Seperti ada setrika panas yang meratakan habis ego di dalam dirinya. Apa barusan didengar Arion dari Luhan tidak mudah dia terima. Selama bertahun-tahun Arion sudah tumbuh dengan kebencian pada sang ayah dan pemahaman kuat bahwa Tuan Syah tidak peduli lagi dengannya. Terlebih lagi Arion sengaja pergi ke Luhan karena berharap Luhan akan membantunya, ketimbang menerima uluran tangan dari pria jahat di sana.

"Brengsek!" umpat Arion geram. Kalau saja Luhan jujur dari awal, tentu dia akan menolak. Ini sama saja seperti menjilat ludah sendiri. Dari SMP di sekolah favorit di Jakarta, begitu juga SMA bergengsi, sampai kuliah dan lulus sarjana hukum, ternyata semua itu dari uang Tuan Syah. Bukan dari sisa harta sang ibu yang dijual Arion dan diberikan pada Luhan dan bukan juga dari gaji Luhan selama ini bekerja jadi pialang.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang