13. Case 1: Teror Sekolah Berhantu (Part 2)

18 5 0
                                    

Dari tadi Mako memandang ngeri lingkungan di sekitarnya. Dia berdiri di belakang Alizeh, di depan Fizzel. Mereka bersama Arion, Om Bob, dan Enrique sudah berada di depan salah satu sekolah SMA favorit di Jakarta itu. Hari sudah malam, tepatnya pukul 09.00 WIB.

Mobil sedan putih butut milik Om Bob yang menjadi kendaraan mereka bekerja terparkir di halaman parkir sekolah.

Siswi cantik berwajah muram itu sengaja memilihkan waktu malam hari agar mereka tidak ketahuan oleh penjaga sekolah. Denisa juga sengaja mengatur rencana agar bapak penjaga sekolah dibawa ke rumah temannya untuk bersih-bersih.

"Tolong aku. Mario harus ketemu. Kasihan dia," ucap Denisa dengan mata sembab. Pasti sudah seharian menangis.

"Kenapa pacarmu bisa ditangkap setan, Dek?" tanya Alizeh penasaran sambil berkacak pinggang. Posisi tubuhnya jadi terlihat tinggi dan on point dibalut kaus oversized dengan kemeja flanel kotak-kota dan celana baggy berwarna khaki.

"Dia bukan pacarku, Kak. Dia temanku," jawab Denisa sedih. "Tapi terakhir kali sebelum hilang ditangkap hantu Billy, dia sempat bilang sayang sama aku." Denisa tidak sanggup lagi dan malah menangis. Benar-benar hancur.

Arion menyikut lengan Alizeh. "Dasar cewek sadis gak peka."

"Diam lu!" bentak Alizeh tidak terima.

Mako memeluk Denisa dan berusaha menenangkannya. "Sabar ya. Doakan pacar kamu baik-baik aja. Di sini udah ada ahli peringkus setan. Mereka semua bakal bawa kembali pacar kamu," ucap Mako. Apa yang dikatakan Om Bob memang benar karena Denisa berangsur pulih, tangisannya mulai reda. Jadi memang benar Mako bisa menyerap energi negatif manusia.

"Jadi ...." Fizzel yang maju mendekati Denisa. "Billy itu siapa? Tadi kamu sebut Billy itu hantu?"

Ekspresi Denisa jadi muram lagi. Terdiam sejenak. Kelihatan ragu, tapi akhirnya mau bercerita. "Billy itu siswa kelas satu yang awal tahun baru masuk sekolah di sini. Aku dan Mario sempat jadi panitia MOS dan Billy salah satu yang kami arahkan."

Arion tersenyum sinis. "Biar aku tebak. Kalian bully dia?"

Air mata Denisa menetes lagi. "Bukan seperti itu, Kak. Aku dan Mario gak sejahil teman-teman kami yang lain. Tapi ... dulu kami sempat bikin peraturan agar seluruh siswa baru harus punya dan gabung circle. Kami gak menyangka kejadiannya akan separah itu. Gak ada satu siswa pun yang mau satu circle sama Billy. Karena dia ...."

"Karena apa?" tanya Om Bob penasaran seperti yang lain.

"Maaf. Aku gak sanggup lanjutin," jawab Denisa mulai terisak lagi dan menutup wajahnya.

Om Bob menghela napas. "Kamu kan udah panggil tim kami ke sini. Kamu harus ceritakan maslaahnya sejelas mungkin biar kami tahu gimana nolongin kamu."

"Setuju. Bisa aja kan Billy memang pantas balas dendam," kata Fizzel mengagetkan semua orang.

"Aduh. Cantik-cantik, mulut lu pedes juga ya," komentar Enrique.

"Kalian gimana sih? Jangan judge Denisa. Gimana pun dia klien kita. Kalau dia memang punya salah, kita bantu dia memperbaiki kesalahannya," kata Mako cemas, masih merangkul Denisa.

"Kalau gitu lanjutkan kenapa gak ada anak yang mau temenan sama Billy," kata Alizeh memiringkan kepala yang ditutupi topi baseball hat dan menatap tajam Denisa.

"Sebenarnya kami semua gak bermaksud menjauhi atau mengucilkan Billy. Tapi gak ada satu orang pun yang tahan di dekat Billy apalagi kalau habis pelatihan di lapangan, tengah hari mosty jam dua belas siang. Setiap dia udah keringatan, rasanya benar-benar bau ikan busuk. Karena semua orang udah merasa terganggun, akhirnya Billy ngaku kalau dia punya penyakit langka trimethylaminuria. Penyakit ini membuat keringat, napas, air liur, dan kencing berbau seperti ikan atau telur busuk," jelas Denisa.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang