Prolog

4.3K 253 46
                                    

Suara desahan memenuhi kamar. Dua insan sedang sibuk melakukan adegan tak senonoh dan berlomba mendapat kepuasan dari sana. Ketukan pinggul sang pria yang memimpin permainan perlahan goyah dan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Tubuh lelahnya ambruk di atas sang kekasih yang sedang mengatur napas. Wanita itu menggulingkan sang pria ke sampingnya dan membuat kekasihnya itu terkekeh.

"Thank you.." ucap pria itu dengan senyuman kemudian mengecup singkat bibir Irene. Dia menutup mata dan Irene yakin kekasihnya itu akan langsung tertidur seperti kebiasannya setelah mereka selesai bercinta.

Irene bangkit, menutupi tubuh pria itu dengan selimut kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Wanita itu masih mengenakan jubah mandinya saat ia pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Awalnya dia hanya ingin air putih, tapi entah kenapa tangannya malah mengambil satu botol anggur lengkap dengan gelasnya kemudian membawanya ke balkon.

Irene menyesap minumannya sembari menatap gemerlapnya kota Paris di malam hari. Dia merasa sangat tenang sampai sebuah senyuman terukir di wajah cantiknya. Sebuah rasa bahagia kecil muncul di hatinya hanya karena pemandangan itu. Itu lebih besar dari kegiatan panasnya barusan, dia bahkan tidak mendapatkan kepuasan yang diimpikannya. Dia tidak pernah mendapatkannya sejak 6 tahun terakhir. Irene tidak tahu ini merupakan kutukan yang dikirimkan seseorang dari masalalunya atau memang dia terlalu lama patah hati sampai tidak bisa merasakannya lagi.

Namun membuat kekasihnya bahagia adalah kepuasannya yang lain, dia tidak masalah dengan hal ini karena kekasihnya adalah orang yang baik. Jadi dia lebih memilih untuk menyampingkan kepuasannya sendiri demi pria itu.

Tiba-tiba saja sepotong tangan merengkuhnya dengan erat dari belakang. Ia juga merasakan kecupan kecil di bahunya.

"Ku pikir kau akan tidur seperti kebiasaanmu." kata Irene.

Pria itu terkekeh lalu membalik tubuh Irene dan mengecup singkat bibirnya. Pria itu tersenyum aneh dan itu membuat Irene terheran.

"Ada apa denganmu?" dia mengerutkan keningnya saat sang pria mengambil botol anggur ditangannya kemudian meletakannya ke lantai sementara gelasnya masih berada di salah satu tangan Irene.

Pria yang hanya mengenakan underwear itu kemudian menekuk kakinya dihadapan Irene lalu mengeluarkan tangan yang sebelumnya dia sembunyikan di balik punggungnya.

Irene menutup mulutnya tidak percaya. Kilauan cincin tersebut sangat menyilaukan mata sampai ia tidak bisa berkata-kata.

"Will you marry me?" pria itu tersenyum penuh harap.

"Oppa, are you kidding me?"

Kekasihnya itu tertawa, "Aku sangat serius. Aku ingin mengajakmu ke jenjang yang lebih jauh lagi."

"Yy-ya.. Maksudku... Aku menerimamu." gugup Irene karena terlalu bahagia.

Pria itu tersenyum, "Aku ingin sekali mengikatmu. Kau tahu? Aku selalu cemas saat banyak pria diluaran sana menatapmu dengan lapar. Aku ingin mereka tahu kau sudah dimiliki seseorang."

Mendengar itu, Irene jadi terkekeh geli.
"Baiklah. Pasangkan cincinnya."

Irene menerima dengan baik saat cincin itu masuk di jari cantiknya. Dia menarik pria itu untuk berdiri kemudian memeluknya dengan erat. Mereka berciuman lembut kemudian Irene membagi sisa minuman digelasnya kepada pria itu. Irene menangkap mata pria itu berkaca-kaca.

"Kenapa?" tanya Irene lembut.

"Aku tidak menyangka kau menerimaku seperti ini." pria itu terharu.

Irene terkekeh, "Aku mencintaimu, tentu saja aku menerimamu."

[18+] Loftily 2 || ✔ SEULRENE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang