Epilog

1.9K 220 29
                                    

Mataku terus menatap langit-langit berwarna putih yang damai dengan perasaan cemas dan juga senang. Aku begitu tidak sabar menunggu kehadiran buah hatiku yang masih berada didalam perutku.

Rasa seperti ada sesuatu yang melilit didalam perutku masih begitu jelas hingga membuat kedua kakiku terasa ngilu. Aku telah merasakan ini hampir dua hari lamanya, tapi bayi didalam perutku seakan enggan untuk mencari jalan keluar. Terus berputar-putar hingga aku tidak bisa merasakan hal lain selain rasa mulas diperutku. Dokter mengatakan jika ternyata plasenta bayiku menutupi sebagian bukaan jalan akhir, dan hingga akhirnya aku dan Seulgi memutuskan untuk melakukan pembedahan. Seulgi yang paling mendukung karena dia tidak tega melihatku harus terus menerus menahan rasa sakit.

Kini rasa sakit itu tidak lagi terasa, aku bahkan tidak bisa merasakan apapun ditubuh bagian bawahku akibat obat bius yang sebelumnya diberikan. Aku hanya perlu menunggu dokter dan para perawat mengeluarkan bayiku dari dalam tubuhku.

Seulgi dengan setia berada disisiku. Dari wajahnya juga sangat terlihat sebuah rasa cemas yang begitu ketara. Matanya tidak berhenti menatap kearah perutku dengan rahang mengeras seperti menahan amarah seraya menggenggam tanganku tak pernah lepas. Aku tidak bisa melihat apa yang dia lihat karena kain yang melintang diatas dadaku, tapi aku bisa mendengar suara-suara peralatan dan kecipak yang mungkin berasal dari perutku.

"Hei, jangan dilihat," ucapku membuat Seulgi menoleh.

"Kemarilah, itu bukan sesuatu yang bagus untuk dilihat." lanjutku pelan.

Seulgi perlahan mendekatkan wajahnya, aku bisa melihat kedua matanya berkaca-kaca. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Cukup sekali ini saja, Honey. Aku tidak mau kau mengandung lagi." kata Seulgi lalu air matanya menetes.

Aku tersenyum, "Jangan dilihat lagi, tatap aku saja. Cium aku."

Seulgi mencium keningku dengan dalam setelah itu mengecup bibirku beberapa kali. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dengan itu.

Beberapa menit berlalu akhirnya aku bisa mendengar suara bayi yang mengalun merdu menyapa telingaku. Sayang, akhirnya kau keluar juga..

Seulgi menghembuskan napas leganya lalu memeluk leherku seraya mengecup pelipisku beberapa kali.

Bayi kita telah lahir Seulgi-ah.. Aku merasa sangat bahagia hingga air mata ini turun melintasi pipi. Aku tidak sabar mengajarkan bayi kita banyak hal. Dia pasti akan menjadi seseorang yang hebat sepertimu.

_____

Hari sudah menunjukan pukul lewat tengah malam ketika aku terbangun dan mendapati Seulgi masih duduk bersandar pada kepala ranjang sembari memeluk bayi yang masih berusia beberapa minggu itu didadanya. Bayi kami tertidur dengan lelap sementara Seulgi tetap terjaga dan mengusap punggung kecil itu.

"Kau belum tidur? Ini sudah malam. Tidurlah."

Seulgi menggeleng, "Kau yang seharusnya tidur, aku akan menjaga Ethan."

Aku terkikik kecil, "Dia tidur dengan lelap Yeobo. Kau bisa menaruhnya dibox bayinya."

"No." Seulgi menolak. Raut wajahnya membuatku sangat gemas.

"Berikan padaku." Aku mengodanya.

"No." Dia kembali menggeleng.

"Kau pasti pegal berlama-lama diposisi seperti itu." Aku berbicara dengan suara setengah tertawa karena terlalu gemas.

"No. Aku baik-baik saja." Dia memeluk putranya lebih erat.

Sepertinya anak kedua kami akan menjadi saingan terbesarku untuk mendapatkan perhatian dari Seulgi. Beruang ini benar-benar.

[18+] Loftily 2 || ✔ SEULRENE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang