Chapter 10: Rose Scent Breeze

1.6K 250 56
                                    

.
.

"Liftnya berhenti di lantai dua!!"

Seseorang berteriak dengan keras. Aku tidak memikirkan apapun lagi selain berlari menuju tangga darurat. Aku bahkan tidak peduli dengan jas Seulgi yang terlepas dari bahuku, yang ku cemaskan hanya keadaan Seulgi.

Kaki ini hampir saja tergelincir saat aku berlari menuruni tangga dengan tergesa. Aku hampir terjatuh namun lagi-lagi yang ada di hatiku hanya rasa cemas.

Butuh sekitar beberapa menit untukku dan beberapa orang yang lainnya hingga sampai ke lantai 2. Aku menyeka air mataku saat melihat beberapa petugas sedang berusaha untuk membuka paksa pintu lift.

Aku menunggu dengan kaki gemetar bersama beberapa karyawan yang lain. Aku sangat takut terjadi apa-apa dengan Seulgi.

Beberapa menit kemudian mereka berhasil membuka pintu itu dan Seulgi berhasil di tarik keluar kemudian terduduk dilantai dengan sempoyongan.

Kedua kaki ini kembali berlari kearahnya kemudian tubuhku ambruk memeluknya dengan erat. Tanganku melingkar di kepalanya sementara wajahnya menempel pada dadaku.

"Syukurlah kau selamat.." desahku lega dengan setetes air mata terjatuh mengenai rambutnya.

Aku merasakan Seulgi beralih memelukku juga. Seketika aku tersadar dan mendongak. Orang-orang menatapku dengan wajah melonggo.

"Ppresdir..." gagap salah satu karyawan wanita dengan mulut tertutup.

Astaga kenapa aku bisa lupa jika ada banyak orang lain disini?!!

Aku hendak melepaskan pelukanku namun Seulgi mengeratkan pelukannya sampai aku tidak bisa menjauh. Kepalanya juga masih menempel didadaku. Apa yang harus aku lakukan?!

"Kepalaku sakit." Seulgi mengeluh dengan nada pelan.

Rasa cemas itu kembali datang, tanganku kembali mengitari kepalanya. "Apa kepala Presdir terbentur?"

"Eo." jawabnya singkat.

"Kalau begitu Predir harus beristirahat." ucapku kemudian berhasil menciptakan jarak diantara kami. Aku bisa melihat wajahnya seperti menahan sakit.

"Sebaiknya Presdir pulang saja." aku tidak tega melihatnya seperti ini.

Namun dia malah menggeleng kecil, "Aku hanya perlu istirahat sebentar." dia hendak beranjak berdiri dan aku tergerak untuk membantunya.

"Baiklah, kita istirahat disana saja."

Aku menuntunnya untuk pergi ke area Lounge. Membantunya untuk duduk di sofa panjang. Tapi Seulgi sebenarnya tidak selemah itu, aku saja yang terlalu khawatir karena dia masih terlihat pusing.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan minum."

"Susu coklat hangat saja." ucap Seulgi kemudian menyandarkan kepalanya dan menutup mata.

Rasa cemasku hilang dan digantikan rasa gemas.
"Ne, akan ku buatkan."

"Tidak." Seulgi kembali membuka matanya, "Aku akan menyuruh orang lain. Kau disini saja. Kepalamu juga pasti pusing."

Sebenarnya rasa pusing itu menghilang saat aku berlari untuk menghampirinya tadi, namun sekarang aku kembali merasakannya, bahkan rasa mual di perutku kembali datang.

Seulgi memanggil salah satu pekerja lalu memesan minumannya dan juga teh hangat untukku.

"Kau baik-baik saja?" dia bertanya khawatir.

Aku mengangguk kecil, "Hanya sedikit trauma."

Dia mengangguk lalu salah satu tangannya secara tidak sadar bergerak menangkup belakang kepalanya. Sepertinya dia merasakan sakit.

[18+] Loftily 2 || ✔ SEULRENE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang