Chapter 24: Regret

1.6K 284 66
                                    

Irene pergi menyusul Seulgi, tapi saat dia hendak keluar dari lift, Seulgi malah datang dan masuk kedalam lift.

"Pildo sudah mengantarnya pulang, jangan khawatir." ucapnya lalu menekan tombol untuk kembali ke atas.

"Alby membenciku." kata Irene lirih.

"Tidak, dia hanya marah sesaat. Tidak mungkin dia membencimu." balas Seulgi santai.

"Tapi dia serius saat mengatakannya." sedih Irene.

"Aku sering mendapatkan ucapan itu darinya, jangan di ambil hati."

Akhirnya Irene menjadi sedikit lebih lega, walaupun dalam hatinya dia merasa bersalah sekali. Dia takut anak itu benar-benar membencinya.

______

Malam harinya, Irene berbaring di ranjangnya sembari memperhatikan cincin yang sedari tadi dia mainkan. Dia mengambilnya ketika Seulgi pergi menyusul Alby. Belum ada niat untuk mengembalikannya karena Seulgi pun sepertinya tidak mencarinya.

Hanya sebentar saja, Irene ingin memainkan benda yang seharusnya sudah menjadi miliknya. Bukankah Alby tadi memberikan padanya? Tentu seharusnya benda ini menjadi miliknya. Tapi jika mengingat alasan dibalik itu, Irene angkat tangan. Dia tidak bisa menikah dengan Seulgi. Rasa ragu dan trauma masalalu itu masih ada. Dia takut suatu hari nanti Seulgi kembali bermain dibelakangnya. Tentu itu hal yang tidak ingin ia ulangi. Terlebih lagi dia tidak ingin menyakiti Chanwook.

Tuk tuk tuk

"Joohyun-ah.."

Panggilan dari luar kamar membuat cincin itu terjatuh di wajah Irene karena dia terkejut.

Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok sang ibu.

"Ada apa eomma?"

"Chanwook datang. Kenapa kau tidak tahu kekasihmu sendiri akan berkunjung?"

Gadis itu langsung bangkit saking terkejutnya. "Benarkah? Dengan ayahnya?" tanya Irene ketika berjalan menghampiri Taehee.

"Hanya sendiri."

Irene berjalan melewati ibunya dan melihat Chanwook sedang berdiri dengan tongkat kruk di kedua sisi tubuhnya, dia menggunakan alat bantu itu untuk berjalan. Terlihat menyedihkan namun senyumannya terlihat tulus untuk Irene.

"Kenapa tidak memberitahuku terlebih dahulu?" tanya Irene saat menghampiri.

"Aku ingin memberimu sedikit kejutan," jawab pria itu masih dengan senyuman.

"Kau seharusnya senang kekasihmu datang mengunjungimu," kata Taehee yang sudah berdiri di samping Irene.

"Aku bukan tidak senang, tapi jika oppa ingin bertemu biar aku saja yang datang ke rumahmu, kakimu belum sembuh."

"Haiss gwaenchana.. Kata dokter ini bagus untuk pemulihan." Chanwook tampak segar dengan gigi rapinya.

"Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan di luar, pakai jaketmu," lanjut pria itu.

"Apa kakimu benar baik-baik saja?" cemas Irene.

"Jangan khawatir. Ayo cepat sebelum semakin malam."

Taehee meletakan tangannya dibahu sang anak, "Pergilah, agar kakinya terlatih berjalan."

Irene akhirnya mengangguk. Keduanya berjalan bersama menyusuri terotoar dibawah gelapnya malam.

Suara dari tongkat yang dipakai Chanwook membuat malam ini tidak begitu sepi, karena tidak ada suara selain itu. Keduanya diam dan menikmati udara yang begitu segar.

[18+] Loftily 2 || ✔ SEULRENE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang