Kini Kenlio sudah berada di ruangan Fariz, Setelah tadi belajar hal yang membosankan.
"Jangan ada bawangnya ih!~" Rengek Kenlio yang kesekian kalinya.
"Ga ada bawangnya!" Fariz sudah terlanjur kesal dengan rengekan Kenlio yang tidak mau ini dan tidak mau itu, Sulit sekali rasanya padahal tinggal makan saja.
"Gamauu!"
"Yaudah makan sendiri sana" Fariz meletakkan kotak makan di tangannya dengan sedikit kasar.
Kenlio memalingkan wajahnya dan melipat tangannya, Masih berusaha biasa saja walaupun matanya sudah memerah menahan tangis.
Mau makan pun bagaimana, Terlalu banyak irisan bawang dan Kenlio benar benar tidak bisa menelan irisan bawang walaupun sedikit, Katanya tidak enak.
Tapi Fariz bukanlah Daffa yang sabar akan rengekan Kenlio, Fariz lebih cenderung orang yang tidak suka bertele tele dan orang yang tidak memiliki banyak kesabaran.
"Makanlah, Lakukan sesukamu" Ucap Fariz yang kini sudah duduk di kursinya, Tidak lagi duduk disebelah Kenlio.
"Gamau!" Sahut Kenlio.
"Ngambek kan! Makan tinggal makan Kenlio, Kamu ga liat orang diluar sana kesusahan buat makan?!"
"Makan gausah pilih pilih, Makan aja apa yang ada!"
"Tap--"
"Apa?! Mau ngejawab?" Bentak Fariz.
Kenlio menatap Fariz dengan matanya yang memerah, "Abang jahat!" Kenlio mengambil kotak makan nya dan berlari keluar dari ruangan Fariz.
Fariz memijat pelipisnya pelan, Tolong berikan sesuatu yang bisa Fariz banting sekarang juga, Mengurus Kenlio memang benar benar menguras tenaga.
Sedangkan Kenlio berlari ke belakang sekolah dan duduk di pohon rindang yang ada disana.
Ia dudukan dirinya dan meletakkan kotak makan nya di rerumputan."Anjing! Babi! Monyet! Ngeselin banget!" Tangan Kenlio meremat rerumputan untuk meluapkan kekesalannya.
"Lagian Ayah kenapa di kasih irisan bawang sih, Kan Gue ga suka ... Apa Ayah lupa?" Kenlio memandang sedih kotak makan yang berisi masakan Daffa.
Mata Kenlio berkaca kaca, Tapi tangannya tetap menyuapkan nasi kemulutnya walaupun harus menyingkirkan irisan bawangnya terlebih dahulu.
"Ck kenapa nangis sih!" Kesal Kenlio saat air mata nya terus mengalir.
"Hikss ... Jangan keluar air matanya" Rengek Kenlio sembari menghapus air matanya dengan kasar.
"Gabisa berhenti ... Hiks enak" Kenlio terus memakan bekal nya walaupun sambil menangis, Kalau ga di makan sayang soalnya enak.
Pipinya mengembung menampung makanan, Sangat sejuk sekali jadi Kenlio cukup menikmati makanannya.
Akhirnya selesai, Kenlio kembali menutup kotak bekalnya, Ia bersandar di pohon rindang itu karna terlalu kenyang jadi ia agak sedikit malas untuk bangun dan masuk ke kelas.
Saat sedang asik bersandar Kenlio lihat dari kejauhan segerombolan anak laki laki yang sedang berjalan menuju kelas mereka.
Awalnya Kenlio biasa saja tapi saat melihat mereka menjatuhkan tempat sampah milik setiap kelas dengan sengaja sehingga membuat sampahnya berhamburan membuat Kenlio bingung.
"Oh jadi selama ini mereka pelakunya" Kenlio terkekeh kecil, Ini dia nih mainan baru nya.
Mereka ini benar benar membuat keresahan di sekolah, Karna sampah sampah yang berhamburan di depan kelas membuat guru marah, Tak jarang kelas lain dimarahi karna sampah yang berserakan di depan kelasnya yang sebenarnya mereka juga tidak tau pelakunya, Termasuk juga kelas Kenlio.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENLIO
De Todo"Om angkat Gue jadi anakmu"-Kenlio "Oke"-Daffa "Bercanda doang om"-Kenlio "Tapi saya tidak bercanda"-Daffa Awalnya KENLIO hanya ingin bermain-main saja, Tapi Pria paruh baya ini benar benar menganggap serius ucapan Kenlio, Lebih parahnya hari itu ju...