PART 38

14.9K 1.3K 46
                                    

"Ga masuk lo?" Ucap Galih lalu menghampiri Billi yang sedang terduduk di teras rumah.

Tak ada jawaban dari Billi, Tatapannya kosong, Kantung matanya pun kini sudah menghitam, Billi benar benar berantakan sekarang.

"Udahlah Bil, Jangan terlalu terikat sama masa lalu. Ga baik" Ucap Galih sembari mentap bulan yang kini menjadi penerang keduannya.

"Gue salah ya?" Ucap Billi pernah membuat Galih mengalihkan perhatian nya untuk menatap Billi.

"Coba sekarang lo ingat ingat saat pertama kali lo bawa Kenlio kesini, Lo gendong dia dengan sangat hati hati, Bahkan lo rela nolak ajakan kita main cuma buat jaga Kenlio"

"Kita semua percaya lo sesayang itu sama Kenlio, Tapi itu dulu. Sebelum kita tau ternyata wajah bahagia lo dulu cuma pura pura"

"Dan lo masih bisa nanya apa yang lo lakuin itu salah atau engga walaupun sebenarnya lo udah tau jawabannya"

Billi mendongak guna menahan air matanya supaya tidak mengalir, Hati nya berdenyut membuat sesak di dada, Perkataan Galih memang ada benarnya.

"Lo gatau jadi g-"

"Gue ga pernah tau rasanya jadi lo Bil, Tapi lo udah buat luka di hati orang lain, Lo lukain hati tulus Kenlio"

"Dia masih kecil Bil, Dia gapunya siapa siapa.."

"Dia udah terlanjur bergantung sama Daddy lo, Abang lo, Dan lo sendiri.. Harusnya lo udah tau itu"

Tangis Billi pecah, Air mata yang sejak tadi ia tahan kini sudah mengalir deras membasahi pipinya.

"Kita udah besar Bil. Ga seharusnya kita berprilaku kaya gini"

"Gue gabisa Galih, Gue bener bener gabisa" Kini Billi menatap Galih.

"Bayang bayang kepergian mama ga pernah bisa Gue lupain"

"Ga ada yang kenal gue dengan baik sekalipun itu Daddy, Sesakit apa gue saat Daddy kirim gue pergi berobat di tempat yang jauh"

"Gue ga perlu itu Galih, Gue cuma butuh Daddy ada di samping gue disaat gue lagi butuh sosok dia"

"Gue cuma butuh semangat buat bangkit lagi..."

"Gue yakin Bil. Daddy lo punya alasan di balik itu"

Setelah itu Galih memilih tidak berbicara lagi, Ia hanya diam mendengarkan isakan tangis Billi yang tak kunjung berhenti.

Tak lama derap langkah kaki pun terdengar dari arah belakang mereka, Tapi keduanya tidak berniat untuk berbalik.

"Kalian ga masuk? Udah malam loh" Itu suara milik Gilang, Papi nya Galih.

Galih menoleh guna menatap sang Papi yang masih berdiri, "Kenapa?" Kata Gilang tanpa suara sembari menunjuk Billi.

"Gatau" Galih ikut berbicara tanpa suara.

Gilang menghela nafasnya sebelum ia masuk kembali kedalam, Dan tak lama Gilang kembali lagi dengan 2 selimut di tangannya.

Satu ia berikan untuk Galih, Dan satunya lagi untuk Billi. Setelah selesai barulah Gilang mendudukkan dirinya tepat di samping Billi.

Gilang menggenggam tangan Billi "Billi kenapa nak?" Tanpa pikir panjang Billi segera memeluk Gilang dengan sangat erat.

Billi menumpahkan semua tangisnya di pelukan Gilang, Dan Gilang juga menerima Billi dengan baik, Gilang usap usap rambut Billi berharap Billi akan tenang.

"Gapapa...Billi boleh nangis sepuasnya"

Lama kelamaan pun isakan Billi mulai mereda, Ia melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya.

KENLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang